Satu Bulan Kemudian

Biarkan aku termenung,

berteman dengan sigaretku

Meratapi nasib renjana yang terluka

Tak kusangka, kepiluan menyapa hidupku

Sedang aku tak mampu bila tanpanya

Emilia …

Bidadari kecil yang tak berdosa

Atas kisah mereka

Story by Yofan_22

***

Satu bulan sudah, Yofan mengurangi komunikasinya dengan Emilia. Pemuda itu benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk bisa bersama dengan Emilia.

Sebab, berbagai macam cara telah dia lakukan, agar Ilmi tidak memisahkan mereka. Namun semua rencana itu gagal. Apalagi Adelia–seorang gadis yang Ilmi jodohkan dengannya, terus-menerus berusaha mendekati dia. Membuatnya tidak memiliki kesempatan untuk menemui Emilia dan menceritakan peristiwa yang terjadi padanya.

Kring! Kring!

"Halo, ada apa?" tanya Yofan saat Andika–juniornya menelpon.

"Mohon izin, Bang. Sekedar info saja, Bang. Hari ini acara ke puncak dibatalkan karena Bang Rais kecelakaan."

"Oke, tidak masalah. Tapi sudah fix batal ya, Is? Saya mau keluar kalau fix batal."

"Silahkan, Bang. Acara kemungkinan akan diganti jadwalnya."

Yofan tersenyum tipis karena dia bisa bertemu dengan Emilia–pagi ini, meskipun hanya sebentar. Dia ingin bercerita dan mencari solusi yang terbaik untuk hubungannya.

***

Setibanya di rumah Emilia, dia melihat dari kejauhan–sebuah rumah yang tidak terlalu besar, namun juga tidak kecil itu tampak sangat sepi–tidak seperti biasanya. Dia berpikir 'mungkinkah Emilia sedang bepergian bersama keluarganya' dan hampir saja, dia kembali pulang.

Namun hati kecilnya menolak. Dia memutuskan untuk mencoba masuk dan mengetuk pintu rumah Emilia. Namun langkahnya untuk mendekati pintu rumah berhenti, sebab Emilia tiba-tiba keluar dari rumah sembari membawa laptopnya.

"Sayang!" teriak Yofan dari depan pagar.

"Mas Yofan …" Emilia tersenyum dan berlari memeluknya.

"Aku kangen, loh. Kamu kemana saja, sih. Sibuk ya?" imbuhnya dengan pertanyaan polos yang membuat dada Yofan semakin sesak.

Berat untuk Yofan memutuskan Emilia. Namun dia tidak bisa membohongi Emilia. Tanpa sadar, dia tak melepas pelukan Emilia, meskipun sudah berulang kali gadis kecil itu berusaha melepaskan pelukannya.

Semakin Emilia berusaha melepas pelukannya, semakin erat pula pelukan Yofan di tubuhnya.

"Mas. Mas Yofan kenapa?" tanya Emilia.

"Mas juga kangen ya, sama aku? Cie … hayo ngaku, Mas. Mas Yofan kangen, 'kan?" imbuhnya.

Yofan terpaksa berpura-pura baik-baik saja di hadapan Emilia, "Iya, aku kangen ..., banget, sama kamu. Sudah lama ya, kita tidak ketemu. Habisnya kerjaan aku banyak banget. Terima kasih ya, sudah mengerti aku dan pekerjaanku ..." Yofan mengelus kepala Emilia.

"Masuk, yuk. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan sama kamu dan orang tua kamu," imbuhnya.

Emilia menatapnya dengan penuh keheranan. Pasalnya, hubungan dia dengan Yofan sedang tidak baik-baik saja. Firasatnya mulai tidak enak. Namun dia tidak ingin berprasangka buruk terhadap Yofan.

Emilia terbawa oleh langkah kakinya menuju ke kamar sang ibu. Sampai depan pintu, hatinya mulai ragu. Perasaan yang bercampur aduk telah menguasai hatinya, hingga perlahan membuat matanya penuh dengan air bening yang berusaha dia tahan, agar tidak terjatuh.

Emilia mengetuk pintu kamar sang ibu dan memberitahunya bahwa Yofan sedang menunggu di depan dan ingin membicarakan sesuatu padanya.

"Ada apa, Mil? sepertinya ada suasana yang berbeda, hari ini." Bryan menutup pintu kamarnya, lalu mendekati Emilia dan ibunya.

Namun Emilia hanya mengedikkan bahunya.

Bu Dewi, Emilia dan Bryan menemui Yofan yang sudah menunggu di ruang tamu. Bryan mengamati mimik wajah Yofan yang terlihat kurang menyenangkan.

Bu Dewi lantas menanyakan maksud dan tujuannya datang ke rumah–mencarinya. Yofan menundukkan kepalanya–menata hati dan menahan tangisnya sebaik mungkin.

Dia menghela nafas berat, "Saya ingin bercerita satu hal yang menyangkut hubungan saya dengan Emilia. Sebelumnya saya minta maaf, Bu. Sebab saya yakin, berita ini pasti menoreh luka di hati ibu dan keluarga, terutama Emilia."

Deg. Perasaan Emilia semakin berantakan. Dia tak sabar menantikan cerita dari Yofan–membuat gadis belia itu terus menerus mendesak Yofan untuk segera menceritakannya.

"Mbak Ilmi dan papah tetap tidak setuju dengan hubungan kita, Dek. Mereka menjodohkan aku dengan wanita lain–pilihan Mbak Ilmi." Yofan dan Emilia saling bertatap mata.

Keduanya sama-sama tak mampu membendung air matanya. Bu Dewi dan Bryan terkejut dengan pengakuan Yofan yang selama ini sudah seperti keluarga sendiri. Bahkan Bu Dewi sangat mendukung hubungan Emilia dan Yofan.

"Apa alasannya, Bro?" tanya Bryan.

"Mereka ingin mendapatkan menantu yang sejajar. Tapi saya tidak mau Mas, Bu. Saya hanya ingin bersama Emilia selamanya. Saya tidak peduli, meskipun saya dikeluarkan dari Kepolisian nantinya. Tolong bantu saya, Bu …" Yofan bersimpuh pada kaki Bu Dewi. Wanita parubaya itu tidak bisa berkata-kata, selain menangis.

Sebagai seorang anak lelaki pertama sekaligus kakak, Bryan berusaha menenangkan Yofan dan menasehatinya tentang cinta. Baginya, kebahagiaan Emilia dan ketenangan hidup Yofan adalah suatu hal yang penting.

Bryan tidak bisa memaksa keluarga Yofan untuk menerima adiknya, pun tak bisa membiarkan Yofan menentang orang tuanya terus menerus karena cintanya dengan Emilia.

"Bro. Cinta itu tak harus memiliki. Meskipun kamu tak bisa memiliki Emilia, tapi kamu masih bisa menyayangi dia sebagaimana mestinya, sewajarnya. Kamu masih bisa berteman ataupun bersahabat dengan Emilia, tanpa harus mengorbankan baktimu kepada orang tuamu. Mau Seburuk apapun mereka, mereka tetaplah orang tuamu yang harus kamu hormati," tutur Bryan.

"Jika memang kamu berjodoh dengan Emilia, kalian pasti bisa kembali dan bersatu. Tapi jika gak, maka mungkin saja wanita pilihan kakakmu memang wanita yang terbaik untuk kamu. Kita gak pernah tahu, apa yang terbaik untuk kita." Bu Dewi menyambung ucapan Bryan seraya memandang Yofan dan Emilia bergantian.

"Tapi aku gak mau pisah sama Mas Yofan, Bu," sahut Emilia, "Mas sayang sama aku, 'kan? Mas mau berjuang 'kan, Mas?"

Rengekan Emilia membuat Yofan dan Bu Dewi semakin tak kuasa membendung air matanya.

Obrolan yang cukup panjang itu terjadi hampir satu jam lamanya, hingga pada akhirnya Yofan menyerah dan mencoba untuk menuruti nasehat dari Ibu Dewi dan Bryan.

Begitu pula dengan Emilia yang berusaha ikhlas dan menerima sebuah takdir bahwa dia tidak bisa bersama Yofan–pria yang dia cintai, setelah mendapatkan ceramah panjang dari abang dan ibunya.

Pukul 12.00 siang, Yofan berpamitan pulang. Dia juga menyampaikan beberapa pesan singkat untuk Emilia, Bryan dan Bu Dewi bahwa, dirinya tak akan pernah berhenti mencintai, peduli dan menyayangi Emilia serta keluarganya, meskipun dia tak lagi menjadi kekasih Emilia.

Tatapan mata sendu, tersirat pada wajah putih Yofan yang telah memerah. Kedua mata gadis kecil yang berdiri di hadapannya pun menatapnya dengan penuh kesedihan. Meski begitu, mereka sama-sama berusaha kuat dan tegar. Yofan mendekati Emilia dan memeluknya sesaat, lalu pergi–kembali pulang.

"Aku kira, kita akan bisa bersama selamanya. Tapi ternyata kamu hanya singgah untuk memberikan kebahagiaan sesaat saja."

Emilia bergumam dalam hatinya, sembari berdiri di depan pintu– memandangi kepergian Yofan, hingga benar-benar menghilang dari pandangannya.

"Ayo masuk, Mil. Ikhlaskan dia. Apa yang tertakdir untuk menjadi milikmu, pasti tidak akan hilang darimu. Jika dia pergi, dia pasti kembali."

Bryan tersenyum sembari menggandeng tangan Emilia– membawanya masuk ke rumah dan mengajaknya berbincang santai bersama ibunya di ruang tengah.

Menangis sembari melamun adalah reaksi Emilia saat ini–setelah kepergian Yofan. Dia tidak menyangka dan masih belum percaya kalau dirinya akan terpisah dengan Yofan secepat ini. Namun lamunannya memudar, ketika Hp-nya berdering cukup keras.

"Selamat ya, Cantik … atas perpisahan kamu dengan Yofan. Aku gak nyangka, hubungan kalian bakalan kandas saat menjelang UNAS. Semoga lulus ya, sekolahnya …," Gadis itu tertawa riang gembira, saat menelpon Emilia.

Ya, siapa lagi kalau bukan Della–kakak kelas yang kini telah menjadi alumni. Kakak kelas yang sempat tergila-gila dengan Yofan, namun cintanya tidak pernah Yofan respon.

Emilia tercengang. Dia diam termenung karena merasa aneh dengan Della yang selalu tahu dengan segala hal yang dia dan Yofan alami.

"Dia kok bisa tahu, sih. Sebenarnya Della itu siapa? Apa dia punya informan? Tapi siapa?"

Terpopuler

Comments

Diah Darmawati

Diah Darmawati

nyeseggg😭

2023-05-18

1

Anak emak

Anak emak

Della cocok banget jadi adenya ilmi. kalo yofan g cocok

2023-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!