Gebi mengalami hal-hal yang dialami oleh wanita yang berada dalam fase ngidam pada umumnya, seperti mual-mual dan muntah-muntah dipagi hari, tidak menyukai bau makanan tertentu atau bau parfum yang biasa dia pakai juga tidak dia suka aromanya, dan dia juga sering ingin makanan-makanan tertentu, Gebi seih lebih seringnya ingin makan makanan asam, dan sampai sekarang semuanya masih aman karna tidak ada satupun dari orang rumah yang curiga dengan perubahan Gebi tersebut.
Mama Putri khawatir sieh saat melihat putrinya yang tiap pagi mual-mual, dia berfikir kalau putrinya itu tidak enak badan biasa sehingga dia berniat membawa Gebi ke rumah sakit, namun Gebi menolak dengan alasan kalau istirahat dia pasti akan sehat, selain itu juga, cari mati namanya kalau mengiyakan ajakan mamanya ke rumah sakit, kehamilan yang dia sembunyikan sudah pasti akan terbongkar dan Gebi tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mama dan papanya kalau tahu anak gadis yang selalu mereka banggakan ternyata hamil diluar nikah.
Hoek
Hoek
Seperti pagi ini seperti sebelum-sebelumnya, Gebi muntah-muntah hebat dikamar mandi yang ada dikamarnya, untungnya kamarnya ada dilantai dua sehingga baik mama dan papanya tidak setiap waktu tahu kalau putri mereka muntah-muntah, tapi bik Siti pembantu rumah tangga dirumah merekalah yang sering memergoki Gebi saat berjuang dikamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.
Saat itu bik Siti akan mengantarkan sarapan untuk nona mudanya itu atas perintah nyonya majikannya, karna bi Siti sejak tadi mengetuk pintu kamar nona majikannya dan memanggil-manggil namanya namun tetap tidak ada sahutan dari dalam sehingga membuat bik Siti berinisiatif membuka pintu kamar Gebi, dan hal yang pertama yang didengarnya adalah suara muntah-muntah Gebi dari kamar mandi.
"Ya Allah non, kenapa lagi dia." bik Siti bergegas meletakkan nampan sarapan yang dibawanya diatas nakas dan langsung menuju kamar mandi untuk melihat kondisi sang nona muda.
"Nona, astagaa ya Allah gusti."
Bik Siti ikut berjongkok untuk membantu Gebi dengan mengurut tengkuknya.
"Non, non Gebi sebaiknya ke rumah sakit ya non, biar diperiksa oleh dokter gitu lho."
Gebi menggeleng, "Gak usah bik Siti, ini cuma sakit biasa saja, besok juga akan sembuh." kata-kata yang selalu dia ucapkan saat diminta ke dokter baik oleh mamanya ataupun bik Siti.
Gebi mengelap bibirnya dengan tangan kosong, keringat dingin terlihat membasahi dahinya.
Bik Siti hanya bisa mendesah pasrah melihat kekeraskepalaan nona mudanya itu, tapi disini, bik Siti menaruh sebuah kecurigaan, kecurigaan kalau nona mudanya itu hamil, kecurigaan tersebut bukannya tanpa alasan, ciri-ciri yang ditunjukkan oleh nona mudanya yang beberapa hari ini sering dia lihat sama persis seperti orang yang tengah hamil.
"Sudah beberapa hari ini nona selalu muntah-muntah tiap pagi, dia bahkan sekarang tidak suka dan ingin muntah saat melihat makanan kesukaannya, belum lagi nona selalu ingin makan yang asam-asam, apa jangan-jangan nona hamil ya."
Bik Siti menggeleng karna menurut ajaran agama yang dianutnya tidak baik bersuudzon, "Astagfirullah, kok aku jadi suudzon begini ya, nona Gebi mana mungkin hamil, dia gadis baik-baik, lagipula hamil dengan siapa coba kalau nona saja tidak punya pacar." jelas saja bik Siti berfikiran begitu, karnaa tidak ada satupun yang tahu kalau Gebi memiliki pacar.
"Ayok nona saya bantu ke kamar." bik Siti membantu Gebi berdiri dan memapahnya masuk ke kamarnya dan membawanya ke tempat tidur untuk beristirahat.
Gebi menyandarkan tubuhnya ditempat tidur, tenaganya rasanya terkuras habis setelah tadi muntah-muntah.
"Ayok nona sarapan dulu agar cepat sembuh, bibik bawakan nasi goreng kesukaan nona."
Bik Siti menyodorkan piring nasi goreng itu kepada Gebi, nasi goreng merupakan menu paforit Gebi jika sarapan.
Namun Gebi malah menutup hidungnya dan meminta bik Siti untuk menjauhkan nasi goreng tersebut dari hadapannya karna aroma bumbu dari nasi goreng tersebut membuatnya mual.
"Bik Siti, tolong jauhkan nasi goreng itu dari Gebi, Gebi tidak tahan dengan aromanya."
Bik Siti yang tadinya sudah berbaik sangka kembali bersuudzon, "Lagi-lagi nona menampakkan kelakuan seperti orang yang hamil."
"Nona ingin makan apa, biar nanti bibik bawain ke kamar."
"Gebi ingin makan yang asam-asam bik."
"Tuhkan, apa salah kalau saya suudzon, sikap nona benar-benar seperti orang yang tengah hamil."
"Roti saja ya nona, gak baik lho makan buah yang asam-asam saat pagi begini."
"Maunya itu bik." ujarnya keras kepala.
"Baiklah nona, nanti saya bawakan."
Dengan kecurigaannya bik Siti keluar dari kamar nona majikannya.
****
Beberapa hari berlalu, selama itu juga Jefri tidak pernah menghubungi Gebi, bukannya dia mau menghilang apalagi lepas tanggung jawab begitu saja, hanya saja, selama dia tidak pernah menghubungi Gebi, Jefri fokus untuk mencari solusi untuk masalah yang saat ini mereka hadapi, dan tentu saja, satu-satunya hal yang terfikirkan dibenak Jefri untuk menyelsaikan masalah mereka adalah dengan menggugurkan janin yang saat ini tengah berkembang dirahim Gebi, sebuah pemikiran yang sama seperti apa yang difikirkan oleh Gebi, mereka hanya mau enaknya saja tanpa mau mempertanggungjawabkan kelakuan mereka, sudah apa yang mereka lakukan dosa, dan sekarang mereka berniat membunuh janin yang tidak bersalah yang membuat mereka menanggung dosa berkali-kali lipat.
"Iya, janin itu harus digugurkan, itu adalah satu-satunya cara untuk menyelsaikan masalah ini." ujarnya pasti.
Tidak mungkin jugakan Jefri meninggalkan Gebi kuliah keluar negeri dan membiarkan gadis itu menanggung beban masalah sendiri, bisa-bisa Jefri tidak akan tenang saat menuntut ilmu.
Jefri meraih ponselnya untuk menghubungi Gebi, terpampang dilayar ponselnya foto dirinya dan Gebi yang menjadi walpafer utama ponselnya, sebenarnya dia merindukan kekasihnya itu, namun masalah yang tengah mereka hadapi membuatnya tidak bisa berfikir jernih sehingga membuatnya untuk sementara menghilang.
Jefri : Geb, bisa ketemu besok.
Jefri menunggu balasan dari Gebi, tapi beberapa saat belum juga pesannya dibalas, Jefri maklum, dia yakin Gebi masih marah kepadanya karna dia sudah sangat menyakiti hati Gebi, bibirnya yang tidak bisa dia kontrol bisa-bisanya meragukan janin yang dikandung oleh Gebi.
Setelah bermenit-menit lamanya, Gebi membalas juga.
Gebi : Kamu masih hidup ternyata, aku fikir kamu sudah jadi almarhum
Jefri menarik nafas berat saat mendengar balasan Gebi, dia maklum kalau Gebi sangat marah dengannya, bukan hanya kata-katanya yang telah menyakiti hati Gebi, tapi juga selama beberapa hari ini dia memilih menghilang, hati wanita mana coba yang tidak sakit.
Jefri : Maafin aku Geb, aku benar-benar kacau beberapa hari belakangan ini dengan masalah ini, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
Gebi : Kamu fikir hanya kamu saja yang kacau Jef, aku lebih dari itu, aku stress, rasanya aku tidak bisa tersenyum, dan kamu membiarkanku menghadapi masalah ini sendiri, dasar laki-laki tidak bertanggung jawab kamu Jef, aku benci sama kamu.
Jefri : Sekali lagi aku minta maaf Geb, oleh karna itu aku menghubungimu, aku ingin bertemu denganmu supaya kita bisa mencari jalan keluar dari masalah yang saat ini kita hadapi.
Jefri : Geb, besok kita ketemu ditempat biasa ya.
Gebi : Baiklah.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments