Gadis Perhatian Yang Terkadang Pemalu, Alisia
SMA Serikat Bangsa
Merupakan sekolah yang ternama dan populer di kalangan mahasiswa. Sekolah yang bergengsi berisikan murid hebat dan berbakat. Bukan hanya dikenal sebagai sekolah dengan lulusan terbaik, tentu saja sangat sulit untuk bisa lolos seleksi pendaftaran.
Tidak heran banyak siswa yang ingin masuk ke sekolah tersebut. Tetapi dengan begitu, tidak heran banyak siswa bergengsi di dalamnya.
Alisia Manda adalah seorang siswi terkenal di angkatan kedua. Selain memiliki paras cantik dia juga ramah dengan orang lain. Tidak heran banyak murid laki-laki atau perempuan yang mengaguminya.
“Lihat, seperti biasa Putri Alisia selalu manis dan anggun.”
“Benar, rambut silvernya yang panjang juga rok yang di atas lutut memperlihatkan kaki putihnya yang mulus.
“Beruntung sekali aku satu sekolah dengan putri seperti dia.”
“Kecilkan suaramu!”
Selain cantik dia juga siswi yang teladan dan berbakat. Tidak heran setiap semester dia selalu menduduki peringkat tiga besar.
Teman sekelasnya pun sangat menyukainya. Banyak yang meminta ajaran darinya. Murid laki-laki yang hanya bisa mengagumi dari jauh terkadang merasa iri karena tidak dapat mendekat.
Bukan berarti dia tidak mau mengobrol dengan lawan jenis, tetapi mereka sadar jika berbicara dengannya akan menimbulkan tatapan yang mencekam dari murid lain.
“Dia selalu manis seperti biasa.”
“Bukan urusanku.”
“Hei...Apakah kamu tidak tertarik dengan putri ?”
“Tidak juga, lagi pula dia terlalu jauh untuk kita.”
“Kamu memang cuek seperti biasa.”
“Diam.”
Fadli Aryadi merupakan siswa tahun kedua yang cukup pandai. Meskipun belum pernah mendapat juara 1, tetapi dia selalu masuk jajaran sepuluh besar. Dia pun masuk melalui jalur beasiswa akademi karena prestasinya yang cukup baik di sekolahnya sebelumnya.
Meskipun demikian Arya tidak terlalu populer dibandingkan anak laki-laki lain. Bukan karena dia seorang penyendiri, hanya saja Arya tidak ingin melibatkan dirinya ke situasi yang rumit.
“Apa kamu sudah mengerjakan tugas matematika hari ini?”
“Tentu saja.”
“Pinjamkan aku tugasmu, Arya~”
Ghani menyatukan kedua tangannya, sambil memohon kepada Arya supaya dia mau meminjamkan buku tugasnya.
Arya yang tidak tahan dengan sikap temannya tersebut, mengeluarkan buku tugas dari dalam tasnya dengan sedikit terpaksa.
“Kamu pemalas seperti biasa.”
“Bukannya aku lupa, hanya kegiatan ku agak padat belakangan ini.”
“Bahkan jika kamu senggang kamu tetap tidak mengerjakan tugasmu.”
“Ayolah... akan ku traktir makan siang mu.”
“Kamu membuatku tidak bisa menolak permintaanmu.”
“Terima kasih Arya.”
Ghani Liandi merupakan murid angkatan kedua yang satu kelas dengan Arya. Mereka terlihat berlawan dimana Ghani merupakan siswa yang energik. Berbeda dengan Arya, Ghani mengikuti kegiatan klub di sekolahnya. Meskipun tampang mereka berdua bisa dibilang bagus. Ghani terlihat lebih hidup dibandingkan Arya.
Setelah jam keempat selesai, sekarang waktunya jam istirahat.
“Ayo segera ke kantin sebelum terlambat.”
“Kamu selalu semangat urusan makanan.”
“Karena butuh banyak bahan bakar untuk mengeluarkan tenaga lebih.”
“Baik Baik ~”
Setelah membeli makanan di kantin mereka memakannya di kelas.
Meskipun biasanya mereka memakan di kantin. Hari ini terlalu ramai untuk makan di sana.
“Wah...si putri itu membuat suasana kantin begitu ramai.”
“Yah, semua akan tertarik dengannya.”
“Syukurlah kita mendapatkan makanan kita.”
“Ya, aku tidak terlalu suka hal-hal berisik.”
“Baik baik tuan penyendiri~”
“Berisik.”
Ghani mencoba untuk mengejek Arya, tetapi Arya tidak memperdulikan omongannya dan hanya fokus kepada makanannya.
Sepulang sekolah, Arya memutuskan untuk mampir ke supermarket untuk membeli sesuatu.
Karena jarak yang jauh dari rumahnya, Arya memutuskan untuk tinggal di apartemen.
Meskipun bukan apartemen mewah setidaknya cukup untuk siswa sekolah menengah.
Arya biasa memasak sendiri di rumah. Tetapi hari ini, dia memutuskan untuk membeli mie instan dengan telur dan sayur-sayuran untuk makan malamnya.
“(Malam ini sepertinya aku makan mie instan saja.)”
“(Berhubung sudah memasuki musim hujan akan sangat nikmat menyantap mie instan.)”
Setelah bergumam dan memutuskan apa yang akan dia beli. Kemudian Arya keluar dari supermarket dan berjalan pulang.
Jarak dari sekolah ke apartemennya tidak begitu jauh. Mungkin sekitar 45 menit jika dia berjalan kaki.
Saat perjalanan pulang, Arya melihat sosok yang familiar di matanya. Rambut putih berkilau yang terurai, senyum manis di wajahnya membuatnya seperti putri salju yang sedang menunggu kehadiran pangeran.
Dia sedang duduk di bangku tamam sambil memegang seekor kucing di pangkuannya.
Meskipun sekilas tidak ada yang aneh dia menyadari ada kejanggalan. Roknya yang kusut dan kotor serta bajunya yang terlihat berdebu tampak jelas di mata Arya.
“(Apakah aku harus menghampirinya?)”
Begitu Arya bergumam dan memastikan apakah dia harus melibatkannya atau tidak.
Dia pun memutuskan untuk menghampirinya.
“Apakah kamu baik-baik saja?”
“Eh Arya ada apa?”
“Aku sedang dalam perjalanan pulang dan melihatmu dalam masalah.”
“Apa maksudmu? Aku baik-baik saja kok.”
Meskipun dengan senyum polos yang dia berikan Arya bisa tahu kalau dia sedang kesakitan.
“Tunggu sebentar.”
Setelah membeli beberapa barang dia kembali ke tempat sebelumnya.
“Tolong bukalah sepatu dan kaos kakimu.”
“Hah?!”
“Aku hanya ingin membasuh luka di kakimu dengan es batu.”
Setelah melepas sepatu dan kaos kakinya dia pun memberikan pertolongan pertama.
Sepertinya kakinya terkilir dan ada sedikit luka lembab dikakinya.
Arya segera memberikan es batu ke pergelangan kakinya yang terkilir, kemudian melilitkan kain untuk meredakan nyeri. Dia juga memberikan perban di kakinya yang terluka.
“Kenapa kamu bisa tahu aku terluka?”
“Dengan kondisimu yang seperti itu tentu saja aku menyadarinya.”
Arya melihat seragam Alisia yang terlihat kotor dan berantakan
“Apa yang kamu lihat?”
“Tidak, aku hanya penasaran kenapa itu bisa terjadi?”
Gadis itu tersenyum dan tertawa kecil setelah ditanyai seperti itu
“Ini hanya kecelakaan. Aku menyelamatkan kucing yang hampir terlindas mobil.”
“Kemudian aku tersandung karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhku sehingga kakiku bersentuhan dengan terotoar.”
“Kamu sangat peduli dengan binatang.”
“Tidak juga, aku hanya tidak tega mereka mati begitu saja.”
“Benar-benar Tuan Putri.”
Setelah dibilang begitu wajahnya menatap ke atas dengan senyum yang hampa. Matanya kosong seperti tidak ada harapan didalamnya.
“Alisa, apakah ada yang salah?”
“Tidak... tidak...”
Setelah beberapa saat, Arya selesai mengolesi obat di luka tersebut dan menuntupnya dengan kain.
“Baiklah sudah selesai.”
“Terima kasih. Ternyata kamu cukup pandai dalam hal seperti ini.”
“Itu hanya pertolongan pertama. Semua orang bisa melakukannya.”
Setelah selesai mengobati kakinya dia pun bersiap untuk lanjut pulang. Tetapi dia sedikit khawatir dengan kondisi kakinya.
“Apakah rumahmu masih jauh dari sini?”
“Ya aku masih harus ke stasiun terlebih dahulu.”
“Kalau begitu aku akan menggendongmu ke stasiun.”
“Hahh!?”
Meskipun penampilannya yang tidak begitu energik. Sebenarnya dia memiliki otot yang kuat karena dia juga sesekali berolah raga.
Dia mengeluarkan jaket dari tasnya dan memberikannya kepada Alisia.
“Ini ambillah.”
Alisia masih bingung dengan situasinya saat ini. Dengan gugup Alisia menerima tawaran dari Arya.
“Pakailah supaya tidak ada yang mengenalimu.”
“Baiklah.”
Arya berlutut membelakangi Alisia dan memberikan punggungnya agar dia bisa mudah menggendongnya.
“Kamu tidak akan mengeluh karena kamu sendiri yang menawarkan tumpangan kan?”
“Setidaknya aku masih kuat menggendong gadis SMA sepertimu.”
“Apakah kamu pikir aku tidak seperti gadis SMA lain?”
“Aku tidak mengatakannya.”
“Dasar bodoh.”
Setelah beberapa menit perjalanan, mereka sampai di stasiun.
“Baiklah, karena sudah sampai dan keretamu juga sudah datang, aku pamit dulu.”
“Tunggu!”
Alisia menarik lengan bajunya seakan mengharapkan sesuatu.
Arya pun menoleh kebelakang dan melihat Alisia dengan keadaan seperti sedang kesepian.
“Ada apa?”
“Tidak... itu, terima kasih karena telah menolongku dan memberikan tumpangan sampai sini.”
“Tidak apa, sudah sewajarnya.”
“Baiklah sampai besok Arya.”
Alisia berbalik masuk ke dalam kereta, sementara Arya melanjutkan perjalanan ke rumahnya.
Sambil berjalan Arya mengingat kejadian hari ini dan merasa lelah.
“Huh hari ini banyak hal yang sudah terjadi...”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Firenia
sepertinya banyak sekali bebanmu bang
2023-06-12
1
Firenia
ngena banget 😂
2023-06-12
1
Manusia Biasa
Mantap gw suka gaya penulisan gini serasa kayak light novel
2023-06-02
1