Suara ******* dan erangan nikmat memenuhi kamar dengan fasilitas lengkap dan mewah.
"Kamu memang yang terbaik." pujinya pada perempuan yang menggoyangkan badannya di atasnya. Membuat sang lelaki merasakan nikmat yang tiada duanya.
Sang perempuan menundukkan kepala. "Apapun untuk kamu." bisiknya, dengan lidah menjilat ke daun telinga lelaki yang berada di bawahnya. Menimbulkan suara nikmat daei lelaki tersebut.
Sang perempuan tersenyum manis saat menatap wajah lelaki tersebut. Seakan dia begitu mencintai dan mengagumi lelaki berumur yang berada di bawahnya.
Dengan badan terus bergerak, dia membuat lelaki yang terlentang di bawahnya tak berhenti mengucapkan semua kata sakral saat mereka menyatukan benda keramat mereka.
"Aaahhh...." lenguh keduanya, setelah sama-sama mendapatkan pelepasan yang selalu terasa nikmat yang seakan mengalir ke semua aliran darah mereka.
Sang perempuan berbaring di samping sang lelaki. "Terimakasih. Kamu memang tidak ada duanya." lagi-lagi kalimat pujian terlontar dari mulut sang lelaki tanpa ada habisnya.
Sang perempuan memeluk tubuh sang lelaki yang biasa-biasa saja. Tidak gemuk, tapi juga tidak berotot. "Jika bukan karena uang, gue juga ogah." batinnya tersenyum miring.
"Tenang saja, nanti akan aku transfer ke rekening kamu. Berbelanjalah sepuas hati kamu." ucapnya, mengecup kening lawan mainnya. Yang telah memanjakan dirinya.
"Makin cinta." cicit sang perempuan dengan nada manja.
Terdengar dering ponsel. "Siapa malam-malam menghubungi. Mengganggu saja. Awas saja, jika bukan hal penting." geramnya, merasa sang penelpon menganggu kesenangannya.
Dengan malas, diraihnya ponsel yang berada di atas meja kecil, yang terletak di samping ranjangnya. "Halo." ucapnya pertama kali setelah menggeser ikon berwarna hijau di layar ponsel.
Dia langsung duduk, ekspresi wajahnya terlihat tegang. Segera dia berdiri, tanpa membersihkan badan dipakainya baju yang berserakan di atas lantai.
Sang perempuan memandangnya dengan heran. Tak pernah sekalipun lelakinya melakukan hal tersebut selama dengannya. "Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya penasaran.
"Zoya mengalami kecelakaan." paparnya tanpa menoleh ke arah ranjang. Dimana lawan mainnya menatapnya dengan tatapan tak percaya.
"Jangan bercanda. Saya baru saja berkirim pesan dengan Zoya." tutur Milly, dengan badan masih telanjang di bawah selimut tebal.
"Reiner yang menghubungi. Dia yang memberitahu." jelas Tuan Darwin, papa dari Zoya.
Milly menegakkan tubuhnya. Dia tak peduli, kedua benda yang menempel di dadanya terlihat dengan jelas.
Lagi pula, pada siapa dia harus malu. Laki-laki di depannya bahkan sudah melihat semuanya, serta merasakan miliknya berulang kali.
"Zoya, kecelakaan." cicit Milly tak percaya, kembali mengucapkan kalimat yang dilontarkan Tuan Darwin.
Tuan Darwin menghampiri Milly. "Aku harus segera ke sana." pamitnya, mengecup kening Milly.
Milly menahan lengan Tuan Darwin. "Bolehkan aku ikut?" tanya Milly dengan ekspresi wajah sedih.
"Jangan gila, semua akan tahu hubungan kita." tolak Tuan Darwin langsung.
Mana bisa Tuan Darwin mengajak Milly ikut serta. Yang ada, semua terbongkar. Dan semua akan menjadi runyam.
Tuan Darwin memeluk Milly. "Aku akan memberitahu keadaan Zoya. Tenang saja. Jangan bersedih, Zoya akan baik-baik saja."
Milly mengangguk. Tuan Darwin menghapus air mata di pipi Milly. "Aku pergi dulu." pamitnya, yang diangguki oleh Milly.
Pintu kamar tertutup. Milly menghapus air mata di kedua pipinya. Lalu tersenyum, kemudian tertawa lepas. "Haaaaa....haaaa.. Zoya... Zoya.... Kasihan sekali elo." serunya.
Milly berdiri. Memutar kakinya di atas lantai seperti sedang menari, dengan keadaan telanjang tanpa sehelai benangpun melekat di tubuhnya.
Bahkan, Milly juga bersenandung dengan ceria. "Zoya,, semoga Tuhan meringankan beban hidup elo. Dengan cara segera mengambil nyawa elo." seringainya.
"Zoya, sudah lama gue menantikan hal ini. Elo terlalu bertingkah seperti bos. Padahal, papa elo tunduk di ************ gue." ucap Milly tertawa lepas.
"Gue berharap, elo tidak akan selamat. Karena lebih baik elo mati saja. Menyusahkan." geram Milly.
Milly memelintir ujung rambutnya. "Reiner...." Milly duduk di tepi ranjang. Membayangkan wajah tampan dari kekasih temannya tersebut.
"Reiner... kamu akan menjadi milik aku, jika Zoya tiada. Kita akan berbagi keringat dan saliva."
Milly naik ke atas ranjang. Meraba ranjang dengan gerakan sensual. Membayangkan Reiner berada di atas ranjang tersebut. "Hanya membayangkan wajah kamu saja, membuat aku kepengen." cicit Milly dengan nada serak.
"Reiner...." Milly selalu menyebut nama lelaki yang selama ini dia idam-idamkan untuk berada di atas ranjang, bersama dia.
Namun sayangnya, Reiner selalu menolak dia. Meski Milly menggodanya. Entah apa alasan Reiner menolak Milly.
Padahal, kenyataannya Reiner selalu mencari kesenangan di luar. Namun, sepertinya Milly juga tidka mengetahui hal tersebut.
Yang Milly tahu, Reiner sangat setia dan mencintai Zoya. "Zoya.... Gue berharap elo nggak akan kembali. Dengan begitu, gue akan dengan mudah menguasai semuanya."
"Papa elo beserta hartanya. Dan tentu saja, Reiner." seringainya.
Jari jemari Milly memainkan benda keramatnya miliknya. Milly memuaskan hasrat dengan caranya sendiri. Dengan pikirannya membayangkan wajah tampan Reiner, serta badan kekar milik kekasih dari temannya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
IndraAsya
🤮🤮🤮 menjijikan kau milly 🤮🤢
2023-11-07
0