Cintaku Terhalang Tahta

Cintaku Terhalang Tahta

Nostalgia Awal Jadian

Tin tin! Klakson motor dari belakang Emilia, membuat telinganya hampir tuli.

"Menepi di depan sana ya, Dek …," ujar Yofan dari sisi kanannya.

"Tuh orang ngapain, sih. Pakai acara nyuruh minggir segala," gerutu Emilia.

Sesuai permintaannya. Emilia berhenti dan menepi di belakang Yofan dan pria dewasa muda itu turun dari motornya–menghampiri Emilia

"Sudah berapa kali saya tegur?"

"Gak ngitung."

"Kenapa masih tetap bawa motor sendiri? Kamu belum cukup umur untuk bawa motor sendiri, menyalahi aturan, Dek."

Emilia menatapnya tajam dengan perasaan sangat kesal karena cacing didalam perutnya sudah dangdutan. Tapi dia malah menghambat perjalanannya.

"Aduh, Pak. Gini ya, Pak … kalau saya gak bawa motor sendiri, terus gimana berangkatnya? Emang situ mau nganterin? Gak 'kan?"

Dengan penuh percaya diri, gadis jutek itu menyalakan motornya kembali dan hendak melanjutkan perjalanannya. Eh, tapi ternyata …

"Yang sopan kalau diajak ngomong orang tua …" Polisi itu mencabut kontak motor Emilia dan menyitanya.

Tentu saja jiwa reog Emilia keluar, saat itu juga. Benar-benar sudah seperti reog ponorogo kurang sesajen. Dia bahkan tidak peduli, mau berapapun orang yang melihat kemarahannya di pinggir jalan, dekat dengan lampu merah.

Tak jarang, Emilia berteriak seraya memaki-maki Polisi menyebalkan yang ada di hadapannya saat itu. Hal yang paling membuatnya lebih kesal lagi, Yofan benar-benar tidak mau melepaskannya, sekalipun dia menangis karena kelelahan jadi reog ponorogo kurang sesajen.

"Janji sama saya dulu, kalau kamu tidak akan mengulang bawa motor sendiri dan menerobos lampu merah," ujarnya.

"Emangnya Pak Yofan ini polantas? Bukan,'kan?" tanya Emilia.

"Saya memang bukan bagian lalu lintas. Tapi saya punya kewajiban yang sama, yaitu menegur siapapun yang melakukan pelanggaran."

Emilia hanya terdiam dengan bibir yang sedikit manyun dan sesekali melirik sinis Yofan–lelaki yang sudah ia kenal, beberapa bulan yang lalu.

"Rumah kamu dimana?" tanya si Polisi.

"Gak tak bawa," jawab Emilia.

Yofan terbahak-bahak mendengar jawaban singkat Emilia, seraya memandang Emilia.

"Kalau kamu bawa, berarti kamu bekicot, dong," ujarnya.

Emilia kembali menaiki motornya, lalu menyalakannya, saat kunci motor telah Yofan kembalikan.

"Dek …" panggil si Polisi–lirih.

"Apa lagi?!" teriak Emilia.

"Saya boleh minta nomor kamu? Saya ingin mengenalmu lebih dekat."

"Gak usah. Percuma minta nomor juga gak mau nolongin. Gak mau kasih solusi, bisanya ngomel mulu."

Lagi dan lagi, Emilia menggerutu sembari memasang wajah sewot. Tapi dia tercengang, saat Yofan tiba-tiba bilang …

"Saya antar jemput ke sekolah, besok. Itu sih kalau kamu mau," ujarnya.

Gadis jutek diam sesaat, lalu tertawa ngakak karena mendengar ucapan konyol itu.

"Mau nipu? Kurang kerjaan apa, Polisi antar jemput orang tak dikenal. Konyol banget."

Tetapi Yofan menjelaskan padanya kalau dia besok libur kerja dan bisa mengantarnya. Isi dalam otak Emilia saat itu, hanyalah menantangnya. Ya … karena dia tidak percaya dengan Polisi itu dan hanya menganggap omongannya adalah omong kosong.

Sehingga ...

"Ya udah, catet. Cepetan ... Gpl."

Dugaan Emilia tentang omong kosong itu ternyata salah. Yofan benar-benar datang menjemput Emilia dan meminta izin secara langsung–bertatapan mata dengan mama dan abangnya untuk mengantar jemput dia di hari itu.

Sejak saat itu lah, Emilia dan Yofan bisa sedekat saat ini, dengan proses waktu yang tidak singkat, tentunya. Butuh waktu lebih dari dua bulan, untuk menumbuhkan rasa cinta terhadapnya di hati Emilia–terhitung sejak Yofan yang kerap dia panggil 'Mas' itu mengantar jemput dia untuk pertama kalinya.

Cinta Emilia dan Yofan, bisa dibilang sangat tulus. Sebab Yofan seorang Polisi dengan usia yang sudah dewasa dan anak orang kaya, sementara Emilia hanya seorang anak dari keluarga sederhana yang masih bocil, alias bocah cilik, dengan usia 17 tahun.

Meski masih belasan tahun, tetapi Yofan sangat mencintai dan serius dengan Emilia. Dia tidak pernah memandang usia, status sosial dan apapun itu. Bahkan dia tahu kalau Emilia adalah anak yang bandel dan cukup susah untuk dikendalikan emosinya.

Yofan tidak pernah mengeluh dan tidak pernah memiliki keinginan untuk berhenti mencintai Emilia, serta mendukung dan membimbingnya menjadi pribadi yang lebih baik dari pribadinya yang dulu.

Kesabarannya lah yang membuat Emilia jatuh cinta, hingga sulit untuk melepaskan dan bisa dibilang memang tidak pernah mau melepaskannya.

Sampai akhirnya, sebuah peristiwa yang kurang menyenangkan datang menyapa mereka berdua. Peristiwa itu datang dari keluarga Yofan, utamanya dari Mbak Ilmi– kakak kandung Yofan yang kebetulan, seorang guru Bahasa Indonesia di sekolah Emilia.

Bu Ilmi : Assalamualaikum, Emilia. Sudah belajar, Mil?

Emilia : Waalaikumussalam. Alhamdulilah sudah, Bu. Ada apa?

Bu Ilmi : Saya hanya ingin memastikan saja, apakah kamu pacaran sama adik saya?

Emilia : Iya, Bu Ilmi, betul. Tapi Emilia nggak lupa sama belajar kok, Bu.

"Peka" Satu kata itu sepertinya sangat tepat untuk menggambarkan karakter Emilia. Saat Bu Ilmi japri dia di aplikasi sms masa kini, alias whatsapp. Emilia merasa bahwa Ilmi akan tidak setuju dengan hubungannya dan Yofan.

Satu menit kemudian, pesan baru dari Bu Ilmi masuk dengan sebuah balasan …

Bu Ilmi : Iya. Ibu tahu, kamu bisa membagi waktu dan nilaimu sejauh ini masih baik-baik saja. Tapi kamu 'kan masih sekolah, masih kecil. Sedangkan adik saya sudah dewasa. Saya hanya khawatir sekolahmu terganggu, apalagi satu bulan lagi kamu kenaikan kelas.

"Heleh, itu mah cuma alasan dia doang. Ngomong aja kalau gak suka sama aku, punya pilihan lain buat Mas Yofan," tutur batin Emilia.

Ceklis biru, dia biarkan menyala tanpa notifikasi 'sedang mengetik' di layar Hp yang sedang Bu Ilmi pegang. Pastinya Ilmi sedang menunggu balasan dari Emilia dan menunggu teks berjalan 'sedang mengetik' muncul di layarnya.

"Pantengin aja terus, layar Hp mu. Sampai jamuran juga gak bakalan aku balas. Alasan yang gak masuk akal sama sekali."

Emilia melempar Hp nya ke kasur dan meninggalkannya. Isi otaknya saat itu hanyalah menonton sinetron favoritnya yang setiap hari dia tonton selesai belajar.

Pukul sepuluh malam, Emilia baru kembali ke kamarnya dan membuka Hp nya. Lima pesan dari Mas Yofan, membuat matanya yang semula sisa lima watt menjadi sepuluh watt. Maklum, sedang dimabuk cinta yang membuat candu.

Mas Bripdaku : Tidur, Sayang. Sudah malam, besok sekolah.

Pesan singkat, tapi tidak pernah gagal membuatnya klepek-klepek.

Emilia : Iya, ini mau bobo.

Mas Bripdaku : Besok diantar Mas Bryan saja, ya. Jangan bawa motor sendiri. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa.

Sebetulnya pesan-pesan seperti itu, sudah menjadi makanan sehari-hari Emilia, sejak pacaran dengan Yofan. Tapi tidak tahu kenapa, kalau Yofan yang menyampaikan, rasanya jadi berbeda. Padahal dulu Emilia selalu membantah perkataannya.

Apalagi kalau telinganya sudah mendengar kata 'sayang' yang terucap dari bibir tipis kemerahan Yofan itu. Hidup Emilia bag diguncang gempa bumi dadakan yang membuat tubuhnya sempoyongan karena tidak kuat menahan getarannya.

Maksudnya, getaran asmara ya, bukan getaran yang lain. Hehe

Cinta itu datangnya tak terduga. 

Tidak memandang seperti apa. 

Tidak memandang dia siapa.

Jika ada cinta yang masih punya alasan,

Tentu itu bukanlah sebuah cinta. 

Melainkan bisikan nafsu belaka. 

Sebuah hubungan yang diawali dengan kepura-puraan, maka tidak akan pernah menemukan sejatinya kebahagiaan. 

***

Sebuah rangkaian nasihat itu hadir dari seorang pria yang Emilia kenal, satu tahun yang lalu. Dia adalah seorang lelaki dewasa muda, dengan usia lima tahun lebih tua darinya. Mereka berdua bertemu di sekolah, saat ada acara sosialisasi dari Polres Kota Gerbangkertosusila–sebuah nama julukan populer kota kelahiran Emilia.

Ya, benar. Dia adalah Bripda Yofan Aditama Andhira yang saat ini menjadi kekasihnya, sejak delapan bulan yang lalu.

Pesan itu tiba-tiba muncul dalam ingatannya, saat jelang tidurnya. Mungkin karena Emilia terbiasa merenung sebelum tidur malam. Dia juga teringat kalau dulu dia sangat cuek banget karena bisa dibilang, sulit jatuh cinta.

Terpopuler

Comments

Anak emak

Anak emak

🤣 ya iya lah g dibawa rumahnya milll. Authornya ngajak becanda.
tp menurut we itu cuma gayanye emil aje.. padahal dia ngarep ama polisinya

2023-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!