Meminta Perhatian.

Simon dan Jessica sudah berbaikan lagi, hingga sekarang Merry dan Frans tidak perlu tawar menawar lagi dengan Jessica untuk meminta gadis kecil itu menginap di rumah Lyla dan Lucky jika mereka ada jadwal perjalanan bisnis, karena Jessica tidak menolak tanpa drama lagi. Gadis kecil itu sudah mengerti dengan kesibukan orang tua angkatnya itu.

“Mommy dan Daddy akan pergi ke luar kota besok sore. Kamu tidak apa-apa untuk tinggal dengan Mommy Lyla dan Daddy Lucky dulu?” tanya Merry dengan lembut.

Jessica mengangguk. Gadis kecil itu merasa sudah punya tempat di rumah Simon. Ia bisa bermain bersama Simon sepanjang hari.

“Berapa hari?”

“Satu minggu.”

“Hah, satu minggu?” tanya Jessica kaget.

Merry yang saat itu sedang mengemudikan mobilnya setelah menjemput Jessica di sekolah langsung menatap putrinya sejenak.

“Iya, satu minggu,” ulang Merry.

“Kok lama sekali sih, Mom?”

“Ada proyek di Bali yang harus dipantau, Honey.”

Jessica pun menganggukkan kepala tanda dia mengerti.

“Mom ...,” panggil Jessica yang tampak duduk begitu lemas di jok samping Merry.

“Kenapa, Honey?” tanya Merry.

“Mommy sampai kapan kerjanya? Apa tidak bisa berhenti saja?”

“Kenapa memangnya, Honey?”

Jessica menatap tas ranselnya yang bergambar Little Pony nya berwarna putih dan berambut ungu. Dia kelihatan begitu galau sehingga Merry kembali mengulangi pertanyaannya.

“Apa ada, Jessica?” tanya Merry lagi.

“Aku kesepian, Mom. Selama Mommy kerja, Mommy jadi kurang waktu untukku. Mommy sering pergi dan telat menjemputku. Bahkan Mommy juga kadang tidak sempat menjemputku dan meminta aku untuk pulang dengan Mommy Lyla,” tutur Jessica akhirnya.

Merry menghembuskan napasnya lalu mengusap lembut rambut panjang Jessica.

“Maaf ya, Honey. Mommy belum bisa berhenti, karena memang ada beberapa hal yang perlu mommy urus.”

“Tapi Mommy semakin hari semakin sibuk. Aku jadi tidak ada teman main.”

“Kan ada Sandy juga Mommy Lyla yang bisa bermain denganmu,” ucap Merry mengingatkan.

“Memang ada, tapi tetap saja beda kalau tidak ada Mommy.”

Merry jadi merasa bersalah dengan Jessica. Dia tidak tega meninggalkan Jessica yang tampak begitu murung. Apa lagi setelah mendengarkan apa yang Jessica katakan kepadanya.

"Baik, Mommy akan coba usahakan untuk tidak terlalu sibuk. Bagaimana?" tanya Merry sambil melirik sekilas kepada Jessica.

"Mommy pasti bohong. Waktu itu Mommy pernah bilang begitu. Tapi yang ada Mommy malah tambah sibuk."

"Mommy bukan ingin sengaja sibuk, Honey. Mommy kan sudah menjelaskan tentang ini."

Jessica tak lagi menjawab ucapan Lyla. Gadis itu hanya menghembuskan napas berat dan terus menundukkan kepala. Jessica bahkan langsung ke luar begitu saja dari mobil ketika Merry selesai memarkirkan mobilnya. Dan tanpa membuka sepatu atau mencuci tangan, Jessica sudah langsung melangkah masuk ke kamarnya.

Merry menghela napas panjang-panjang. Dia tahu saat ini Jessica pasti kecewa kepadanya. Tapi Merry memang sudah setuju untuk menangani proyek di Bali dan tidak mungkin membatalkannya begitu saja dan mengalihkannya kepada yang lain.

Jessica tidak ke luar kamar sama sekali sampai tiba waktu makan malam. Frans yang kebingungan karena tidak mendapati putrinya berada di meja makan langsung bertanya kenapa Merry.

"Kenapa Jessica belum turun juga? Apa dia sakit?" tanya Frans.

"Tidak. Tapi dia bilang dia tidak mau makan, sudah kenyang," jawab Merry sambil menundukkan kepalanya.

"Kenyang? Apa tadi dia sudah makan makanan berat sebelum makan malam?"

"Belum."

"Lalu?"

Merry menggeleng lemas sebelum mengatakan. "Dia sepertinya tidak suka aku bekerja dan terlalu sibuk sampai-sampai kurang waktu untuk menemaninya. Dia bahkan sempat menanyakan kapan aku akam berhenti kerja."

Frans membolakan mata. Selama ini dia kira Jessica sudah cukup dekat dan nyaman dengan keluarga Lyla dan Lucky. Tapi ternyata Jessica masih merasa sulit berpisah dengan Merry. Padahal mereka masih tinggal satu atap, tapi Jessica sudah merasa kesepian karena Merry lumayan sibuk bekerja belakangan ini.

"Jadi, saat ini dia sedang demo dan tidak mau makan karena hal ini?" tanya Frans penasaran.

Merry menggendikkan bahunya. "Bisa jadi."

Frans menghela napas. "Apa karena ini kamu kelihatan kurang sehat? Saat ini bahkan wajahmu kelihatan pucat. Atau sebaiknya kamu batalkan jadwal kepergianmu besok, biar aku saja yang menghendlenya."

"Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Merry.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menemui Jessica dulu."

Akhirnya Frans pun bangkit dari kursinya dan melangkah ke kamar Jessica. Dia mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban dari Jessica sehingga Frans memutuskan untuk langsung masuk saja.

"Jessica, Daddy masuk ya, Honey," kata Frans sebelum masuk.

Begitu Frans membuka pintu, tampak olehnya Jessica yang berbaring di kasur dengan wajah yang dibenamkan ke bantal. Dari bahunya yang bergetar, Frans bisa menebak kalau Jessica saat ini tengah menangis.

"Ada apa, Honey? Kenapa kamu menangis? Apa yang membuatmu sedih?" tanya Frans.

Jessica menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa mengubah posisinya.

Frans berusaha sekali lagi untuk menanyakan putri kecilnya itu sampai akhirnya Jassy mau balik badan lalu duduk di hadapan Frans. Dia lalu menangis sambil memeluk Frans.

"Aku rindu Mommy," ungkap Jessica di sela tangisnya.

"Tapi Mommy kan saat ini Mommy ada di rumah," kata Frans.

"Bukan itu." Jessica menarik diri dan menatap daddy nya.

"Lalu bagaimana?"

"Aku rindu Mommy yang dulu. Yang tidak sibuk dan selalu ada waktu untukku. Sekarang Mommy sudah tidak begitu lagi," jelas Jessica.

Frans mengusap pipi Jessica yang basah dengan kedua jempolnya dan merangkum wajah gadis kecilnya itu dengan kedua telapak tangan.

"Kalau begitu, sebaiknya kamu menyampaikan ini kepada Mommy, Princess. Kalau kamu begini, nanti yang ada Mommy tidak mengerti dan malah sedih," ucap Frans.

Jessica menatap Frans dengan mata berkaca-kaca. Lalu dia menoleh ke arah pintu, di mana Merry berdiri sambil menatapnya dengan sedih. Rupanya Merry sudah berada di sana sejak tadi dan mendengarkan segala ucapan Jessica.

Merry langsung melangkah masuk dan memeluk putrinya itu. Dia meminta maaf karena telah membuat Jessica jadi merasa sedih.

"Maafkan Mommy, Honey," kata Merry sambil mengecup pucuk kelala Jessica berkali-kali.

Jessica mengangguk. "Aku juga minta maaf, Mom."

Setelah selesai membicarakan tentang hal ini, di mana Merry mengatakan akan meluangkan lebih banyak waktu lagi untuk Jessica dan mungkin mempertimbangkan akan berhenti bekerja dalam waktu dekat, mereka pun bersiap makan malam. Frans sendiri setuju-setuju saja jika memang Merry kembali untuk fokus menjadi seorang ibu rumah tangga. Atau Merry bisa mengerjakan pekerjaannya di rumah sehingga bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan Jessica nantinya.

Namun, saat mereka sedang makan, tiba-tiba Merry merasa perutnya bergejolak. Rasa mual membuatnya segera berlari meninggalkan meja dan menuju wastafel. Wanita itu berusaha memuntahkan sesuatu yang berusaha mendesak ke luar.

Frans dan Jessica yang melihat itu pun juga langsung menyusul Merry karena khawatir.

“Daddy, kenapa dengan Mommy?”

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!