Lyla tersenyum dalam hati. Sejak kecil Simon memang cukup posesif dengan saudara sepupunya ini. Tapi dia tidak menduga kalau hal seperti ini akan sampai terjadi. Di mana Simon tidak suka jika Jessica dekat-dekat dengan teman laki-lakinya.
“Simon, Mommy rasa itu tidak apa-apa. Lagi pula Jessica dan Glen hanya berteman,” ucap Lyla memberi pengertian.
“Iya, Mom. Aku dan Glen hanya berteman saja,” tambah Jessica membenarkan ucapan Lyla.
“Aku tidak mengatakan apa-apa soal hubungan Jessica dan Glen. Aku hanya mengingatkan Jessica untuk tidak dekat-dekat dengan anak itu saja,” ucap Simon membela diri.
“Tapi tadi kamu menuduh kalau Glen bukan anak baik-baik.”
“Ya, memang apa salahnya jika berjaga-jaga?”
“Itu bukan berjaga-jaga, Simon ….”
“Hy, come on, Guys. Kita hentikan perdekatan ini dan kembali ke rumah. Grandma bilang dia ingin mengajak kita jalan-jalan,” kata Lyla yang berusaha melerai pertengkaran mereka yang sepertinya tidak akan berakhir dengan cepat.
Simon masih memandang tajam ke arah Jessica.
Merry yang sudah ke luar dari rumah sakit dan menjemput Jessica di rumah Lucky dan Lyla jadi bingung karena melihat putrinya tampak bete. Tidak biasanya Jessica seperti itu.
“Kenapa dengan Jessica?” tanya Merry berbisik kepada Lyla.
“Dia sedang bertengkar dengan Simon,” jawab Lyla yang juga berbisik.
Merry membelalakkan mata, terkejut dengan fakta itu.
“Bertengkar? Kenapa?”
“Karena Simon melarang Jessica dekat dengan temannya.”
“Memang temannya kenapa?”
“Teman laki-laki Jessica yang bernama Glen memberikan Jessica coklat saat Jessica sedang sedih, dan Simon merasa tidak suka. Dia bilang Jessica untuk tidak dekat-dekat dengan temannya itu karena berpikir temannya itu tidak baik. Tapi Jessica tidak mau mendengarkan Simon, karena berpikir Simon terlalu berlebihan.”
“Lalu?”
“Lalu Simon marah kepada Jessica karena Jessica masih dekat dengan teman laki-lakinya itu.”
“Astaga ….”
Merry sampai sulit berkata-kata saking terkejutnya dengan berita ini. Sejak beberapa bulan terakhir Jessica dan Simon memang begitu dekat dan dari cerita-cerita Jessica, Simon selalu menjaga Jessica dengan baik. Namun Merry tidak menyangka kalau Simon memiliki sisi posesif seperti ini.
“Kamu tidak perlu terkejut. Simon memang sudah seperti itu sejak mereka balita. Simon paling tidak suka jika Jessica dekat dengan yang lain. Baik itu laki-laki atau perempuan,” ucap Lyla.
“Benarkah?”
Lyla mengangguk. “Mungkin karena Simon agak tertutup. Dia tidak begitu suka bergaul, jadi dia merasa kalau Jessica memiliki teman, nanti Jessica tidak akan punya waktu lagi untuk bermain dengannya.”
“Oh …. Ternyata begitu.”
Merry mengangguk-anggukkan kepala. Dia bisa memahami bagaimana perasaan Simon ini.
Lalu Merry menghampiri putrinya yang sedang duduk sambil bermain dengan mainan masak-masakannya, matanya sesekali melirik ke arah kamar Simon yang pintunya tidak tertutup rapat. Dan saat Merry perhatikan, tidak hanya Jessica yang mencuri pandang ke arah Simon. Begitu juga sebaliknya. Simon akan melirik Jessica saat Jessica melanjutkan mainan.
‘Ah, sepertinya mereka ini hanya gengsi untuk kembali main bersama,’ batin Merry yang geleng-geleng kepala melihat tingkat kedua bocah itu.
“Kamu kenapa?” tanya Merry kepada Jessica.
“Aku bosan di sini, Mom. Aku ingin pulang saja. Di sini aku tidak punya teman main, selain dengan Mommy Lyla dan Daddy Lucky, kadang dengan Uncle Alex dan Grandma,” ucap Jessica yang sengaja sekali mengeraskan suaranya agar Simon mendengarnya.
Dan benar saja, Simon yang sepertinya mendengar apa yang diucapkan Jessica langsung menoleh dan menatap saudara sepupunya itu. Namun begitu Simon tetap tidak meninggalkan kamarnya dan masih melanjutkan aktivitas membaca bukunya.
“Apa kamu ingin pulang sekarang?” tanya Merry.
Jessica pun langsung menganggukkan kepala dengan cepat.
Akhirnya, Jessica pun pulang bersama dengan Merry ke rumah Merry dan Frans. Sebelum pergi keduanya berpamitan kepada Lyla. Tapi tidak dengan Simon. Anak laki-laki itu sepertinya memang tidak ingin ke luar dari kamar untuk sekedar mengantar Jessica pergi.
“Aku yakin cepat atau lambat mereka akan baikan. Ini sudah bisa untuk anak-anak,” kata Merry yang tersenyum meyakinkan Lyla.
“Iya. Pasti nanti Simon akan mendekati Jessica lagi, atau sebaliknya. Mereka sudah bisa bersama, jadi kalau saling diam-diaman terlalu lama pasti akan capek juga,” jawab Lyla.
Setelah berpamitan dengan Lyla, Merry pun membawa Jessica pulang. Tapi selama di perjalanan Jessica terus menekuk wajahnya. Dia kelihatan lebih kesal dan bad mood dari sebelumnya. Dan saat sampai di rumah, langsung saja Jessica menumpahkan keluhannya tentang sikap Simon yang dia anggap terlalu kanak-kanak.
“Kalian kan masih anak-anak,” ucap Merry menanggapi cerita Jessica.
“Iya sih, Mom. Tapi Simon itu biasanya tidak begitu!” seru Jessica.
“Kamu tidak boleh memaksa Simon untuk selalu seperti yang kamu mau.”
“Tapi Simon duluan yang memaksaku untuk tidak dekat-dekat dengan teman-temanku. Dia bahkan tidak mau bicara denganku hanya karena aku masih main dengan Glen dan yang lainnya.”
Merry mengusap kepala Jessica dengan penuh kelembutan.
“Tapi apa kamu sudah berusaha untuk bicara dengan Simon? Siapa tahu Simon ingin kamu mengajaknya bicara lebih dulu.”
Jessica tak langsung menjawab. Dia menggelengkan kepalanya.
“Belum Mom.”
“Nah, mungkin karena itu Simon tidak suka kamu dekat-dekat dengan temanmu.”
“Kenapa? Karena mereka tidak baik, seperti yang dikatakan Simon?”
Merry menggeleng. “Bukan. Tapi karena kamu menyapa Simon lagi. Padahal biasanya kamu suka mengganggu Simon jika sedang sibuk. Tapi sekarang kamu tidak mau bicara dengannya hanya karena Simon tidak menyapamu lebih dulu,” jelas Merry.
Jessica diam sebentar. Jika diingat-ingat lagi, memang selama ini selalu Jessica yang menyapa Simon duluan. Simon lebih banyak diam, paling baru dua bulan belakangan ini Simon sering menegurnya duluan, itu pun karena berusaha membujuk Jessica untuk mau menginap di rumahnya. Selebihnya selalu Jessica yang berusaha mendekati kakak sepupunya itu.
Maka, besoknya ketika bertemu dengan Simon di sekolah, Jessica langsung menghampiri Simon.
“Simon …,” panggil Jessica ragu, karena takut jika Simon tidak akan menanggapi panggilannya.
Namun dugaan Jessica salah. Simon langsung menoleh.
“Ada apa?” tanya Simon dengan santai.
“Kenapa kamu tidak pernah bicara denganku lagi?” tanya Jessica langsung ke intinya.
“Karena kamu tidak mau bicara denganku. Kamu marah karena aku melarangmu untuk dekat dengan temanmu itu, jadi aku tidak berani untuk bicara denganmu. Aku takut jika kamu akan marah-marah nanti,” jelas Simon.
Jessica bernapas lega. Ternya apa yang mommy nya katakan memang benar. Jessica harus memulai obrolan lebih dulu karena memang Simon bukan tipe yang terbuka. Simon biasanya hanya mau bicara jika diajak bicara duluan.
“Aku pikir kamu yang marah karena tidak mau bicara denganku,” ucap Jessica dengan bibir dimanyunkan.
“Tidak. Kenapa aku harus marah?” tanya Simon balik. Dia tidak marah, dia hanya tidak suka Jessica berdekatan dengan kawan lainnya apalagi kawan laki-laki.
“Ya, karena aku dekat dengan Glen dan yang lainnya.”
“Itu hakmu. Tapi, aku peringatkan untuk hati-hati. Pokoknya jangan terlalu dekat.”
Jessica pun mengangguk. Merry sudah menyampaikan kepadanya kalau mungkin sikap Simon yang mendiamkannya itu adalah karena Simon khawatir Jessica melupakan Simon dan tidak mau bermain dengan Simon lagi karena sudah memiliki banyak teman baru dan sibuk dengan mereka.
“Oke, aku tidak akan terlalu dekat dengan mereka. Tapi, kamu bisa bicara denganku, jangan harus aku yang selalu menyapamu lebih dulu,” ucap Jessica.
“Baiklah.”
Simon senang karena Jessica kini sudah berbaikan lagi dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments