AIR MATA DARI IBU MERTUA
Nayla tak pernah membayangkan, jika hidup tanpa tahta dan harta akan menjadikan dirinya terhina di keluarga kaya raya.
Iya menikah dengan sosok lelaki bernama Akbar, lelaki yang mempunyai beberapa jenis bisnis dari perdagangan. Salah satu yang mengelola bisnis adalah dirinya sendiri, karena anak bungsu dari keluarga Budiarto.
Sosok wanita bernama Nayla itu sedikit menghindar, ia terkadang tak pede jika berkumpul dengan keluarga sang suami yang terlihat berwibawa dan sering menonjolkan kekayaan.
Namun sosok Akbar yang memang mencintai Nayla tanpa memandang harta, selalu senantiasa membuat wanita itu nyaman.
"Nayla ayo. "
Wajah Nayla menunduk, dimana wanita itu berkata, " Kamu saja mas, aku nggak pede kalau masuk ke rumah orang tuamu. "
"Mm, kamu ini kebiasaan ya. " Tangan kekar Akbar, kini menarik tangan sang istri dengan begitu lembut sembari memperlihatkan lekuk senyum dari bibir lebar Akbar.
Senyuman Akbar membuat Nayla malu pada dirinya sendiri, suami yang dicintai selama satu tahun ini selalu setia menemani. Walau fisik Nayla kini berubah.
Wajah dengan kulit kuning langsat, yang cantik itu berubah menjadi wajah buruk rupa, karena insiden kecelakaan lima bulan yang lalu.
Pegangan tangan Akbar membuat semangat pada diri Nayla. Keluarga yang ternyata sudah menunggu kedatangan mereka, membuat semuanya terdiam, apalagi sang Ibunda yang bernama Wina. Ia terlihat menatap sinis sang menantu, " bisa-bisanya kamu Akbar membawa wanita buruk rupa seperti ini, apa tidak ada lagi wanita yang bisa kamu bawa selain wanita ini. Kamu ini tampan Akbar, kaya raya, kamu bisa mendapatkan seorang wanita
cantik berkelas atas, tidak seperti wanita buruk rupa ini yang derajatnya rendah daripada kita. "
Nayla hanya bisa terdiam bibirnya keluh, ia tak bisa membantah sang mertua di saat keluarga tengah berkumpul.
Namun Akbar menjadi seorang pahlawan yang selalu melindungi sang istri, dari hinaan dan juga cacian ibu kandungnya sendiri. " Bu, Nayla ini istri Akbar. Kenapa Ibu malah berkata seperti itu, Akbar tak suka Bu, bagaimanapun tidak ada derajat rendah, semua manusia tetap sama."
Wanita tua itu berdiri dengan melipatkan kedua tangan menepis perkataan Akbar yang selalu membela sang istri, " Bella terus, kapan kamu itu sadar, Nayla itu dari dulu tidak pantas bersama kamu. Dia itu wanita rendahan, cacat fisik. "
Beberapa kali Akbar melayangkan istighfar dari mulutnya, mendengar cacian Ibunda yang begitu berlebihan.
Budiarto yang menjadi sosok lelaki penengah keluarga, menghentikan perkataan istrinya.
"Bu, hentikan perkataan ibu yang menghina itu, kita berkumpul di sini hanya untuk menikmati suasana keluarga yang jarang berkumpul seperti sekarang. "
Wanita tua itu membalikkan badan ke arah suaminya, " Oh jadi bapak ikut membela wanita buruk rupa ini?"
Budiarto berdiri menghadap sang istri, " tidak ada yang membela seorang menantu, bapaknya meluruskan perdebatan ini. Karena ibu terlalu berlebihan menghina Nayla, dari awal menikah dengan Akbar sampai sekarang."
Melipatkan kedua tangan, membuang muka di hadapan suaminya sendiri, keegoisan Wina sudah terlihat dari dulu. Iya tak suka jika perkataannya dibantah.
" Jadi Bapak nyalain ibu?" Tanya Wina yang merasa dirinya tersalahkan.
Mengusap kasar wajah, Budiarto tampak pusing, menghadapi istrinya yang pemarah, ingin sekali Budiarto memberi teguran dengan tamparan, namun niat itu di urungkan. Ia takut jika masalah malah akan menjadi rumit.
Budiarto menarik napas, mengeluarkannya secara perlahan. Berusaha mengontrol emosi agar bisa menyadarkan diri dan juga sang istri, jika perkataan yang terlontar dari mulut Wina sangatlah menyakiti hati sang menantu.
"Bu, bapak tidak ada niat sama sekali menyalahkan ibu. Bapak hanya bingung dengan Ibu, kenapa ibu tak menyukai istri Akbar. "
Budiarto berharap jika perkataan lembutnya mampu, membuat istrinya bisa luluh dan kini sadar dari kesalahannya saat berucap.
Wanita tua itu malah menitipkan air mata secara tiba-tiba. Ia duduk di mana para menantu dan juga anak-anaknya merasa khawatir.
"Bu."
Semua mendekat memperlihatkan wajah sayu mereka, karena melihat sang ibunda terduduk lemah telah mendapat teguran lembut dari suaminya sendiri.
Salah satu menantu Budiarto yang bernama Aisyah kini angkat bicara," Sudahlah Pak sebaiknya bapak jangan terus-menerus menegur ibu, kasihan Ibu. Takut nanti penyakit darah tingginya kambuh lagi. "
" Aisyah kamu ini memang menantu terbaik ibu, yang selalu mengerti kondisi ibu saat ini. Sudah cantik kaya raya baik hati lagi, ibu sayang sama kamu." Puji Wina pada Aisyah, istri dari Ardan anak pertama Budiarto.
Karena mendengar pujian sang ibu mertua kepada Aisyah, membuat Lisa wanita yang menikah dengan anak kedua Budiarto, menjadi haus akan pujian, tak ingin kalah dengan Aisyah yang selalu disukai oleh Wina.
"Bu, sebaiknya Lisa antarkan ibu istirahat ke kamar ya sekarang, ibu harus menjaga kondisi ibu. Jangan memikirkan hal-hal yang membuat kepala ibu pusing dan juga hati ibu sakit." Tutur kata menantu kedua Wina membuat hatinya luluh.
Tangan yang terlihat mengkerut itu kini mengusap pelan rambut panjang sang menantu, " Lisa kamu memang wanita yang pintar dan juga kaya raya, ibu juga sangat menyayangi kamu."
Nayla yang mendengar pujian dari ibu mertua kepada menantu menantunya, membuat Ia sakit hati dan juga iri. Karena dirinya yang memang terlahir dari keluarga miskin, membuat dirinya tak mempunyai gelar sebagai seorang wanita kaya raya.
Air mata seketika menetes keluar dari kedua mata wanita bernama Nayla itu, Akbar yang melihat pemandangan menyakitkan untuk istrinya itu, kini menarik tangan lembut sang istri. Untuk segera keluar dari lingkungan keluarga yang memayoritaskan kekayaan.
"Mas Akbar. " raut wajah sedih Nayla membuat Akbar sakit hati. Ia menegakan tubuh, berpura pura kuat agar sang istri merasa tetap nyaman.
Wanita tua itu berusaha berdiri lagi, setelah tangisan palsu iya perlihatkan dihadapan Akbar dan juga para menantunya.
"Akbar, nak kamu mau kemana?" Pertanyaan sang ibunda membuat Akbar membalikkan badan sembari memegang erat tangan sang istri.
"Maaf bu, sebaiknya Akbar pergi saja dari perkumpulan keluarga ini, memang Akbar dan juga Nayla tak pantas berada di sini. Karena bukan kebahagiaan yang Akbar temukan di perkumpulan keluarga ini, tapi sakit hati Nayla akibat perkataan kasar dan juga ketidakadilan ibu kepada menantu menantu ibu, yang di mana Ibu hanya memayoritaskan kekayaan dan juga memandang fisik seorang menantu."
Ketegasan Akbar membuat Nayla menangis, kehidupan miskinnya tak membuat dirinya rendah di hadapan sang suami, Nayla selalu dihargai layaknya sebagai seorang Ratu yang dilindungi oleh sang Raja.
Di dalam mobil Nayla, melihat raut wajah suaminya memerah, terlihat lelaki yang menjadi suaminya itu menahan amarah.
"Mas, sebaiknya kamu temui ibu sekarang, jangan kamu buat ibu sakit hati. Bagaimanapun dia ibu kamu, wanita yang sudah melahirkan kamu. " ucap Nayla dengan bibirnya yang bergetar, berusaha membuat suaminya tak membenci sang ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments