Chapter 3 – Rayuan Maut Putri Alisia

“Kamu baik – baik saja Arya?”

Hari ini kelas Arya sedang melaksanakan jam olahraga. Biasanya semua murid bersama di gedung olahraga dan antara laki – laki dan perempuan akan dipisah dengan jaring.

Kali ini murid perempuan yang memakai GOR untuk senam lantai dan murid laki – laki berada di lapangan sepak bola. Kebetulan hari ini kelas sebelah sedang jam olahraga di lapangan. Kemudian kelas Arya latih tanding sepak bola dengan kelas sebelah.

Arya sempat ikut bermain, tetapi ditengah pertandingan bolanya direbut paksa sehingga Arya terjatuh dan pergelangan kakinya sedikit bermasalah. Hal itu sudah biasa dalam pertandingan dan tidak ada perkelahian setelahnya. Anak itu juga tidak berniat mencelakai Arya dan juga dia sudah meminta maaf.

“Tidak apa – apa, hanya cedera ringan akan segera pulih.”

“Oh, baiklah, kalau kamu butuh sesuatu panggil saja aku.”

“Semua akan baik – baik saja, kalian lanjutkan saja pertandingannya.”

Ghani dan Riyan meninggalkan Arya yang terduduk ditepi lapangan. Arya merasa kesal dengan dirinya sendiri karena merasa tubuhnya terlalu gampang cedera.

(Kalau saja aku berolahraga belakangan ini dan pemanasan dengan benar ini tidak akan terjadi.)

Begitu Arya mengutuk dirinya sendiri dengan wajah lesu yang sedikit berkeringat.

Sementara teman – temannya masih melanjutkan pertandingan. Ghani terlihat sangat antusias kali ini, mungkin karena pacarnya sedang mendukungnya di pinggir lapangan. Ghani memang anak atletik, dia mempunyai stamina lebih dibandingkan Arya. Apalagi saat orang yang dicintainya memberikan dukungan langsung dihadapannya.

Begitu juga Riyan, meskipun dia tidak seantusias Ghani, tetap saja Riyan juga mengikuti kegiatan klub sepak bola sepulang sekolah. Jadi bisa dikatakan mereka mempunyai tubuh dan stamina lebih dibandingkan Arya.

“Cuaca hari ini sangat panas, sebaiknya aku membeli minum dan menenangkan diri sebentar.”

Arya berjalan keluar menuju mesin penjual minuman di bawah sekolah. Meskipun jalannya yang tertatih – tatih, setidaknya Arya masih bisa melakukan sendiri.

Tidak lama setelah Arya pergi, murid perempuan telah selesai dengan pelajaran di GOR dan menuju lapangan untuk menonton pertandingan. Setelah sampai di lapangan mereka memberikan dukungan kepada murid laki – laki yang sedang bertanding atau lebih tepatnya kepada Riyan.

Skor pertandingan menjadi sengit, setelah Riyan memasukkan bola dan merubah kedudukan menjadi 2-3 yang membuat kelasnya unggul.

Alisia melihat sekeliling dengan seksama dan menyadari seseorang yang dia cari tidak ada di lapangan. Kemudian Alisia menoleh kebelakang dan melihat Arya di kejauhan. Tanpa pikir panjang Alisia langsung menyusul ke arah Arya.

“Kamu mau kemana Manda?”

“Ah, itu...sepertinya aku sedikit haus dan akan membeli minuman.”

“Kalau begitu aku nitip belikan jus jeruk.”

“Aku ingin jus mangga.”

“Baiklah, aku akan segera kembali.”

Setelah berpisah dari teman – temannya Alisia langsung menyusul ke arah Arya pergi.

“Kalau tidak salah tadi ke arah sini.”

Alisia melihat sekeliling dan menemukan Arya sedang duduk di bangku sebelah mesin minuman sambil membawa minuman di tangannya.

Alisia mencoba mendekat ke arah Arya yang tampak sedang lelah dengan ekspresi rumit di wajahnya.

“Apa kamu butuh bantuan?”

Arya menoleh ke suara yang lembut dan penuh perhatian, dan tidak disangka orang itu adalah Alisia. Mukanya menjadi pucat dan jantungnya berdetak lebih kencang.

(Gawat aku tidak bisa mengendalikan tubuhku!)

Melihat Alisia yang muncul tiba – tiba dengan baju olahraga dan penampilan yang tidak seperti biasanya.

“....”

Alisia memiringkan kepalanya karena penasaran kenapa Arya masih diam dan bertingkah aneh.

Karena diperhatikan seperti itu Arya tidak bisa menahan tubuhnya.

“Kenapa kamu bisa ada disini?”

“Eh...hmm...aku merasa haus dan pergi mencari minuman.”

(Entah kenapa dia selalu muncul tiba – tiba.)

[Sebenarnya...aku juga sengaja mencarimu.]

Arya tertegun sejenak mendengar gumaman manis Alisia yang seperti sengaja membuat dia mendengarnya.

(Apa – apaan pengakuan mendadak itu!?)

“Tadi kamu bilang apa?”

“Aku bilang, cuaca hari ini sangat panas bukan?”

“Ah...iya benar, hari cukup panas dari biasanya.”

(Hampir saja, untung tidak kedengaran...)

Entah karena alasan apa dia membuat gumaman seperti menyampaikan “apa kamu tidak suka aku datang...?”. Padahal dari raut ekspresi yang malu – malu seperti itu, seharusnya tidak perlu dikatakan.

“Kenapa kamu tidak ikut dalam pertandingan?”

“Aku hanya beristirahat sebentar dan akan segera kembali.”

Alisia menatap tajam ke arah Arya sambil mengerutkan keningnya. Arya mencoba melarikan diri dari tatapan Alisia tapi sayangnya dia selalu diikuti. Ekspresi diwajahnya tidak mengendor sama sekali, dia berpikir kalau dia tidak memberitahu yang sesungguhnya tidak akan dilepaskan begitu saja.

Kemudian Arya perlahan membuang nafas pelan dan membuka mulut.

“...Sebenarnya ada sedikit kecelakaan di lapangan....”

Karena sudah mengetahui ada yang salah saat Ia melihat Arya sebelumnya, Alisia hanya ingin memastikan keadaan sebenarnya.

“Lalu apa yang terjadi?”

“Akibatnya...kakiku tergores sedikit, bukan masalah besar tenang saja.”

“Bisa kamu tunjukan lebih tepatnya?”

“Eh? –”

Sepertinya jika Arya menolak, Alisia akan terus

memaksanya sampai dia tidak diberi kesempatan untuk menolak.

Karena sudah terdesak, Arya menggulung salah satu celananya dan terlihat luka di bagian lutut dan sekitar mata kaki.

Alisia sempat hening sesaat, kemudian dia menyusuri bagian sekitar luka di kaki Arya.

Rangsangan mendadak dari Alisia membuat tubuh Arya bergetar oleh sentuhan lembut dari seorang gadis yang cukup agresif.

“Hmm... kamu bahkan tidak meletakkan obat di lukamu.”

Sepertinya Alisia tidak menyadari kalau dia telah memojokkan Arya sampai tidak bisa berkutik.

Sambil mengalihkan pandangannya, Arya membalas pertanyaan Alisia.

“Luka seperti ini sudah biasa...tidak masalah.”

“Tetap saja luka ini harus segera diobati kalau tidak akan semakin parah.”

Alisia masih memaksa keras dengan pendiriannya untuk membujuk Arya.

Arya melihat tatapan Alisia yang tidak akan goyah walaupun diserang sekuat tenaga.

Dengan kegigihannya, Alisia berhasil membujuk Arya.

“...Sepertinya tidak ada jalan lain.”

Perubahan ekspresi tiba – tiba Alisia yang tadinya tegas dan kaku menjadi penuh motivasi.

“Kalau begitu ayo kita ke ruang UKS.”

“Eh... tunggu, kamu akan ikut?”

“Tentu saja, dengan kondisimu yang sekarang, akan kesulitan menuju UKS sendirian.”

“Bukan itu masalahnya, kalau kita terlihat berjalan bersama pasti akan membuat bising satu sekolah. Apalagi aku pasti mendapatkan tatapan suram dan hawa tidak enak dari murid laki – laki.”

“Apa itu yang kamu masalahkan? Kamu lebih mementingkan orang lain daripada dirimu sendiri?”

“Tidak, tunggu, itu bukan hal sepele bagiku. Kamu juga bisa mendapat masalah.”

“Yah... aku tidak masalah apa yang dikatakan orang lain terhadapku. Aku juga sudah berjanji kalau pertemanan kita akan pelan – pelan dipublikasikan.”

Ekspresi gadis itu tidak berubah sama sekali, dia masih tetap antusias dan matanya menunjukan keseriusan sekaligus perhatian yang berarti.

“Baiklah aku akan ikut denganmu...”

“Nah, dari tadi dong... ayo...!”

Alisia memberikan tangannya untuk membantu Arya berdiri. Meskipun masih ragu – ragu Arya menerima bantuan Alisia.

“Berpeganglah pada pundak ku supaya lebih mudah dalam berjalan.”

“....”

“Jangan khawatir aku masih kuat menopang anak laki – laki normal yang jarang berolahraga.”

“Berisik”

Arya tidak punya pilihan selain menerima belas kasih Alisia. Karena dia juga sudah memberanikan diri untuk memberikan tumpangan.

“Sekarang kita impas, oke...?”

“Sebenarnya aku tidak berharap mendapat balasan.”

“Fufufu...kalau begitu kita anggap semuanya selesai.”

Alisia memiringkan kepalanya dan tersenyum lembut kearah Arya. Senyumannya selalu membuat hati Arya berdebar. Dia ingin selalu melindungi senyuman itu.

Arya hanya membalasnya dengan senyuman kecut karena tidak tahu cara mengekspresikan perasaannya sekarang.

“(Yah, sementara begini lebih baik)”

“Kamu mengatakan sesuatu?”

Arya tidak membalas perkataan Alisia dan memberinya senyuman yang lebih tulus dari sebelumnya.

“Mouu~...setidaknya biarkan aku mendengarnya dengan jelas...bodoh~”

...♢♢♢♢...

Tok...tok...

“....”

Setelah sampai di depan pintu UKS, Alisia mengetuk pintu masuk tapi tidak ada jawaban. Kemudian dia mengintip dari celah jendela dan memeriksa di dalam ruangan tidak ada seorang pun.

“Sepertinya penjaganya sedang keluar.”

Alisia mengecek pintu masuk yang sepertinya tidak terkunci.

“Ah...pintunya tidak dikunci, tidak masalah kalau kita masuk duluan kan?”

“Yah, aku pikir tidak masalah.”

Mereka masuk ke dalam ruangan sambil memeriksa apakah benar – benar tidak ada orang didalam.

“Permisi...apa ada orang disini...?”

“Sepertinya memang tidak ada siapa – siapa selain kita disini.”

“Kita hanya perlu mengobati lukamu, tidak akan ada yang curiga. Baiklah...sementara aku mencari obat, kamu duduk disini dulu.”

“Apa kamu tahu dimana mereka menyimpannya?”

“Tenang saja aku akan segera menemukannya.”

Sementara Arya yang hanya bisa patuh dan tidak bisa berbuat apa – apa, dia mempercayakan semua kepada Alisia. Suasana di dalam ruangan menjadi hening, penerangan yang hanya bersumber dari cahaya matahari yang masuk melalui ventilasi. Di dalam ruangan hanya ada mereka berdua. Keadaan yang membuat Arya harus menahan dirinya agar tidak lepas kendali. Itu wajar bagi anak laki – laki SMA yang masih tahap pubertas.

(Bertahanlah! Jangan tergoda oleh pikiran jahat yang merasukimu.)

Sebaliknya Alisia yang dari tadi sibuk mencari obat untuk mengobati luka Arya masih belum ketemu.

“Hmm... dimana mereka meletakkannya?Seingatku, ada di dalam lemari.”

Sambil mengecek satu persatu isi lemari, akhirnya Alisia menemukan yang dia cari. Obatnya terletak di rak yang lebih tinggi sehingga harus jinjit untuk menggapainya. Dengan sedikit usaha dia berhasil menggapainya dan segera kembali ke tempat Arya.

“Maaf membuatmu menunggu...biarkan aku memeriksa lukamu.”

“Iya, silahkan, lakukan sesukamu....”

Alisia mengambil kain basah untuk membersihkan kotoran disekitar area luka. Lalu dia menelusuri

kaki Arya dengan jari telunjuknya.

“....”

Arya tersentak oleh sentuhan jari yang lembut dan mulus seperti tidak pernah tergores apapun. Lalu dia mengerutkan kening dan meninggikan suaranya.

“Jangan coba ambil kesempatan untuk menyentuh kaki laki – laki.”

“Fufu~...habisnya kaki laki – laki berbeda dengan kaki perempuan. Mereka lebih berisi dan sangat kuat.”

(Hei, kamu mengatakan itu tanpa berpikir dahulu.)

Alisia memiringkan kepalanya dan memasang senyum nakal diwajahnya. Sambil melirik kearah Arya dengan tangan satunya menutup mulutnya.

“Fufu~ apa kamu tertarik melihat kakiku Arya?”

“....”

(Cewek kampret...!)

“Hee... Arya sangat mesum~”

(Nih cewek kalo dibiarin makin ngelunjak!)

“Sebenarnya aku lebih lebih tertarik dengan bagian bawah rok mu yang mulus. Apalagi buah dada yang menonjol membuat kami para lelaki semakin terangsang.”

Seketika muka Alisia berubah yang tadinya menyumbangkan diri menjadi merah padam karena malu. Alisnya berkedut mulutnya tidak bisa membalas perkataan Arya.

(Jadi bagaimana pembalasanku Alisia?)

Arya merasa bangga karena berhasil membalas godaan Alisia yang tidak berhenti merayunya dari tadi.

Tiba – tiba Alisia berdiri dengan mengepalkan tangan berjalan mendekati Arya. Mukanya hitam dengan cahaya yang menyorot dari matanya.

“Tu-Tunggu...aku tidak serius mengatakannya.”

“Jadi, maksudmu aku tidak menarik sama sekali.”

“Bukan begitu, tentu saja dengan tubuh seperti itu kamu sangat menarik hati para cowok.”

Ekspresinya tidak mengendor sama sekali. Arya semakin terpojok oleh situasi mengerikan di depannya tidak bisa berbuat apa – apa.

Tiba – tiba kakinya tersandung kaki kursi membuat tubuhnya ambruk kesamping. Kursi yang diduduki Arya kehilangan keseimbangan membuat Arya ikut terjatuh tepat di atas Alisia.

Beruntung dia masih bisa menopang badannya dengan kedua tangannya, sehingga tubuh mereka tidak saling bersentuhan. Tatapan mereka saling bertemu sesaat. Arya melihat kearah Alisia terlihat malu, rambutnya terurai di lantai, bibirnya yang menggoda membuat Arya tidak bisa menahan lebih lama.

(Gawat! Kalau begini terus aku akan melukai Alisia.)

Arya berusaha mengalihkan pandangannya, tetapi matanya malah tertuju pada bagian dadanya yang menampakkan celah kecil dari belahannya.

Kemudian tamparan keras melayang ke pipi Arya. Ia pun terlempar oleh serangan telak di mukanya.

“Mau sampai kapan kamu melihatnya, dasar mesum! cabul! lelaki bejat! tidak tahu diri! bodoh!”

Arya hanya terdiam mendengar kalimat kutukan dari Alisia sambil bergumam dalam dirinya sendiri.

(Padahal kamu sendiri yang mulai...)

Tidak lama terdengar suara buka pintu.

“Ada apa? aku mendengar keributan dari arah sini.”

Dia adalah murid yang bertugas menjaga UKS yang telah kembali.

“Aku baru saja dari toilet dan sepertinya terdapat kegaduhan disini.”

“Ah...kebetulan sekali, sepertinya dia terjatuh dari tempat tidur karena mengigau. Coba lihat apakah dia masih bernapas atau tidak.”

“...Ehh!?”

Kemudian Alisia pergi meninggalkan Arya yang masih tergelatak di ruang UKS.

Saat istirahat makan siang tersisa 10 menit, Arya kembali ke kelas setelah pakaiannya dengan seragam sekolah. Saat baru sampai di kelasnya, Arya disambut dengan tatapan mencekam dari teman sekelasnya. Kemudian dia dilempari berbagai macam pertanyaan yang sepertinya sudah tahu akan mengarah kemana.

“Hei Arya, apa benar saat istirahat tadi kamu pergi bersama putri Alisia?”

Arya tertegun sejenak karena mendadak ditanyai pertanyaan yang blak – blakan seperti itu. Tadinya dia berpikir tidak akan ketahuan karena lingkungan sekolah sepi karena masih berlangsung mapel di setiap kelas.

“Tunggu dulu, dari mana kalian mendapatkan informasi tersebut?”

“Yah, ada sekelompok siswa yang melihat kalian jalan bersama. Tidak hanya itu, kalian juga saling merangkul satu sama lain.”

“Tidak, itu mungkin salah orang, mana mungkin aku berani jalan berduaan dengan putri bahkan sampai merangkul pundaknya.”

“Tapi anak itu ada bukti berupa foto yang diambil melalui kamera smartphone.”

Setelah memeriksa foto yang ditunjukan oleh salah satu murid, Arya bingung harus mengelak apa lagi. Disisi lain Alisia yang merupakan salah satu tersangka juga tidak berada di kelas. Jadi seakan – akan semuanya ditanggung oleh Arya.

“Itu bisa jadi salah orang bukan? Lagi pula fotonya diambil dari jarak yang jauh, dan tidak menampilkan dengan jelas sosok di dalam foto tersebut.”

“Tetapi dari postur dan model rambut bagian belakang sangat mirip denganmu.”

Arya berusaha tetap tenang dan tidak menunjukkan sisi paniknya dihadapan teman sekelasnya. Kalah tidak semua akan ketahuan dan pasti dihabisi.

Arya mencoba mencari bantuan, dia melirik ke salah satu sudut dan dan melihat kedua temannya hanya diam sambil tersenyum seolah mengatakan

“kami tidak bisa berbuat apa – apa, maaf...”.

“apanya yang dinamakan teman kalau kalian hanya diam seperti itu!”, Arya membantah dalam hati karena sikap temannya yang tidak mau memberikan bantuan.

(Gawat! Apa yang harus aku lakukan sekarang?!)

...♢♢♢♢...

“Ne, Manda~…kenapa kamu tidak kembali saat jam olahraga tadi?”

“...Ahh, tadi tiba – tiba perutku sakit sekali...jadi aku pergi ke toilet sangat lama....”

“Huh~...aku kira kamu meninggalkan kita dan pergi makan di kantin.”

“Maafkan aku...karena tidak sempat memberitahu kalian.”

“Sudahlah, lagipula dia sudah menepati janjinya membelikan kita minuman.”

“Benar juga, tapi lain kali kalau kamu meninggalkan aku untuk makan sendirian di kantin, aku tidak akan memaafkannya....”

“Iya, iya, sudah hampir waktunya pelajaran selanjutnya. Ayo kita kembali.”

Alisia dan teman – temannya pergi dari kanti dan berjalan menuju kelas. Ditengah perjalanan mereka saling bercanda dan mengobrol bersama.

Saat sudah berada di depan pintu masuk kelas, mereka disambut oleh keributan yang sangat kacau. Saat mereka masuk kelas terlihat suasana yang sangat tegang, Arya sedang dikelilingi murid laki – laki sambil diserang pertanyaan yang tidak ada habisnya.

Lalu Alisia membuka mulutnya untuk bertanya kepada murid yamg ada di sana.

“Ada apa ini sebenarnya?”

Wajahnya yang penasaran bertanya – tanya sumber permasalahan berasal dari mana. Kemudian salah satu murid menjawab sambil menunjukkan foto yang tadi ditunjukkan kepada Arya.

“Anu...apa benar yang ada di foto ini adalah kamu dan Arya?”

Alisia mengamati foto itu sesaat dan mulai mengerti inti dari permasalahan tersebut.

Dia mengangguk dan mempertegas sambil meluruskan kejadian yang sebenarnya.

“Ya, itu memang aku dan Arya, tapi kami hanya kebetulan berpapasan saja.”

Murid – murid lain masih bingung dan belum mempercayai sepenuhnya. Lalu Alisia melanjutkan ceritanya.

“Jadi aku baru selesai dari toilet saat itu, aku melihat Arya yang kesulitan dalam berjalan. Saat itu aku menghampirinya kemudian bertanya, nampaknya Arya sedang mengalami cedera di kakinya. Kalau kalian pikir aku berbohong, kalian bisa cek sendiri langsung ke orangnya.”

Alisia melirik ke arah Arya seperti memberikan kode, lalu Arya menggulung salah satu celananya, terdapat bekas obatan yang tadi diberikan Alisia.

Sepertinya murid – murid tadi mulai percaya dengan penjelasan Alisia. Tetapi tetap saja mereka masih sedikit curiga.

“Kalau begitu...kenapa kalian saling merangkul bahu seperti sedang kencan?”

“Fufu...aku rasa tidak mungkin seorang Arya bisa berkencan dengan seorang gadis~. Yah...itu hanya bentuk pertolongan dariku supaya dia bisa mudah berjalan.”

“Jadi kalian memang tidak benar – benar berkencan?”

“Dari awal memang tidak ada hal seperti itu, hubungan kami berdua hanya sebatas teman itu saja.”

Murid – murid tadi sepertinya mulai percaya dengan perkataan Alisia, sesaat suasan menjadi hening dan semua kembali ke posisi masing – masing.

Arya yang tidak tahu harus berkata apa kepada Alisia yang sudah menolongnya dari kegaduhan teman sekelasnya. Dia pikir kalau tidak ada Alisia dirinya sudah habis dari awal. Arya menatap ke arah Alisia, tetapi yang dia dapatkan hanya senyum tulus tanpa sepatah katapun yamg keluar dari mulut Alisia. Kemudian Alisia beranjak ke tempat duduknya disusul dengan Arya.

Setelah sampai ditempat duduknya, Arya disambut oleh kedua temannya yang dari tadi hanya diam dan menyimak saja.

“Kenapa kalian tidak membantuku barusan?”

“Kalau kami ikut berbicara, sama saja seakan – akan kita berusaha menutupi kebenarannya.”

“Ghani benar, karena kita berdua adalah orang yang akrab denganmu...mereka akan semakin curiga dan mengira kalau kami berbohong.”

“Hmm...itu ada benarnya juga. Yang penting sekarang sudah normal, masalah sudah diluruskan tidak ada lagi kecurigaan.”

“Jangan khawatir, semua akan baik – baik saja.”

“Semoga saja....”

Suasana kelas kembali damai tidak ada keributan.

Semua permasalahan berhasil diluruskan, sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman untuk kedepannya.

Episodes
1 Prolog – Titik Tumbuh
2 Chapter 1 – Apa Salahnya Berteman?
3 Chapter 2 – Serangan Kejutan Yang Efektif
4 Chapter 3 – Rayuan Maut Putri Alisia
5 Chapter 4 – Sudah Ku Bilang, Aku Tidak Menyimpannya
6 Chapter 5 – Putri Tsundere Dan Sedikit Kikuk
7 Chapter 6 – Sudah Ku Bilang Jangan Main – Main Dengan Api
8 Chapter 7 – Motivasi Sebelum Penilaian
9 Chapter 8 – Kencan Pertama Bersama Putri Alisia
10 Chapter 9 – Tersipu Malu
11 Chapter 10 – Perasaan Tidak Jelas
12 Chapter 11 – Cemburu Itu Sifat Yang Tidak Baik
13 Chapter 12 – Sisi Lain Seseorang
14 Chapter 13 – Perasaan yang Bercampur Aduk
15 Chapter 14 – Mendadak Demam Ku Semakin Parah
16 Chapter 15 – Tidak, kenapa jadi seperti ini?
17 Chapter 16 – Itu Sih, Parah Banget
18 Chapter 17 – Kalau Dilihat – Lihat, Kamu Juga Lucu
19 Chapter 18 – Sepertinya Aku Tidak Pernah Merasa Menang
20 Chapter 19 – Aku Juga Tidak Tahu Awal Mulanya Kenapa
21 Chapter 20 – Akhirnya Aku Mengatakannya
22 Chapter 21 – Jadi Seperti Ini Rasanya Pertama Kali Pacaran …
23 Chapter 22 – Seriusan, Aku Tidak Tahu Apa – Apa
24 Chapter 23 – Kenapa Harus Aku?
25 Chapter 24 – Fetish Otaku Memang Menakutkan
26 Chapter 25 – Tidak Ada Jalan Lain Kali Ini
27 Chapter 26 – Sifat Cemburu Gadis Harus Dihindari
28 Chapter 27 – Aku Tidak Bermaksud Seperti Itu
29 Chapter 28 – Aku Tidak Tahu Kenapa Bisa Seperti Ini
30 Chapter 29 – Kalau Seperti Ini … Tidak Ada Cara Lain
31 Chapter 30 – Kalau Mau, Aku Bisa Lebih Serius Lagi
32 Chapter 31 – Aku Tidak Akan Membiarkan Berakhir Seperti Itu
33 Chapter 32 – Bukan Berarti Aku Menolak, Itu Hanya Basa - Basi
34 Chapter 33 – Hari Ini Terasa Cepat, Sekaligus Menyenangkan
35 Epilog – Pesan Tersembunyi
36 SS – Karaoke
37 Kata Penutup
Episodes

Updated 37 Episodes

1
Prolog – Titik Tumbuh
2
Chapter 1 – Apa Salahnya Berteman?
3
Chapter 2 – Serangan Kejutan Yang Efektif
4
Chapter 3 – Rayuan Maut Putri Alisia
5
Chapter 4 – Sudah Ku Bilang, Aku Tidak Menyimpannya
6
Chapter 5 – Putri Tsundere Dan Sedikit Kikuk
7
Chapter 6 – Sudah Ku Bilang Jangan Main – Main Dengan Api
8
Chapter 7 – Motivasi Sebelum Penilaian
9
Chapter 8 – Kencan Pertama Bersama Putri Alisia
10
Chapter 9 – Tersipu Malu
11
Chapter 10 – Perasaan Tidak Jelas
12
Chapter 11 – Cemburu Itu Sifat Yang Tidak Baik
13
Chapter 12 – Sisi Lain Seseorang
14
Chapter 13 – Perasaan yang Bercampur Aduk
15
Chapter 14 – Mendadak Demam Ku Semakin Parah
16
Chapter 15 – Tidak, kenapa jadi seperti ini?
17
Chapter 16 – Itu Sih, Parah Banget
18
Chapter 17 – Kalau Dilihat – Lihat, Kamu Juga Lucu
19
Chapter 18 – Sepertinya Aku Tidak Pernah Merasa Menang
20
Chapter 19 – Aku Juga Tidak Tahu Awal Mulanya Kenapa
21
Chapter 20 – Akhirnya Aku Mengatakannya
22
Chapter 21 – Jadi Seperti Ini Rasanya Pertama Kali Pacaran …
23
Chapter 22 – Seriusan, Aku Tidak Tahu Apa – Apa
24
Chapter 23 – Kenapa Harus Aku?
25
Chapter 24 – Fetish Otaku Memang Menakutkan
26
Chapter 25 – Tidak Ada Jalan Lain Kali Ini
27
Chapter 26 – Sifat Cemburu Gadis Harus Dihindari
28
Chapter 27 – Aku Tidak Bermaksud Seperti Itu
29
Chapter 28 – Aku Tidak Tahu Kenapa Bisa Seperti Ini
30
Chapter 29 – Kalau Seperti Ini … Tidak Ada Cara Lain
31
Chapter 30 – Kalau Mau, Aku Bisa Lebih Serius Lagi
32
Chapter 31 – Aku Tidak Akan Membiarkan Berakhir Seperti Itu
33
Chapter 32 – Bukan Berarti Aku Menolak, Itu Hanya Basa - Basi
34
Chapter 33 – Hari Ini Terasa Cepat, Sekaligus Menyenangkan
35
Epilog – Pesan Tersembunyi
36
SS – Karaoke
37
Kata Penutup

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!