Air Mata Mella
Mella berlari sekuat tenaga dan segera menembus kerumunan massa, ia ingin melihat untuk terakhir kalinya wajah sang ayah yang hari ini akan dijatuhi hukuman mati.
Dengan susah payah Mella menembus kerumunan orang-orang yang ingin melihat bagaimana eksekusi seorang ******* yang meresahkan selama ini.
Dengan berlinang air mata, Mella menatap wajah sang ayah yang saat ini terlihat begitu pasrah dengan kedua tangan di ikat sambil menunggu ajal menjemput.
Terlihat pula sang kakak yang menangis pilu bersama sang ibu disalah satu kerumunan banyak orang.
Ada beberapa orang yang tiba-tiba melempari batu kearah sang ayah. Mereka meluapkan kekecewaan dan kekesalan terhadap ayahnya.
Namun ayah tidak bisa berbuat apa-apa, ada darah yang mengalir dari wajahnya. Sangat sakit dan perih pastinya. Namun jauh lebih sakit yang Mella rasakan.
Ia tau dengan sangat jelas, bagaimana ayahnya dipaksa untuk mengakui dan melakukan bom bunuh diri disebuah Gereja dengan ancaman mereka akan memperkosa anak gadisnya.
Dengan mata kepala sendiri, Mella melihat betapa kejamnya orang-orang tersebut memperlakukan sang kakak dan juga sang ibu. Sementara sang ayah diikat serta disumpah mulutnya.
Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka, bagaimana bisa seseorang yang berpangkat dan memiliki harta yang berlimpah mampu melakukan hal keji seperti itu terhadap keluarganya.
Mella melihat alat-alat yang digunakan untuk merakit sebuah bom, setelah itu bom itu diikatkan pada tubuh sang ayah.
Apa yang bisa sang ayah lakukan saat itu. Kakaknya telah diperkosa di depan mata kepala sendiri, sementara sang istri dilecehkan dihadapannya.
Apa yang bisa ayah lakukan saat itu untuk menolong anak dan istrinya ?. Sementara ia sendiri tidak mampu untuk bergerak.
Dengan terpaksa ayah berjalan menuju kesebuah Gereja yang saat itu penuh dengan para jemaat yang ingin merayakan malam natal.
"Ayah jangan lakukan hal itu ! meskipun ayah melakukannya ayah tidak bisa mengembalikan semuanya!." teriak sang kakak dengan putus asa.
Ayah menoleh dengan berurai air mata. Namun beliau tetap melanjutkan langkahnya. Kemudian ia berhenti menatap ke sebuah tempat dimana Mella bersembunyi.
" Istriku tolong jaga putri kita !. Maafkan ayah yang lemah ini, percayalah keridhoan ayah akan melindungi kalian semua. " ucap sang ayah kemudian ia melanjutkan langkahnya dengan tangan yang masih terikat.
"Tidak jika ayah harus meninggalkan dunia ini maka kita akan pergi bersama-sama!." teriak sang ibu kemudian beliau bangkit hendak menyusul suaminya.
Namun dengan kejam, seorang pria menghampiri ibu dan menariknya secara paksa agar tetap berada di dalam rumah.
Sementara sang kakak masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan karena peristiwa yang baru saja ia alami.
"Ibu tolong aku, tolong bantu aku untuk bangkit aku malu dengan kondisi seperti ini." ucap sang kakak dengan berlinang air mata.
Terlihat jelas Dimata Mella bagaimana tangan sang ibu gemetar saat membantu menutupi aurat sang kakak.
Dengan berlinang air mata, kedua wanita itu saling berpelukan dan saling menguatkan. Mella ingin sekali memeluk mereka, namun saat ini ia tidak mempunyai sebuah keberanian.
Kedua kakinya terasa berat untuk melangkah keluar dari tempat persembunyiannya. Ia hanya mampu menangis pilu dalam persembunyian.
"Dor Dor Dor !." suara tembakan menghancurkan lamunannya.
Alangkah terkejutnya Mella saat melihat sang ibu dan kakak telah menemui ajalnya. Tanpa ada yang mengetahui sang ibu dan kakak berlari melindungi sang ayah saat peluru- peluru itu menuju kearah sang ayah.
Lagi-lagi Mella harus menelan kenyataan pahit, sang ibu dan kakaknya menghembuskan nafasnya dengan cara yang tidak seharusnya, di hadapan Mella.
Betapa sakitnya yang dirasakan oleh Mella, terlebih oleh sang ayah. Anak dan istrinya meninggal dunia di hadapannya demi untuk melindunginya. Sedangkan beliau tau bahwa hal itu tidak mungkin bisa menyelamatkan nyawanya.
Cepat atau lambat hukuman mati tetap beliau terima. Karena ayah telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus bom bunuh diri disebuah Gereja.
Apakah mata mereka buta ? jika memang ayah seorang ******* dan ingin membunuh banyak orang mengapa ayah menyerahkan diri sebelum bom itu meledak.
Apakah mereka semua buta ? sehingga tidak bisa melihat kebenaran di mata ayah. Dan kebenaran yang keluarganya alami ?.
Mella menangis pilu melihat ibu dan kakaknya tidak bernyawa lagi. Dengan sekuat tenaga Mella mencoba untuk tetap berdiri, ia ingin melihat wajah sang ayah untuk terakhir kalinya.
Dor Dor Dor !!
Berakhir sudah kehidupan seluruh keluarganya. Seorang ayah yang bahkan rela mengorbankan nyawanya demi keluarganya, kini harus menutup mata untuk selamanya.
Seseorang yang bahkan dengan rela mengorbankan anak gadisnya dan juga sang istri demi menyelamatkan orang banyak bahkan orang yang sama sekali tidak ia kenal kini telah menghadap sang pencipta.
Seseorang yang dengan teguh menggenggam keimanannya meskipun harus merelakan penderitaan keluarnya, kini harus pergi meninggalkan sang putri untuk menjalani takdirnya seorang diri.
Tubuh Mella perlahan jatuh ke tanah, ia seolah kehilangan seluruh tenaganya hingga tak mampu untuk sekedar berdiri.
Terlintas bayangan-bayangan, bagaimana sang ayah disiksa agar mau mengikuti kemauan mereka. Namun dengan tegas ayah menolaknya.
Hingga akhirnya sang kakak diperkosa dihadapan sang ayah agar ayah mau melakukan bom bunuh diri. Terdengar jeritan tangis yang menyayat hati dari sang kakak karena tak mampu melawan mereka.
Terlihat tetesan air mata sang ibu, dan jerit tangisnya meminta pertolongan agar ada yang bisa menolong sang putri, terlihat betapa hancur dan sakitnya sang ayah karena tidak bisa melindungi keluarganya.
Namun masih terdengar pesan sang ayah, agar anaknya tetap kuat dan tetap menjaga Agamanya apapun yang terjadi.
Tetap bertahan menjalani kehidupan ini, meskipun tanpa seorang ayah. Harus tetap berjalan meskipun begitu banyak onak dan duri disepanjang perjalanan nanti.
"Ayah, aku bukan hanya kehilangan ayah, tapi aku kini telah kehilangan seluruh keluarga ku. Ayah mengapa kau tidak membawaku ikut serta dengan kalian ?." ucap Mella dengan lirih sebelum kedua matanya tertutup.
Ia sudah tak mampu lagi melihat bagaimana ketiga jenazah keluarganya diperlakukan oleh mereka. Ia sudah tidak sanggup lagi untuk melihat bagaimana orang-orang yang tersenyum bahagia di atas penderitaan yang dialaminya.
Mella hanya seorang remaja, yang harus menelan pahitnya kehidupan, seorang gadis kecil yang harus bisa menjalani kehidupan sesuai takdir yang telah tertulis untuknya.
Kini kedua matanya tertutup, melupakan sejenak semua peristiwa pahit yang menimpanya. Melupakan sejenak semua peristiwa yang menimpa keluarganya.
Melupakan sejenak bagaimana orang-orang memperlakukan ayah, ibu dan kakaknya dengan begitu keji.
Mella menutup matanya, tak perduli lagi dengan orang-orang disekitarnya yang juga tak memperdulikan tubuhnya yang terjatuh di atas tanah dengan lemah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yiping
itu sih kurang ajar
2023-04-11
0
Zaqian Laili
Biadab namanya
2023-04-07
0
Zaqian Laili
Terkadang masyarakat hanya melihat dari satu pihak, tanpa tau kebenarannya, mereka ikut menghakimi
2023-04-07
0