Mengapa Berbeda?
“Aku untuk kamu, kamu untuk aku. Namun semua apa mungkin, iman kita yang berbeda. Tuhan memang satu, kita yang tak sama. Haruskah aku lantas pergi, meski cinta takkan bisa pergi??? Huwooooooo....”
Suara menyebalkan Lukas mengudara tanpa bisa dicegah. Di ruang meeting yang sudah kosong sejak 1 jam yang lalu, lelaki bertubuh gempal itu menghabiskan waktunya untuk karaoke, memanfaatkan set televisi pintar yang ada di sana sebagai sarana untuk memutar lagu-lagu sendu yang padahal—ia sendiri tidak sedang dalam kondisi galau.
Tujuannya jelas hanya satu, setidaknya itu yang Juan tahu. Lelaki itu sedang meledeknya, menertawakan kekeraskepalaannya untuk tetap mempertahankan hubungan beda agama dengan Zahira Cassanova. Lukas adalah orang lain, orang baru yang ditemui Juan sejak dia ikut bergabung di perusahaan milik ayahnya. Tapi seolah sudah mengenal begitu lama, bocah tengik itu menjadi yang paling usil soal hubungannya dengan Zahira. Setiap hari, ada saja ide lelaki itu untuk mengusik dirinya.
“Gue nggak akan heran kalau tiba-tiba dia ditemukan mati mengenaskan di apartemennya. Anaknya nyebelin."
Juan mengangguk setuju atas pernyataan yang dilontarkan oleh Galih barusan. Lukas memang menyebalkan, semua orang di divisi mereka juga tahu. Dia bukan satu-satunya korban dari sikap menyebalkan Lukas, masih banyak orang-orang yang mengeluhkan betapa suka ikut campurnya lelaki itu, namun mereka tak punya lagi kekuatan untuk melawan karena Lukas memang sebegitu menyebalkannya.
“Kita kunciin aja di sini nggak sih? Muak banget gue dengar suara dia yang kayak kodok keselek biji kedondong.” Usulan yang teramat brilian itu datangnya dari Moana, satu-satunya perempuan di divisi mereka.
Juan menoleh ke arah perempuan berambut pirang sepunggung itu, lantas mengangguk tanpa butuh waktu lama untuk berpikir. “Kalau perlu, kita bakar ruangan ini biar dia mati gosong.” Ujarnya, seakan penuh dendam.
Kalau ini orang normal, pastilah ada di antara Galih dan Moana yang akan menolak usulan kejam dari Juan. Tapi berhubung mereka sama-sama tidak waras (efek terlalu banyak berhadapan dengan manusia menyebalkan bernama Adrian Lukas), maka mereka berdua malah mengangguk setuju.
Dengan begitu saja, ketiganya bangkit secara serempak, berlari sigap menuju pintu keluar lantas benar-benar mengunci Lukas di ruang meeting sendirian. Satu-satunya yang melenceng dari rencana adalah, mereka tidak benar-benar membakar ruangan tersebut. Bukan karena mereka masih memiliki rasa kemanusiaan, tetapi lebih kepada “Sayang, nanti perusahaan jadi rugi karena harus renovasi.”
Gelak tawa membahana di antara ketiganya. merasa puas telah memberi hukuman tidak seberapa untuk kelakuan Lukas yang memusingkan kepala. Masa bodoh, biar saja Lukas berusaha sendiri mencari pertolongan. Itupun kalau ada yang bersedia menolongnya.
“Lo mau langsung balik?” tanya Moana setelah tawanya mereda lebih dulu.
Di antara dua lelaki di sampingnya, Juan menjadi orang yang menoleh dan menjawab, “Nggak. Gue mau ke divisi sebelah dulu.”
Moana tersenyum, lantas mengangguk. “Kalau gitu, gue duluan.” Ucapnya.
Juan hanya mengangguk sebagai jawaban. Lambaian tangan dia berikan sebagai balasan untuk Moana yang melakukan hal serupa. Sementara di belakang tubuhnya, Galih senyum-senyum sendiri bagai orang gila.
“Lo sadar nggak sih kalau Moana itu sebenernya suka sama lo?” celetuk Galih, hanya untuk membuat Juan menoleh dengan dahi yang berkerut banyak.
“Gue udah punya Zahira.” Jawab Juan. Kalau sudah muncul nama orang lain di dalam hubungannya dengan Zahira, entah kenapa dia merasa tidak suka. “Lagian, perasaan Moana itu tanggung jawab dia. Gue nggak perlu, dan nggak mau tahu.”
Atas jawaban tersebut, Galih terkekeh. Memang ya, kalau sudah bucin akut tuh susah untuk diganggu. Mau ada bidadari turun dari surga sekalipun, tidak akan bisa membuatnya berpaling dari sang pujaan hati. Pokoknya, hanya ada nama dia seorang, tidak ada yang lain lagi.
Suara gedoran yang datang dari arah belakang menjadi pemutus obrolan soal Zahira dan Moana. Keduanya menoleh ke arah pintu ruang meeting yang bergetar hebat akibat ulah Lukas yang menggedornya secara menggila. Sudah jelas, mereka tidak akan peduli.
Seakan tidak mendengar apa-apa, keduanya pun kembali membalikkan badan, lalu berjalan beriringan sambil melakukan obrolan ringan.
“Masih ngerokok nggak?”
“Udah enggak, Zahira nggak suka.”
“Mau coba Vape? Gue baru beli yang rasa baru.”
“Nggak dulu. Demi Zahira, gue bakal ngejauhin segala hal yang ada asap-asapnya.”
“Bucin.”
“Cari pacar sana, biar lo tahu gimana rasanya jatuh cinta.”
...----------------...
Di ruang kerja Reno yang gelap, Juan merebahkan dirinya di atas sofa panjang. Sang empunya sedang tidak ada di ruangan, sedang pergi mencari udara segar untuk menjernihkan kepala yang isinya cuma Clarissa. Ia tidak akan meledek, sebab sama seperti betapa bucinnya Reno terhadap perempuan itu, Juan pun sama bucinnya terhadap Zahira.
Sudah pukul 11. Seharusnya, mereka segera pulang karena subuh nanti mereka harus ikut terbang ke Singapura demi menghadiri sebuah pertemuan keluarga. Tapi ia malah berakhir rebahan di sini, memikirkan bagaimana hubungannya dengan Zahira yang sama sekali tidak bisa dikatakan mudah.
Untuk mendapatkan Zahira, banyak sekali hal yang Juan korbankan. Jatuh bangun dia berusaha meyakinkan perempuan itu bahwa dia layak, bahwa dia mampu menjadi pendamping untuk seorang Zahira Cassanova yang sempurna.
Dulu, saat mereka masih menjadi mahasiswa, semuanya masih kelihatan mudah karena yang terpikir hanya bagaimana cara mereka menjaga hati agar tidak menyeleweng. Keributan yang terjadi di antara mereka pun hanya seputar Juan yang terlalu cinta, hingga tidak jarang merasa cemburu berlebihan pada setiap teman laki-laki yang dekat dengan Zahira.
Sekarang, setelah mereka tumbuh lebih dewasa, segalanya menjadi semakin rumit dan terasa sulit untuk dijalani.
Sejak awal memacari Zahira, tidak pernah ada sedikit pun niatan bagi Juan untuk sekadar main-main. Maka, pernikahan jelas menjadi titik akhir yang ingin dia tuju bersama perempuan itu.
Tapi masalahnya, untuk menikah pun tidak semudah itu.
Keyakinan. Isu paling sensitif yang ada di negeri tercinta Indonesia. Pernikahan beda agama masih menjadi sesuatu yang dilarang. Sebetulnya, memang tidak pernah ada yang membenarkan.
Juan memang bukan anak Tuhan yang taat. Dia hanya sesekali datang ke gereja, sesekali berdoa kalau dirasa hidupnya memang sudah terlalu sulit untuk dijalani. Akan tetapi, dia tidak selaknat itu untuk berkhianat pada Tuhan yang dia percaya sejak kecil. Sedangkan Zahira sendiri juga tidak mungkin merelakan kerudung yang selama ini menutupi kepalanya ditanggalkan begitu saja hanya untuk sebuah cinta yang belum tentu abadi.
Pada akhirnya, mereka berdua hanya terus berjalan, tanpa tahu di titik mana mereka akan berhenti karena untuk saling melepaskan pun, rasanya terlalu sulit.
Semakin malam, pikiran Juan semakin kusut, semakin sering pula dia menghela napas dengan gerakan yang begitu ribut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
karyaku
mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
2024-10-25
0
ERiyy Alma
ceritanya bagus. Jangan lupa mampir diceritaku juga ya kk. "Mendadak menikah" 😁🙏
2023-11-25
0
Raudatul zahra
dilihat dari rilis nya, yg ini lebih dulu.. jadi baca Juan dulu yaaa sebelum Babas & Bian
2023-11-20
1