MENGEJAR CINTA MANTAN
Yessss
Horeeee
Kalimat-kalimat tersebut terus menggema dari bibir anak-anak yang saat ini tengah berbahagia karna merayakan kelulusan mereka.
Dari semua anak-anak yang tengah berbahagia tersebut, ada seorang gadis yang tidak ikut larut dalam euforia kebahagian itu, padahal dia tidak hanya lulus seperti teman-temannya yang lain, tapi dia juga adalah lulusan terbaik disekolahnya, SMA PERTIWI salah satu sekolah elit di Jakarta, tapi hal itu tidak bisa membuat bibirnya tersenyum meskipun hanya sebuah senyuman tipis.
Malahan ketiga sahabatnya yang bersorak bahagia saat mendengar pengumuman dari kepala sekolah mereka kalau gadis bernama Gabriela Alvaro merupakan lulusan terbaik tahun ini.
"Geb, lo lulusan terbaik disekolah kita, selamat ya." Imel memeluk Gebi dengan penuh antusias.
Bergiliran kemudian Juli yang memeluk Gebi, "Lo benar-benar keren Geb, hebat hebat." puji Juli, "Pasti om dan tante sangat bangga sama elo."
Gebi hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan selamat yang dilontarkan oleh sahabat-sahabatnya tersebut, rasanya sangat susah untuk tersenyum, tapi dia mengusahakan untuk tersenyum supaya ketiga sahabatnya tidak curiga kalau saat ini dia tengah gundah gulana.
Yang terakhir memberikan pelukan adalah Nuri, "Jangankan tante dan om, kami juga sangat bangga sama lo Geb, dengan nilai yang lo dapatkan, lo dengan bebas dah memilih universitas mana yang mau lo masuki, gak kayak kami yang harus berjuang keras kalau ingin masuk universitas impian kami."
"Kalian terlalu berlebihan memuji gue." respon Gebi.
"Jangan lupa ya Geb, makan-makannya untuk merayakan keberhasilan elo."
Gebi hanya mengangguk, intinya untuk saat ini dia tidak memperdulikan apakah dia menjadi lulusan terbaik dengan nilai tertinggi karna ada hal yang lebih penting daripada itu yang membuat hatinya tidak bisa tenang sejak tadi pagi.
Disaat suasana hatinya tengah tidak menentu begitu, seorang laki-laki menghampiri Gebi, laki-laki tampan itu tersenyum pada Gebi.
"Selamat ya Geb, kamu jadi lulusan terbaik, aku senang dengarnya." ujar laki-laki bernama Jefri tersebut mengulurkan tangannya untuk memberi semangat yang dibalas oleh Gebi.
Laki-laki itu juga yang sekaligus membuat hati Gebi gundah gulana, laki-laki yang telah berstatus sebagai pacarnya selama dua tahun ini, namun hubungan kasih yang mereka jalin selama ini sepakat untuk mereka rahasiakan sehingga tidak ada satupun dari teman-teman mereka yang tahu akan hubungan mereka.
Sikap mereka saat didepan umum tidak menunjukkan kalau mereka menjalin hubungan spesial, teman-teman sekolah mereka selalu beranggapan kalau hubungan mereka hanya sebuah hubungan antara teman sekelas belaka, bahkan ketiga sahabat Gebipun tidak ada yang tahu menahu kalau Gebi berpacaran dengan Jefri.
Gebi mengangguk dan memandang laki-laki yang telah memenuhi relung hatinya itu selama dua tahun itu dengan penuh arti, reflek saja Gebi memegang perutnya yang rata.
"Gebi doank nieh yang dikasih selamat, kita-kita enggak dikasih selamat juga." cletuk Imel.
Jefri memandang ketiga sahabat Gebi dan memberikan selamat juga karna mendengar cletukan Imel barusan, "Selamat juga ya Mel, Nur, dan Juli atas kelulusan kalian." senyumnya.
"Selamat juga untul lo ya Jef."
Jefri tersenyum menanggapi ucapan Nuri.
"Ya udah Geb, semuanya, aku balik ke teman-temanku dulu." pamitnya, namun saat akan berbalik, Gebi menahannya.
"Jefri, tunggu."
Otomatis Jefri mengurungkan niatnya.
"Aku mau bicara sama kamu."
Ketiga sahabat Gebi saling melempar pandangan satu sama lain, dalam hati mereka tentu saja bertanya-tanya apa gerangan yang akan dibicarakan oleh Gebi dengan Jefri karna sepertinya Gebi terlihat serius.
Jefri mengangguk, "Oke, dimana."
"Ikut aku."
Gebi berjalan dan Jefri mengikuti Gebi dibelakang.
"Apa sieh yang mau diomingin Gebi sama sik Jefri, gak mungkin Gebi akan nembak Jefrikan." gumam Imel menyuarakan isi hatinya.
"Jangan ngaco lo Mel kalau ngomong." sanggah Nuri.
"Ya mungkin saja mereka akan membicarakan tentang buku, atau sains atau entahlah, namanya juga mereka sama-sama pintar, meskipun sekolah telah berakhir, tapi pembahasan tentang ilmu pengetahuan tetap berlanjutkan."
Dan satupun dari sahabatnya tidak ada yang menaruh curiga dengan hubungan Gebi dan Jefri saking apiknya mereka menyimpan hubungan mereka.
Gebi membawa Jefri menuju lab kimia, tentu saja tempat itu saat ini kosong, Jefri menutup pintu lab begitu mereka berdua sudah berada didalam, dan saat mereka tengah berdua, Jefri langsung memeluk Gebi, sesuatu hal yang tidak bisa dia lakukan didepan teman-teman mereka.
"Sekali lagi selamat ya sayang." Jefri mengelus puncak kepala Gebi, "Kamu benar-benar gadis kebanggaanku."
Gebi hanya diam, dia tidak membalas pelukan Jefri apalagi membalas ucapan selamat yang dikatakan oleh Jefri, dia hanya sibuk merangkai kata-kata yang akan dia katakan pada Jefri, dan hal itu membuat Gebi tegang, itu bisa dirasakan oleh Jefri.
Jefri mendorong bahu Gebi pelan, dia baru memperhatikan kalau wajah kekasihnya itu terlihat tegang dan pucat, "Sayang, heii, kamu kenapa, kamu sakit." tanyanya khawatir.
Gebi menggeleng pelan.
"Terus kamu kenapa, kenapa wajah kamu pucat begini hah, kamu ada masalah, ayok ceritakan sama aku." cecar Jefri.
"Jef, aku ingin mengatakan sesuatu hal yang penting sama kamu, dan aku harap, kamu jangan kaget."
"Kaget, emang apa yang ingin kamu katakan Geb, ayok katakan."
"Hmmm." Gebi terlihat ragu untuk mengatakannya, dia memilin-milin tangannya.
Melihat tingkah sang kekasih, Jefri meraih tangan Gebi dan menggenggamnya, tangan Gebi terasa dingin, "Ada apa sieh sebenarnya Geb, ayok katakan apa yang ingin kamu katakan." desaknya tidak sabaran.
"Jefri, kamu berjanji ya tidak akan marah sama aku kalau aku mengatakannya."
Jefri mengangguk dengan yakin, "Aku berjanji tidak akan marah."
Gebi menarik tangannya dari genggaman Jefri, dari saku kemeja putihnya dia mengeluarkan sesuatu benda kecil agak panjang dan menyerahkannya pada Jefri.
Jefri menatap Gebi bingung sebelum mengambil benda yang disodorkan oleh Gebi, dia tahu benda apa itu, tespeck, benda yang sering digunakan oleh perempuan untuk mengetes kehamilan, dan Jefri memiliki dugaan, dan dia berharap kalau dugaannya salah, tapi sayangnya harapannya tidak terkabul, wajah Jefri mengeras saat melihat dua garis merah pada benda tersebut, Jefri menatap Gebi dengan tajam, tidak ada kelembutan dimata itu seperti yang biasa Jefri tunjukkan pada Gebi sebelumnya.
"Geb, jelasin ini apa maksudnya." tuntut Jefri.
Jefri sieh sudah tahu apa arti dari dua garis merah itu, tapi dia berharap Gebi mengatakan hal itu cuma candaan belaka dan mengatakan kalau benda tersebut milik orang lain.
"Aku hamil Jef, aku hamil anak kamu." jawab Gebi menjawab keingintahuan Jefri, Gebi menatap Jefri ingin tahu ekpresi wajah Jefri saat mengatakan hal tersebut.
Raut wajah Jefri tidak bisa dijelaskan, entah apa yang saat ini dia rasakan, mungkin marah, kecewa, kesal yang jelas saat ini Jefri tidak dalam keadaan suasana hati yang bahagia mendengar berita yang disampaikan oleh Gebi, ya iyalah dia tidak bahagia, kalau Gebi hamil, bagaimana dengan masa depannya, dia ingin kuliah dan bekerja, bukannya menikah dan menjadi seorang ayah.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments