The Secret Of Jessica

The Secret Of Jessica

Keluarga yang Lengkap

“Kiss, Mommy, Daddy kiss mommy dong!” Jessica berteriak kegirangan setelah Frans dan Merry resmi menikah. Gadis kecil berusia enam tahun itu kini bisa mempunyai orang tua yang lengkap.

“Kamu senang sekarang?” tanya Simon, saudara sepupunya.

“Tentu saja senang. Mommy Merry dan Daddy Frans saling mencintai, mereka sudah lama berpacaran, keputusan yang tepat untuk menikah sekarang.”

Jessica memang bukan anak kandung Frans maupun Merry, dia hanya gadis kecil yang lahir dari ibu muda yang tak tahu arti mempunyai anak. Jessica diserahkan ke dinas sosial beberapa jam setelah terlahir ke dunia.

“Jessica sini kita ambil foto keluarga.” Merry berteriak kepada Jessica yang masih mengagumi keduanya. Kini dia punya keluarga resmi.

“Jess, kamu dipanggil tante Merry, cepatlah kesana,” teriak Simon.

Dengan langkah lebar sambil menjinjing gaunnya, Jessica mendekati Merry dan Frans.

“Mommy, daddy congratulations!” Jessica memeluk Merry, Frans menggabungkan pelukan hingga ketiganya kini larut dalam pelukan bahagia.

Kilatan blitz kamera mengabadikan momen berharga keluarga baru Frans.

“Kamu happy, sayang?” Frans menyapa Jessica yang sedari tadi mengikuti prosesi pernikahan dengan khidmat. Tangisnya tadi nyaris pecah, tapi karena Simon terus cerewet mengajaknya bicara Jessica urung menumpahkan air mata bahagianya.

“Tentu saja Daddy, hari ini sejarah hidupku tercatat, aku punya keluarga yang lengkap.”

***

Sudah satu minggu Merry terbaring sakit. Karena kondisinya tak kunjung membaik, Frans membawanya ke rumah sakit. Selama Merry dirawat di rumah sakit, Jessica tinggal di rumah Lyla dan Lucky, orang tua Simon. Lucky adalah adik Frans. Mulanya Jessica tidak mau, tapi karena Merry mengingatkan anak itu untuk sekolah, jadi mau tidak mau Jessica menuruti ucapan Merry dengan wajah cemberut.

“Mommy akan pulang jika nanti sudah diperbolehkan oleh dokter, tapi untuk sekarang kamu tinggal dengan Mommy Lyla dan Daddy Lucky dulu. Tidak baik jika kamu bolos sekolah terlalu sering,” ucap Merry menasihati.

“Tapi, Mom, aku ingin di sini agar bisa menemani Mommy,” tawar Jessica.

“Mommy hanya di sini untuk dua hari saja, Honey.”

“Tapi, Mom ….”

Merry tersenyum sambil mengelus kepala Jessica. Dan kemudian gadis kecil itu menganggukkan kepalanya.

“Oke.”

Jadilah akhirnya Jessica tinggal di rumah Lyla dan Lucky. Meski agak sulit beradaptasi, tapi akhirnya dia mulai terbiasa karena Merry sering melakukan panggilan video dengan Jessica.

Lyla mengatkan kepada kak iparnya itu untuk tidak terlalu sibuk, apalagi Jessica saat ini sedang tumbuh remaja yang butuh perhatian ekstra. Dulu Merry tidak bekerja, baru setelah menikah, wanita itu memutuskan kembali bekerja di kantor.

“Kamu tahu, kadang saat bekerja memang ada sesuatu yang menyita waktu kita,” kata Merry.

“Tapi kamu mungkin bisa memikirkan untuk kembali fokus mengurus Jessica lagi. Dengan begitu pasti Jessica akan merasa senang.

“Ya, aku mengerti. Tapi aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan yang sudah aku mulai.”

“Kalau begitu, apa ke depannya kamu akan cukup sibuk sehingga akan sering menitipkan Jessica kepadaku dan Lucky?”

“Aku masih belum tahu tentang ini. Tapi bisa saja iya. Meski aku akan usahakan memberikan banyak waktuku untuk Jessica.”

Lyla tidak lagi memaksa. Merry sudah membuat keputusan, jadi dia berusaha mendukung apa pun keputusan wanita itu. Lagi pula Merry sangat menyayangi Jessica, jadi pasti jika mengambil keputusan pastilah wanita itu akan mempertimbangkan baik dan buruk untuk Jessica.

Sementara itu, di sekolahnya Jessica yang sedang termenung memikirkan mommy nya yang masih dirawat di rumah sakit pun langsung dihampiri oleh temannya.

“Jessica, kenapa kamu sedih seperti itu?” tanya Glen, teman sekelas Merry.

“Aku sedih karena mommy ku sedang sakit sehingga aku tidak bisa bertemu dengan dia,” jawab Jessica dengan tampang cemberut.

“Mommy mu sakit? Sakit apa?”

“Aku tidak tahu. Aku hanya tahu kepala Mommy sering pusing. Tapi sekarang sudah tidak lagi sih.”

“Kamu sudah menjenguk mommy mu?”

“Belum. Tapi mommy sering video call.”

Glen mengangguk. Lalu dia menyerahkan sebungkus coklat yang dibawanya kepada Jessica.

“Ini, katanya coklat bisa membuat mood mu bagus.”

Jessica menatap coklat di tangan Glen. Dia memang suka dan biasanya coklat bisa membuat mood nya jadi bagus. Kadang jika sedang sedih, mommy nya juga sering mengajak Jessica untuk membeli coklat atau es krim, meski mommy nya hanya membolehnya makan sedikit saja, tidak banyak-banyak.

“Kamu membawa berapa?” tanya Jessica sambil menatap wajah Glen.

“Aku bawa satu.”

Jessica pun menggelengkan kepalanya.

“Kalau begitu aku tidak mau.”

“Kenapa?” tanya Glen yang menggelengkan kepalanya, menatap bingung pada Jessica.

“Nanti kamu tidak bisa makan kalau kamu memberinya untukku.”

“Kamu tenang saja. Aku bisa membelinya nanti jika sudah pulang sekolah.”

“Tidak usah.”

“Sudah, tidak apa-apa. Ini.”

Glen pun menarik satu tangan Jessica dan meletakkan coklat yang dibawanya ke telapak tangan Jessica.

“Terima kasih,” ucap Jessica sambil tersenyum menerima coklat itu.

“Sama-sama,” jawab Glen yang membalas senyum Jessica.

Jessica pun membuka coklat itu dan membaginya jadi dua.

“Ini, satu untukmu, satu untukku. Biar kita bisa makan sama-sama.”

Glen menatap takjub kepada Jessica. Sejak awal dia memang menyukai Jessica, yang merupakan gadis pemalu di kelasnya. Tapi baru kali ini Glen berani mendekati Jessica, dan ternyata Jessica orang yang baik dan perhatian.

Dan begitu pulang sekolah, saat menunggu Lyla datang menjemput, Simon langsung bertanya kepada Jessica tentang siapa anak laki-laki yang bersama Jessica sewaktu istirahat tadi.

“Yang mana?” tanya Jessica.

“Yang makan coklat bersamamu itu.”

“Oh, itu Glen, temanku.”

“Kamu tidak boleh dekat-dekat dengan dia lagi.” Simon menatap Jessica dengan tatapan penuh peringatan.

“Memangnya kenapa?” Jessica balik bertanya.

“Tidak apa-apa. Aku hanya tidak suka saja. Sepertinya dia bukan anak baik.”

Jessica menyipitkan matanya. “Dari mana kamu tahu Glen bukan anak baik?”

“Pokoknya aku tahu saja.”

“Kamu tahu, menuduh orang itu tidak baik.”

“Aku tidak menuduh.”

“Tapi tadi kamu bilang—”

“Hy, anak-anak. Kalian sedang meributkan apa?” tanya Lyla yang baru datang.

Sejak berjalan menghampiri Jessica dan Simon, Lyla memang melihat kedua anaknya itu tampak bicara serius sekali. Dan ternyata begitu dia melangkah semakin dekat, dia mendengar kedua anaknya itu malah sedang berdebat cukup serius. Karena beberapa kali Lyla mendengar kata ‘menuduh’ ke luar dari mulut Jessica dan Simon.

“Simon mengatakan kalau temanku tidak baik, Mom,” adu Jessica.

“Memang temannya itu tidak baik!” bela Simon.

“Tidak, Glen itu baik!”

“Tidak baik kenapa?” tanya Lyla yang makin bingung karena anak-anaknya malah semakin sengitu saja.

“Glen tadi memberiku coklat karena melihat aku sedih sebab Mommy Merry belum juga sembuh. Dia berusaha menghiburku,” jelas Jessica.

“Dia bukan menghiburmu, Jessica. Dia itu sedang mencoba untuk mendekatimu. Semua teman laki-laki di kelasku begitu,” tukas Simon.

“Tapi dia kan temanku, bukan temanmu. Jadi Glen tidak sama.”

Lyla mengernyitkan kening setelah tahu akar masalah ini. Dari pertengkaran kedua anak itu, Lyla bisa menyimpulkan kalau saat ini ada anak laki-laki bernama Glen yang sedang mencoba mendekati Jessica. Tapi Simon merasa tidak suka dan akhirnya melarang Jessica berteman dengan Glen.

“Simon jelek, tukang marah-marah!” pekik Jessica .

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!