Pagi hari yang cerah, kicauan burung terdengar dimana – mana. Sinar matahari pagi menghangatkan tubuh diiringi hembusan angin segar. Di hari libur yang damai, Arya sedang berolahraga pagi. Meskipun dia jarang berolahraga belakangan ini, Arya bertekad pada dirinya untuk memperbaiki tubuhnya setidaknya begitu.
Sebenarnya beberapa jam sebelumnya Arya mendapat panggilan dari Ghani. “Ayo bermain game bersama di rumahmu....” Saat itu Arya masih tertidur, dia berniat bangun agak siang karena ini hari liburnya. Karena panggilan dari temannya membuat Arya tidak bisa melanjutkan tidurnya. Meskipun Ia sudah berusaha mencoba memejamkan mata berkali – kali, tetap saja tidak berhasil. Karena sudah merasa lelah, Arya bangun dari tempat tidurnya dan memutuskan untuk berolahraga.
Tidak masalah untuk Arya bangun lebih pagi di hari liburnya, karena dia bisa berolahraga dan melakukan aktivitas lain. Tubuhnya juga akan menjadi lebih segar jika dia bangun di pagi hari.
Hanya saja belakangan ini jam tidur Arya sempat terganggu, bukan karena tugas karena dia selalu menyiapkan tugas lebih awal. Tapi, jam tidurnya terganggu karena Arya sering membaca manga dan light novel kesukaannya.
Karena jadwal sekolah yang padat belakangan ini, membuat Arya tidak bisa menikmati hobinya dengan tenang. Oleh karena itu, kebetulan sekarang sedang weekend, Arya mulai melakukan hobinya kembali tanpa harus mencemaskan jam tidurnya.
Hari ini Arya terpaksa bangun lebih awal di hari weekend karena panggilan dari Ghani. Arya tidak punya kesempatan untuk menolak permintaan temannya. Ghani akan terus memohon sampai Arya mengizinkannya.
(Yah...ada baiknya aku bisa keluar meregangkan tubuhku setelah sekian lama.)
Mereka membuat janji jam 10 di rumah Arya. Karena Arya tinggal sendiri di apartemennya, membuat mereka berdua nyaman dalam bermain. Banyak permainan yang bisa dilakukan di rumah Arya seperti video game, menonton televisi, terkadang mereka membaca manga bersama.
Tanpa harus khawatir dengan gangguan orang luar, mereka bebas melakukan apapun selagi tidak menimbulkan kekacauan.
Selesai berolahraga, Arya membersihkan tubuhnya yang penuh keringat dengan sabun. Setelah membilas busa sabun mandi, Arya menenangkan dirinya didalam bak mandi sambil melepas lelah setelah berolahraga. Karena sangat lelah, Arya memejamkan matanya tidak lama tertidur sekitar dua puluh menit di bak mandi. Setelah sadar dari tidurnya, Arya segera mengeringkan tubuhnya keluar dari kamar mandi.
(Huahh...rasanya kembali segar setelah berendam dengan air hangat.)
Begitu dia melihat ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukan pukul 09.40 yang sebentar lagi Ghani akan sampai. “Masih ada waktu 20 menit lagi....” , Arya pergi untuk merapikan ruangan, meskipun bisa dibilang cukup bersih untuk ukuran siswa SMA yang tinggal sendiri, Arya sesekali membersihkan apartemennya supaya enak dipandang.
Setelah bersih semua, Arya pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan yang sederhana dan tidak memakan waktu. Dia membuat nasi goreng ditambah telur gulung diatasnya. Tidak terasa sudah dua puluh menit berlalu tidak lama bel dirumahnya berbunyi. Seperti yang dia duga, Ghani akhirnya sampai dirumahnya. Meskipun memakan perjalanan cukup lama dari kediamannya, tidak ada tanda – tanda kelelahan dari tubuhnya. Yang ada hanya ekspresi bersemangat dan antusias menyambut liburan akhir pekan.
“Yo ~, selamat pagi Arya.”
“Kamu terlihat bersemangat sekali hari ini.”
“Tentu saja, kita akan bermain menghabiskan waktu di rumahmu.”
“Memangnya ada orang yang senang menghabiskan waktu liburnya dengan hanya berdiam di rumah?”
“Itu tidak masalah untukku...yang penting kita akan bersenang – senang.”
“Yah...terserah kamu saja. Masuklah.”
“Maaf mengganggu ~”
Sudah cukup lama Ghani tidak mengunjungi rumahnya. Padahal dia sering berkunjung dulu saat mereka pertama berteman. Akhir – akhir ini Ghani biasa menghabiskan liburan dengan pacarnya atau aktivitas klub di sekolah.
“Wahh...tempatmu selalu bersih seperti biasa....”
“Tentu saja, aku selalu menjaganya supaya tetap nyaman dilihat.”
“Padahal kamu mahasiswa lelaki yang tinggal sendiri di apartemen.”
“Tidak semua mahasiswa lelaki akan mengotori tempatnya hanya karena dia tinggal sendiri. Justru aku merasa pemandangan yang bersih akan membuatmu lebih nyaman untuk tinggal.”
“Hee....”
Sambil mengamati sekelilingnya yang bersih dan tertata rapi, Ghani menyantap Arya dengan tatapan curiga dan senyum menyeringai di mulutnya.
“Apa kamu juga menyimpan sesuatu di rumahmu?”
“Apa yang kamu bicarakan?!”
“Umumnya anak laki – laki pubertas yang tinggal sendiri mempunyai rahasia yang disembunyikan.”
“Kamu tidak akan menemukan sesuatu seperti itu disini.”
“...Hmm, benarkah...?”
“Kalau kamu terus mendesak, sebaiknya aku memulangkanmu.”
“Baiklah, baiklah...aku percaya padamu.”
Ghani yang sepertinya tidak puas karena tidak berhasil mengulik lebih dalam rahasia temannya, dan hanya bisa menyerah dengan keadaan. Sejujurnya Ghani tidak mempermasalahkan, yang penting dia bisa bermain game bersama sudah cukup untuknya.
“Tunggu disitu, aku akan menyiapkan minuman dan cemilan untuk kita main.”
Sambil menunggu Arya menyiapkan cemilan, Ghani duduk di sofa yang Arya suruh sambil menonton televisi. Tidak lama...Arya kembali dari dapur membawa cemilan dan minuman untuk dinikmati. Mereka menyalakan video game yang mereka janjikan dan sudah tidak sabar untuk mulai.
“Game apa yang akan kita coba untuk pembukaan?”
“....”
Sesaat Arya terdiam dan menundukkan kepalanya, kemudian ketawa jahat muncul dari mulutnya dengan ekspresi tidak kenal takut.
“Haha...aku sudah menyiapkan game apa saja yang akan kita mainkan hari ini. Kita awali dengan game ‘The Battle of Shadow’, game duel terbaru yang sedang populer.”
“Uwow~, kenapa mendadak semangatmu berapi – api!?”
“Sudah sekian lama aku tidak menghabisimu dalam pertarungan.”
“Oke! Kita buktikan apakah kamu masih bisa mengalahkanku!?”
Setelah menyetel dan memprogram gamenya, masing – masing memilih karakter andalan.
“Yosh!~, ayo maju!”
Dulu mereka masih sering bermain game bersama, dan Ghani lebih banyak memenangkan pertandingan duel diantara mereka. Tapi sekarang dia dibantai telak oleh Arya yang diam – diam seperti menyusun rencana licik.
“Argh...! Ini sudah ke enam kali dan aku masih belum bisa menumbangkanmu satu kali pun.”
“....”
Arya tidak merespon pada kekesalan temannya, senyumnya semakin melebar setelah berhasil mengalahkan Ghani yang ke tujuh kali.
“Hahaha... ha... haha....”
“?!”
Tiba – tiba Arya tertawa keras seperti merasakan kepuasan yang sangat besar.
“...Akhirnya pembalasan setelah berbulan – bulan aku tunggu tersampaikan. Sudah lama aku menanti momen dimana aku bisa menghabisimu dalam pertandingan.”
“Hah?! Aku tidak mengerti maksudmu? Lagian kenapa kamu terlihat seperti villain yang berhasil menumbangkan MC di cerita anime?”
“Ya...aku butuh banyak usaha untuk ini. Karena aku hampir tidak pernah menang olehmu dulu, aku berlatih game pertarungan duel terus – menerus. Sampai akhirnya, aku memahami pola dasar serangan karakter dan timing dalam menghindar.”
Sebenarnya Arya tidak selalu kalah dalam duel, hanya kebanyakan dimenangkan oleh Ghani sampai dia sendiri lupa berapa kali dia sudah menang.
“Kamu sampai segitunya untuk bisa mengalahkanku?”
“Aku tipe orang yang belum puas sebelum menuntaskan apa yang aku inginkan. Itulah alasan aku sangat bersemangat setelah berhasil mengalahkanmu.”
“Tapi bukannya ini game baru? Kenapa kamu bisa dengan mudah membaca gerakanku?”
“Memang ini game baru dan sangat populer, tetapi dasar serangan karakternya hampir sama dengan game yang sudah ada, sehingga hanya perlu penyesuaian sedikit.”
Ghani hanya mengangguk dan terdiam setelah dirinya dipecundangi habis – habisan oleh orang yang dulu dia kalahkan. Tidak hanya itu, otomatis dia juga telah masuk perangkap yang sudah disiapkan dengan matang oleh Arya.
“Baiklah aku kalah kali ini...kita coba game lain saja.”
“Tidak masalah.”
Mereka mencoba berbagai jenis game mulai dari balapan, adventure, survival mereka sudah coba. Sama seperti sebelumnya, Ghani dibabat habis dalam setiap ronde. Tidak ada perlawan berarti bagi Arya karena semua sudah sesuai prediksinya.
“Hei! Apa kamu melatih semuanya untuk mengalahkanku?”
“Tidak semua, hanya saja prediksiku tepat sasaran dalam memperkirakan game apa yang akan kita mainkan.”
“Bukankah itu terlalu akurat?!”
Tidak terasa mereka sudah bermain selama lima jam. Dalam semua pertandingan yang mereka mainkan, Ghani hanya menang lima kali itupun tidak sepenuhnya hasil usahanya. Bisa dibilang sebagai hadiah hiburan dari tuan rumah.
“Ahh...sudah cukup, ayo sudahi permainan bodoh ini.”
“Oke, aku juga sudah puas mengalahkanmu. Jadi, apakah sekarang kamu mengakui kehebatanku?”
“Jujur saja kamu sangat menakutkan dalam hal balas dendam.”
“Aku menganggap itu sebagai pujian.”
Lalu mereka bersantai di sofa sambil menyantap cemilan dan minuman. Mereka juga mengobrol santai dan bertukar candaan.
“Kamu tahu? Suasana seperti ini seperti sedang bernostalgia. Meskipun baru beberapa bulan aku tidak main ke rumahmu.”
“Aku juga sedikit merindukan suasana seperti ini.”
“Sejak aku bersama Lyn, aku menghabiskan liburanku bersamanya untuk berkencan. Maaf kalau selama ini aku jarang berkunjung ke rumahmu.”
“Tidak masalah, aku tahu hubungan kalian sangat baik dan aku juga mengenal pacarmu. Jadi tidak apa – apa kalau kamu jarang kesini lagi.”
“Lain kali jika Lyn sedang ada urusan seperti sekarang, aku akan menghubungimu kembali.”
“Yah, sebaiknya jangan terlalu sering karena waktu weekend ku akan terbuang....”
“Kamu masih tidak bisa jujur dengan dirimu sendiri.”
“Berisik.”
Keduanya saling tertawa dan bersenang – senang bersama menikmati hari libur mereka. Rasa solidaritas yang erat membuat pertemanan mereka tidak akan hancur oleh urusan sepele. Meskipun waktu memisahkan keadaan, mereka masih saling bertemu dan bercanda di sekolah.
“Ngomong – ngomong dimana kamu menyimpan koleksi otaku mu?”
“Aku menyimpannya di kamarku.”
“Perlihatkan padaku, siapa tahu ada rekomendasi manga atau light novel bagus.”
“Aku tidak melarangmu melihatnya, tapi jangan mengacak – acak buku – buku di rak, karena sangat merepotkan untuk mengembalikannya kembali.”
“Aku janji tidak akan mengacau.”
Setelah mendapat persetujuan dari Arya, mereka memasuki kamar untuk melihat – lihat koleksi buku Arya. Karena keduanya memiliki hobi yang sama tidak masalah bagi Arya menunjukannya kepada Ghani. Dia juga sering mendapat rekomendasi manga terbaru dari Ghani, dan itu juga salah satu alasannya menyukai hobi yang sekarang.
Saat mereka memasuki kamar, Ghani dikejutkan oleh jajaran buku – buku yang tersusun rapi di rak. Kurang lebih terdapat tiga rak buku besar yang penuh dengan koleksi buku manga dan light novel. Jumlah itu lebih banyak dua kali lipat sebelumnya saat terakhir kali Ghani berkunjung.
“Wahh~…sudah lama aku tidak melihat koleksi manga dan light novel milikmu. Bahkan terakhir aku berkunjung belum sebanyak sekarang.”
“Sejak saat itu...aku terus menambah koleksi buku – bukuku. Walaupun ini belum sebanding dengan punyamu bukan...?”
“Hehe~, sejujurnya aku meletakkan koleksi otaku ku di ruangan tersendiri...sehingga aku bisa bersantai dengan tenang saat membacanya.”
Meskipun bisa dibilang koleksi buku – buku Arya sudah tidak terhitung sampai memenuhi kamarnya, Ghani memiliki koleksi buku tiga kali lebih banyak yang disimpan di ruang pribadinya.
Meskipun belum pernah melihat secara langsung, Arya bisa membayangkan betapa banyak buku yang dia punya serta berapa banyak uang yang keluar setiap bulannya.
(Hmm...apa hobi otakunya sangat didukung oleh orang tuanya...?)
Didalam hatinya Arya berpikir ‘apa setiap orang kaya memiliki kehidupan yang bebas di setiap anggota keluarganya...?’. Mungkin ada sedikit rasa cemburu di hatinya, tapi Arya segera membuang pikiran negatifnya dan kembali ke dirinya semula.
Kehidupan Arya memang tidak semapan dengan Ghani, tetapi dia sangat bersyukur karena diperbolehkan untuk tinggal sendiri di apartemen.
(Aku juga berterima kasih kepada orang tuaku yang mengizinkanku tinggal disini.)
“...Arya, dimana kamu menyimpan buku itu?”
“Apa yang kamu bicarakan hah?! Apakah pikiranmu hanya berisi sesuatu yang bersifat pornografi?”
“Itu sudah menjadi hal lumrah untuk siswa SMA yang tinggal sendiri di rumahnya kan...?”
“Mana mungkin hal seperti itu dianggap kebiasaan?! Aku pikir hanya orang bodoh sepertimu yang melakukan hal menjijikan seperti itu!”
“Aku tidak membantah hal tersebut, memang beberapa ada di rumahku.”
Dengan tidak ada rasa bersalah setelah mengatakan kalimat tersebut dari mulutnya, Arya semakin yakin kalau kehidupan remaja Ghani benar – benar tidak ada pengawasan. Bisa dibilang itu adalah kelebihan yang disalahgunakan.
(Semakin dipikir...semakin menakutkan....)
“Ayolah~, aku tahu kami menyembunyikan kartu as mu di suatu tempat bukan?”
“Sudah aku bilang aku tidak memiliki hal semacam itu!”
Ghani yang masih penasaran dengan rasa ingin tahu yamg meluap terus mendesak Arya.
Sebaliknya, Arya yang berulang kali memberitahu kebenarannya merasa muak, ia hampir kehilangan kesabarannya.
Bukannya percaya kepada Arya, Ghani semakin yakin setelah dibantah terus – menerus kalau ada sesuatu yang janggal. Karena penasaran dia mengecek isi rak buku tetapi tidak menemukan hal yang aneh. Kemudian dia memeriksa di bawah tempat tidur juga tidak menemukan hasil apapun.
Arya hanya diam sambil memandang tingkah laku temannya yang sangat keras kepala.
(Ugh...! Dasar! kampret satu ini benar – benar tidak mau menyerah...)
Disisi lain sepertinya Ghani mulai berhenti untuk mengulik seisi rumah Arya. Dia tidak menemukan barang yamg dia cari. Ghani sejujurnya masih tidak terima, dia merasa Arya pasti menyembunyikannya di suatu tempat.
“Jadi? Kamu sudah puas menggeledah kamar orang lain?”
“Hmm...ini mustahil, kenapa aku tidak menemukan bukti apapun. Apa kamu serius...tidak memiliki barang tersebut?”
Dia terdiam sejenak sambil memegangi dagunya sambil berpikir ‘apa kamu benar – benar waras...?’, lalu dia mengangguk seakan meluruskan pikirannya.
“Baiklah, aku rasa kamu jujur kali ini. Aku tidak menemukan tanda – tanda mencurigakan di sekitar sini. Bahkan ekspresi wajahmu tidak khawatir sama sekali.”
“Apa yang harus aku khawatirkan dari tadi hah?! Sebaliknya aku mulai lega karena kamu mulai menyerah sekarang.”
“Yaa~… tidak ada yang tahu kebenaran yang sebenarnya. Kalau begitu, aku pulang sekarang.”
“Setelah membuat kerusuhan di kamarku kamu pergi begitu saja?”
“Tapi, aku tidak benar – benar mengacaukannya. Semua sudah aku kembalikan ke tempat semula.”
Kemudian Ghani keluar dari kamar dan beranjak pulang ke rumahnya. Sebelum dia pergi keluar, Ghani berbalik sebentar kearah Arya.
“Kamu aman kali ini Arya, sampai ketemu kembali disekolah~...”
Dengan melambaikan tangan dan berjalan menuju pintu masuk, Ghani meninggalkan Arya yang masih terpaku ditempat dengan sedikit kekesalan di wajahnya. Suasana kembali seperti semula, tidak ada keributan yang terjadi. Arya merapikan kembali kamarnya yang sedikit berantakan.
“Yahh~…hal seperti itu sudah aku buang jauh – jauh beberapa bulan yang lalu~....”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments