"Ah, a-ada yang tidak saya mengerti, bisakah Bapak mengajari saya?" tanya Sha berusaha tenang untuk menghilangkan kegugupannya saat ketahuan memperhatikan interaksi pasangan itu.
Abi berjalan mendekati meja yang sedang dihuni oleh sekretaris barunya itu, berdiri di samping kursi yang sedang Sha duduki. Tubuhnya condong kedepan mensejajarkan dengannya.
Jangan ditanya bagaimana gugupnya perasaan Sha saat tubuh Abi begitu dekat dengannya, helaan nafasnya begitu dekat di telinga. Namun ia berusaha untuk tetap fokus menatap layar tipis dan memahami apa yang diterangkan oleh Pria itu.
"Apakah kamu sudah mengerti?" tanya Abi menatap sekilas pada gadis yang ada disampingnya.
"Ah, ya, saya mengerti, Pak," jawab Sha paham.
"Bagus, sekarang lakukan pekerjaanmu." Pria itu segera berdiri seperti semula dan kembali ke meja kerjanya.
"Atur jadwal saya setelah jam makan siang nanti!" titah Pria itu sebelum beranjak meninggalkan ruangan.
"Baik, Pak," jawab Sha mengangguk paham.
Karena terlalu new, maka Sha harus lebih teliti dan cermat dalam mengerjakan tugasnya, ia tidak mau dihari pertama bekerja harus melakukan kesalahan.
Sha sedikit melewatkan makan siang demi menyelesaikan tugasnya untuk mengatur jadwal atasannya yang dingin itu.
"Hah, akhirnya selesai juga, sekarang tinggal mengisi jadwal kampung tengahku yang sudah mulai protes nih," gumam gadis itu sendiri sembari beranjak keluar dari ruangan menuju kantin.
Sha segera memesan makanan, ia makan sedikit tergesa, karena lima belas menit lagi jadwal meeting atasannya akan dimulai.
"Pegawai baru ya?" tanya seseorang yang duduk dihadapannya.
"Ah, iya," jawab Sha datar sembari fokus dengan makanannya.
"Bagian apa?" tanya lelaki itu kembali. Terlihat dari tampangnya dia juga mempunyai skill di kantor ini.
"Sekretaris," jawab gadis itu jujur sekali.
"Oh, sekertaris siapa?" tanyanya ingin tahu.
"Pak Abian."
"Wah, tumben sekali dia menggunakan jasa sekretaris," ucap Pria itu sedikit heran.
Sha hanya tersenyum datar menanggapi ucapan Pria yang ada dihadapannya, soal itu mana dia tahu bahwa selama ini Abian tak menginginkan sekretaris. Apakah memang benar dia hanya terpaksa karena permintaan Pak Ikhsan.
"Ah, entahlah. Ia tak ingin mempermasalahkan hal itu, yang jelas sekarang ia sudah mempunyai pekerjaan, sebenarnya tak menjadi sekertaris juga tidak apa-apa, asalkan ia diterima bekerja di kantor itu.
Sha menghabiskan makanannya dan segera ingin beranjak menuju ruangannya kembali, namun langkahnya terhenti saat Pria itu berucap sembari mengulurkan tangannya.
"Boleh kita berkenalan? Nama saya Hazel Sebastian, saya direktur keuangan di perusahaan ini," jelas Pria itu
"Ah, ya. Nama saya, Sharena Husman," jawab Sha sembari menyambut uluran tangannya Pria itu. "Maaf, Pak, kalau begitu saya pamit kembali keruangan, karena sebentar lagi ada jadwal meeting Pak Abian," ucap Sha pamit undur.
"Ya, silahkan. Sampai ketemu lagi. Semoga kamu betah bergabung di perusahaan ini ya," balas Pria itu mengukir senyum ramah.
"Insya Allah, terimakasih Pak. Mari."
Sha segera naik kelantai lima menuju ruangannya. Saat masuk, Abi sudah berdiri dengan berkacak pinggang.
"Kemana sih kamu? Kamu tidak lihat ini sudah jam berapa?!" bentak Pria itu menatap kesal.
"Maaf, Pak. Tadi saya..."
"Saya tidak butuh alasan kamu. Sekarang ikut saya!" Bantah Pria itu tak ingin mendengarkan alasan apapun.
Sabar Sha. Ini adalah hari pertamamu bekerja, jangan membantah. Bukankah dara semula dia sendiri mengatakan agar kamu harus bisa menebalkan telinga jika ingin bekerja dengannya.
Batin gadis itu mencoba untuk memahami, dan memasok rasa sabar begitu besar agar ia tetap mampu bertahan bekerja dengan Pria arogan itu. Sha segera mengikuti langkah Abian memasuki ruang meeting.
Sha sebagai orang baru yang bergabung di perusahaan itu, maka banyak para atasannya meminta pendapat dan masukan, juga ide-ide darinya, karena Sha belum mempunyai pengalaman bekerja, maka ia hanya mengingat materi dan strategi yang pernah ia pelajari saat kuliah dulu. Sha mencoba menuangkan idenya yang muncul begitu saja.
Tak disangka ternyata ide wanita itu diterima baik oleh mereka para atasannya. Mereka memberi sambutan dan tepuk tangan pada gadis itu yang telah berhasil memukau mereka, tapi tidak dengan Abian yang hanya menatap datar biasa saja.
"Selamat bergabung ya, Sharena Husman. Kami harap untuk selanjutnya akan ada ide-ide menarik dari!"
"Terimakasih banyak, Pak." Sharena menyalami satu persatu atasannya yang ada diruangan itu. Namun kanebo kering itu tak mau menerima uluran tangannya, Pria itu segera beranjak meninggalkan ruang meeting.
Sore ini Sha pulang dengan hati bahagia karena ia sudah mendapatkan pekerjaan, itu artinya ia tidak harus pusing lagi memikirkan biaya kontrol Ibu setiap bulannya, dan bisa melunasi uang SPP sang adik yang sudah menunggak beberapa bulan ini.
"Assalamualaikum," seru gadis itu mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam.... Kamu sudah pulang, Nak?" tanya Ibu menghampiri putrinya.
"Iya, Bu. Bagaimana keadaan Ibu?"
"Alhamdulillah sudah lebih baik."
"Ah, syukurlah. Oya, Bu, aku punya kabar baik," ucap Sha mengukir senyum manis.
"Oya, apa? Apakah kamu diterima bekerja di kantor itu?" tanya Ibu menebak dengan benar.
"Ya, ibu benar sekali."
"Alhamdulillah... Selamat ya, Nak, ibu ikut bahagia mendengar kabar ini," ucap ibu memeluk putrinya.
"Selamat ya, Kak Sha," ucap Al ikut memberi selamat pada sang kakak.
"Makasih, Dek, insya Allah bulan depan kita akan lunasi uang tunggakan kamu di sekolah," jawab Sha pada sang adik.
Keluarga itu merayakan hari kebahagiaan atas di terimanya sang putri bekerja di sebuah perusahaan ternama, dan harapan gadis itu menjadi kenyataan untuk bisa bekerja dengan sesuai jurusan yang dia ambil saat kuliah.
Sore ini sepulang dari kantor Sha mendapat telpon dari Pak Ikhsan dan Bu Rania, pasangan itu mengundang Rania untuk makan malam di kediaman mereka.
Sha segera memacu kendaraannya menuju alamat yang dikirim oleh orangtua atasannya itu. Sebagai orang yang begitu berjasa dalam keluarganya, tentu saja ia tidak akan bisa menolak.
Saat kendaraan roda duanya memasuki pekarangan rumah mewah itu, ia sedikit terjingkat saat suara klakson mobil yang mengusik Indra pendengarannya.
"Motornya jangan disana!" seru Abi sembari melongok kepalanya dari pintu mobil.
"Ah, maaf." Sha segera menggeser motornya yang memang menghalangi mobil Pria itu.
Abi keluar dari mobilnya, tanpa menoleh sedikitpun ia masuk kedalam rumah orangtuanya. Sha hanya menghela nafas dalam. Kenapa Pria itu sombong sekali.
"Assalamualaikum," ucap Sha.
"Wa'alaikumsalam.... Loh, kamu datang sendiri, Nak? Kenapa tidak bareng sama Abi saja?" tanya Bu Rania menyambut dengan hangat.
"Tidak, Bu, aku bawa motor sendiri," ujar gadis itu menyalami tangan pasangan yang sudah tak muda lagi itu.
"Ayo masuk, kita ngobrol di dalam," ujar Pak Ikhsan membwa gadis itu masuk.
Sha hanya mengangguk dengan senyum manis. Tak tahu entah kenapa sikap kedua orangtua itu begitu berbeda dengan anaknya yang seperti kanebo kering.
Bersambung....
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Sweet Girl
Mengundang Sha, Tor...
2024-02-23
0
Sweet Girl
Adiknya Abikah?
2024-02-23
0
Praised94
terima kasih 👍
2024-02-06
0