Di sebuah rumah megah bak istana, seorang perempuan paruh baya melepas kepergian sang putri tercinta.
Nyonya Ratna mencium kedua pipi sang putri secara bergantian. "Hati-hati di sana. Kabari mama jika sudah sampai."
Zoya mengangguk. "Iya mamaku yang cantik."
"Jangan lupa terus berkabar. Ketemu Reiner, lupa sama mama." tukas Nyonya Ratna.
"Ya nggaklah ma." ucap Zoya dengan manja.
Kembali Nyonya Ratna mencium kedua pipi Zoya berkali-kali. "Astaga mama.... Zoya hanya akan pergi dua atau tiga hari. Bukan selamanya. Jadi, nggak usah drama seperti ini." ucap Zoya, merasa sang mama terlalu berlebihan.
"Mama juga nggak tahu kenapa. Rasanya berat melepas kamu pergi." Nyonya Ratna memeluk Zoya dengan erat.
"I love you ma. Zoya sayang banget sama mama." ucap Zoya membalas pelukan sang mama.
Nyonya Ratna hanya bisa tertawa pelan. Zoya memang sangat manja bila sedang bersama dengannya. "Papa sudah berangkat ma?"
Nyonya Ratna mengangguk. "Dari pagi."
Zoya cemberut. "Zoya heran, papa punya banyak karyawan. Tapi papa selalu senang sibuk sendiri." tukas Zoya.
"Husstt,,, kamu itu." tegur sang mama.
Zoya berangkat ke bandara di antar oleh sopir. Dirinya pergi dengan perasaan senang. Bagaimana tidak, Zoya akan bertemu dengan sang kekasih.
Padahal, mereka masih berpisah selama seminggu. Dan Zoya sudah begitu rindu. "Gue akan menghabiskan waktu berdua bersama Reiner." cicitnya.
"Pasti Reiner akan terkejut dengan kedatangan gue." ucap Zoya, yang memang tidak memberitahu pada Reiner, jika dirinya akan menemuinya.
Zoya memilih penerbangan first class. Tentu saja dengan pelayanan yang memuaskan. Perjalanan yang lumayan memakan waktu, membuat Yaya memilih untuk merebahkan badannya di atas ranjang dan tertidur lelap.
Setelah sampai, Zoya sama sekali tidak merasa lelah. Sebab hatinya memang merasakan kebahagiaan ingin berjumpa dengan orang terkasih.
Zoya dijemput oleh seseorang yang sebelumnya sudah diatur oleh sang papa. Bahkan, untuk tempat tinggalnya, sang papa juga sudah mengaturnya.
Tentu saja di apartemen yang bersebelahan dengan milik Reiner. Seperti yang diharapakan oleh Zoya.
Zoya langsung membersihkan diri. Merias diri secantik mungkin begitu sampai di apartemen. Tak lupa, Zoya menghubungi sang mama. Mengatakan jika dirinya sudah sampai di negara tempat Reiner berada.
"Sempurna." puji Zoya memandang penampilannya sendiri dari pantulan cermin.
Diambilnya parfum dengan harga mahal yang dia letakkan di atas meja rias. Disemprotkan ke beberapa bagian badannya. Hingga tercium semerbak wangi yang menggoda.
Zoya melihat ke layar ponselnya. Menunggu Reiner membalas pesannya. Sebab, Zoya mengirim pesan pada Reiner. Bertanya sedang apa Reiner sekarang.
Berkali-kali Zoya melihat ke ponselnya. Hanya ingin melihat balasan pesan dari Reiner. Tapi sama sekali tak ada pesan dari Reiner. Yang ada dari teman atau orang lain.
"Seharusnya Reiner sudah pulang bekerja." cicit Zoya.
Zoya memutuskan untuk keluar dari apartemennya. Dan langsung menuju ke apartemen milik Reiner yang berada tak jauh dari apartemen miliknya.
Saat kaki jenjang Zoya melangkah dengan anggun, indera pendengarannya menangkap bunyi yang menurutnya aneh. Tapi terdengar familiar.
Zoya berjalan ke arah di mana dia mendengar bunyi tersebut. Sebelah matanya memicing, melihat apa yang ada di depan matanya.
Seorang lelaki dengan memakai jas berwarna hitam, bercumbu dengan seorang perempuan dengan pakaian seksi di lorong apartemen.
Zoya hanya bisa melihat wajah sang wanita, sebab sang lelaki memunggunginya. "Tidak sabaran sekali mereka. Astaga." lirih Zoya bergidik.
Bahkan, tangan sang lelaki juga sudah masuk ke dalam gaun seksi milik sang wanita. Memainkan jari jemarinya di sana.
Begitu juga dengan s sang wanita. Memasukkan tangannya ke dalam celana sang lelaki. Dan Zoya sudah bisa menebak apa yang dia lakukan.
"Menjijikkan. Kenapa tidak masuk ke dalam. Seperti hewan saja." cicit Zoya, membalikkan badan.
Langkah Zoya terhenti, saat mendengar suara sang lelaki yang sedang mendesah. "Suara itu." gumam Zoya, segera membalikkan badan.
Dengan perasaan takut bercampur khawatir, Zoya melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah mereka.
"Reyyy...." panggil sang wanita dengan suara serak mengundang hasrat.
"Rey,, Reiner." tebak Zoya dalam hati. "Tidak mungkin. Reiner tidak mungkin berkhianat. Dia lelaki setia." ucap Zoya menepis pikiran negatif dari benaknya.
Sang wanita menghentikan aksinya, saat melihat Zoya menatap ke arah mereka dengan intens. "Ada apa?" tanya Reiner pada wanita di depannya dengan menggunakan bahasa asing.
Deg... benar. Itu benar-benar suara dari lelaki yang dicintai sepenuh hati oleh Zoya.
Wanita tersebut tidak menjawab pertanyaan Reiner. Dia memandang tajam ke arah Zoya, yang berada di belakang Reiner. Memandang ke arahnya dengan tatapan sayu.
Reiner merasa wanitanya menatap ke arah belakang. Membuat dirinya membalikkan badan. Penasaran, apa penyebab hingga wanitanya menghentikan kegiatan panas mereka.
Deg... Pandangan Reiner dan Zoya bersitatap. "Zoya." cicit Reiner.
Zoya tersenyum kecut. Dirinya tak mampu menahan air mata yang sudah terkumpul di pelupuk matanya. "Ba-ba-bagaimana kamu bisa ada di sini?"
Reiner mendekat ke arah Zoya, dengan tatapan terkejut. Zoya mengangkat tangannya. Menyuruh Reiner untuk berhenti.
"Maaf, mengganggu." ucapnya di sela-sela isakan tangisnya.
Zoya membalikkan badan. Berlari menjauh dari Reiner dam wanita tersebut tanpa arah tujuan. Pikirannya kosong. Hatinya terasa hancur hanya beberapa detik.
Reiner mengejar Zoya. Teriakan sang wanita untuk menghentikan Reiner sama sekali tidak berpengaruh. "Sial... Siapa perempuan itu?!" geramnya.
Zoya terus berlari. Naik ke lift, dan berlari lagi begitu lift terbuka. Beberapa kali, tubuh Zoya yang sempoyongan menabrak orang yang berjalan berlawanan dengannya.
"Zoya....!!!" teriak Reiner, melihat tubuh Zoya tertabrak mobil dengan kecepatan tinggi. Hingga tubuh Zoya melambung tinggi dan terjatuh keras di atas aspal.
Reiner sangat syok dengan apa yang dia lihat. Bahkan lidahnya kelu untuk sekedar berbicara. Dengan dibantu petugas keamanan di apartemennya, Reiner membawa tubuh Zoya yang bersimbah darah ke rumah sakit.
Reiner segera menghubungi Tuan Darwin. Papa dari Zoya. "Gue harus punya alasan. Nggak mungkin gue bilang dengan jujur sebab Zoya mengalami kecelakaan." gumam Reiner di depan ruang operasi.
"Semoga, Zoya selamat." cicit Reiner berharap.
Sebenarnya, Reiner hanya mengisi waktu luangnya dengan bermain wanita. Dirinya benar-benar tidak mempunyai niat untuk mengkhianati Zoya.
Tapi siapa yang menyangka. Zoya malah melihat sendiri saat dia sedang bersama seorang wanita yang baru saja dia kenal semalam di bar.
"Tuhan. Selamatkan Zoya." harap Reiner. Meski Reiner sendiri melihat, bagaimana parahnya keadaan Zoya. Tapi dia tetap berharap Zoya selamat..
Sebenarnya, Reiner sejak dulu memang suka bermain perempuan. Hanya saja, Reiner dengan pandai menutupi kelakuannya tersebut. Sehingga Zoya tidak pernah tahu.
Apesnya, hari ini Zoya melihatnya. Dan langsung terjadi kejadian yang sama sekali tidak terduga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments