Kekhawatiran Lyla

Frans mengurut tengkuk Merry yang masih bersusah payah menarik napasnya. Beberapa kali ia ke toilet untuk memuntahkan semua yang telah ia makan.

"Sebaiknya kamu istirahat saja, tidak usah memikirkan soal kerjaan dulu," kata Frans sambil memegang tangan Merry.

"Tidak. Aku baik-baik saja."

Kondisi Merry masih belum juga membaik saat pagi dia bangun tidur. Yang ada mualnya semakin bertambah parah dan itu membuat tubuhnya jadi lemas tak bertenaga, karena makanan apa pun yang masuk akan segera dikeluarkan lagi.

“Apa sebaiknya kita periksa ke dokter?” tanya Frans yang khawatir dengan istrinya itu.

Merry menggeleng. Dia tidak ingin pergi ke dokter.

“Aku hanya butuh istirahat saja. Karenanya karena kurang tidur, aku jadi masuk angin,” jawab Merry.

“Sebaiknya kamu berangkat, nanti kamu terlambat,” ucap Merry mengingatkan Frans.

Frans yang sebentar lagi akan berangkat bekerja ragu meninggalkan istrinya dalam keadaan seperti ini. Dia khawatir jika Merry kenapa-kenapa. Tapi Merry berusaha meyakinkan suaminya kalau dia akan baik-baik saja.

“Aku tidak apa-apa. Nanti setelah tidur juga pasti sudah enakan.”

Semalam Frans dan Merry sudah membicarakan soal kepergian Merry ke Bali, dan mereka sepakat jika kondisi Merry belum baikan juga hari ini, maka Merry harus istirahat dan Frans yang akan menggantikan pekerjaan istrinya untuk sementara, karena pria itu juga memiliki pekerjaan lain yang harus ditanganinya.

Dan melihat bagaimana keadaan Merry yang bukannya lebih baik tapi lebih buruk, maka Frans langsung mengultimatum istrinya untuk istirahat saja dan jangan memikirkan tentang pekerjaan dulu. Termasuk soal mengantar jemput Jessica.

“Kamu yakin baik-baik saja?” tanya Frans.

“Iya, aku bisa menjaga diriku. Jadi sebaiknya kamu berangkat, atau Jessica akan merengek minta bolos sekolah,” usir Merry yang kesal karena Frans tak kunjung pergi.

“Baiklah kalau begitu, aku berangkat dulu ya,” pamit Frans yang kemudian mengecup kening Merry.

Frans pun meninggalkan Merry yang berisitihat di kamar lalu menghampiri Jessica yang tengah duduk lesu di ruang tamu. Tadi Frans meminta Jessica untuk menunggunya di sana.

“Mommy bagaimana?” tanya Jessica dengan wajah murung.

“Mommy tidak apa-apa, hanya butuh istirahat saja, Princess. Katanya nanti akan segera sembuh,” jelas Frans.

Namun bukannya merasa baikan, wajah Jessica malah semakin tertekuk saja.

“Ada apa?” tanya Frans karena putrinya itu tak kunjung bangkit dari kursi yang didudukinya, malah Jessica semakin memerosotkan tubuhnya di sofa dan hampir seperti merebahkan diri dibanding mendudukkan diri.

“Apa Mommy sakit karena aku?” tanya Jessica.

Frans terperanjat mendengar pertanyaan gadis kecilnya itu.

“Kenapa kamu bilang seperti itu?” tanya Frans.

“Karena Mommy sakit setelah aku marah kepadanya. Jadi … mungkin Mommy sakit karena sedih sebab aku jadi anak yang nakal. Padahal Mommy sering bilang kalau tidak suka dengan anak nakal,” jawab Jessica dengan mata berkaca-kaca.

Frans menatap jam di pergelangan tangannya. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum jam masuk di sekolah Jessica. Selain itu mungkin tidak apa-apa jika dia datang sedikit terlambat ke kantornya.

Frans pun memutuskan untuk berbincang dulu dengan putrinya, dia tidak ingin jika Jessica murung sepanjang hari. Maka pria itu memutuskan untuk mendudukkan diri di samping Jessica dan mengangkat anaknya lalu mendudukkannya di pangkuan.

“Mommy bilang dia bukan sakit karenamu, Princess. Mommy hanya lelah bekerja, jadinya sakit,” ucap Frans.

Jessica langsung menatap ke belakang, pada wajah daddy nya.

“Kalau begitu bisakah Daddy menyuruh Mommy untuk berhenti bekerja saja? Kasihan Mommy kalau kelelahan lagi dan jatuh sakit lagi,” pinta Jessica dengan wajah memelas.

Frans jadi bingung harus menjawab apa. Merry memang sudah mengatakan kalau dia akan mempertimbangkan ini, tapi karena semalam kondisinya sedang tidak bagus, jadi Frans dan Merry belum mendiskusikan tentang ini lebih lanjut sehingga Frans belum bisa memberi tahu kepada Jessica tentang jawaban yang tepat.

“Mommy sudah bilang semalam kalau dia akan berhenti bekerja, tapi tidak bisa sekarang. Saat kamu sudah memegang sebuah tanggung jawab, maka kamu harus menyelesaikannya. Tidak bisa langsung meninggalkannya kapan pun kamu kamu.”

Meski agak rumit memberikan penjelasan seperti ini kepada Jessica, tapi Frans harap gadis kecilnya itu bisa memahami penjelasannya.

“Jadi?” tanya Jessica yang kelihatan agak bingung dengan penjelasan Frans.

“Kamu harus bersabar ya sampai Mommy menyelesaikan semua tanggung jawabnya di tempat kerja. Dan setelah itu, Mommy akan bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk bersamamu.”

Jessica kembali menatap lurus ke depan lalu menghembuskan napas panjang. Kemudian gadis itu menunduk.

“Tapi Mommy sungguh bukan sakit karena aku?” tanya Jessica yang kembali lagi pada pertanyaan sebelumnya.

“Tidak, Princess. Daddy bisa menjamin itu,” jawab Frans yang berusaha meyakinkan putrinya,

Jessica pun akhirnya bangkit, menandakan kalau dia sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Tapi sebelum itu dia minta izin untuk menemui Merry sekali lagi. Dia ingin berpamitan dengan mommy nya.

Di kamar Merry, Jessica memeluk mommy nya yang sedang duduk bersandar di headboard. Merry tampak begitu lemas dan pucat dengan bibir yang kering dan pecah-pecah.

“Mommy, aku berangkat ke sekolah dulu. Mommy istirahat ya agar cepat sembuh. Aku sayang Mommy,” ucap Jessica saat memeluk Merry penuh kasih sayang.

Merry membalas pelukan Jessica.

“Mommy juga sangat menyayangimu, Honey.”

Setelah itu Jessica pun berangkat ke sekolah diantar oleh Frans.

Saat mereka sampai di sekolah, kebetulan Lyla dan Sandy juga baru tiba di sekolah.

Lyla yang baru melihat Jessica diantar oleh Frans pun bertanya kepada Frans kenapa dia yang mengantar Jessica dan bukannya Merry.

“Tumben sekali kau yang mengantar Jessica. Apa Merry sedang sibuk?” tanya Lyla yang menatap Frans dan Jessica bergantian.

Frans hendak menjawab, tapi sudah keburu didahului oleh Jessica.

“Mommy sedang sakit sehingga tidak bisa mengantarku ke sekolah. Makanya aku diantar oleh Daddy,” ucap Jessica.

“Mommy Merry sakit apa?” tanya Lyla lagi, kali ini kepada Jessica.

“Mommy sejak semalam muntah dan badannya lemas. Kata Daddy itu karena Mommy kelelahan bekerja. Tapi aku sudah bilang kepada Daddy untuk meminta Mommy berhenti bekerja.”

Lyla pun beralih menatap Frans.

“Merry akan berhenti bekerja?”

Frans mengangguk. “Ceritanya panjang. Aku akan ceritakan itu lain kali. Atau kau bisa bertanya langsung kepada Merry.”

Kemudian Jessica dan Sandy pun pamit kepada Lyla dan Frans untuk masuk ke kelas masing-masing. Dan saat Frans hendak masuk ke mobilnya, Lyla menghentikan pria itu.

“Apa ini karena Jessica?” tanya Lyla.

Tentu saja dia membahas alasan Merry ingin berhenti bekerja. Padahal setahunya Merry baru beberapa bulan mulai bekerja, dan dia yakin itu bukan karena sakit Merry atau karena Merry merasa lelah dan tidak cocok bekerja sehingga ingin berhenti.

Frans mengangguk lesu lalu menghela napas panjang-panjang.

“Semalam Jessica menangis, dia bilang dia merasa kesepian semenjak Merry bekerja.”

“Apa karena itu Merry sakit?”

“Aku belum tahu, tapi bisa jadi.”

Lyla pun menghembuskan napas berat. Entah kenapa ia merasa Jessica begitu memengaruhi keputusan Merry, padahal sebelumnya kakaknya itu sangat menikmati pekerjaannya. Lyla tidak suka jika Merry terlalu menuruti keinginan Jessica seolah ia penguasa di rumah kakak iparnya itu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!