Bab. 3. Lampu Ajaib

Mella termenung mendengar semua perkataan dari wanita yang telah menolongnya itu. Ia terdiam dan membenarkan apa yang dikatakannya.

"Ibu, terimakasih kerena telah mengingatkan Mella, Mella berjanji akan berusaha untuk bangkit." jawab Mella.

"Itu lebih baik, dan akan lebih baik lagi jika kau membuktikannya." jawab wanita itu.

Mella tersenyum, ia saat sangat bersyukur karena masih ada orang yang perduli dengan dirinya. Namun ia bingung harus pulang kemana. Karena rumah sederhana milik orang tuanya telah disita dan sampai saat ini masih ada garis polisi.

Mungkin Mella harus menemui paman atau bibinya agar mau menampung Mella sementara. Ya mungkin itu adalah jalan terbaik untuk saat ini.

"Ibu, boleh aku tau nama ibu ? suatu saat jika Mella ingin bertemu Mella bisa bertanya kepada rekan kerja ibu." tanya Mella memecah kesunyian.

"Panggil saja Della, di kesatuan hampir semua orang mengenal ibu." jawab ibu Della dengan tersenyum.

"Baiklah, nanti jika kondisi Mella sudah lebih baik, Mella ingin pulang ke rumah paman atau bibi agar Mella bisa melanjutkan kehidupan Mella." ucap Mella.

"Baiklah jika itu keputusanmu, jika ada sesuatu kau bisa menghubungi ibu atau datanglah ke rumah ibu. Rumah kami terbuka lebar." jawab ibu Della dengan tulus.

Setelah berbincang dan memberikan wejangan untuk Mella akhirnya ibu Della pamit dan meninggalkan Mella seorang diri.

Mella merebahkan tubuhnya, ia ingin istirahat agar kondisinya lebih baik dan kembali sehat. Sebab ia masih butuh tenaga untuk berjuang melanjutkan perjalanan hidupnya.

Saat sore menjelang, Mella diijinkan untuk pulang, karena kondisinya sudah jauh lebih baik. Dengan penuh semangat Mella menuju rumah pamannya yang merupakan adik kandung dari sang ayah.

Setelah sampai Mella segera mengetuk pintu, namun sudah lama Mella menunggu tetap tidak ada jawaban dari dalam rumah.

Sepintas Mella melihat sepupunya berada di dalam rumah. Namun entah mengapa ia enggan untuk menjawab salam Mella apalagi untuk membukakan pintu.

Dengan perasaan sedih Mella melangkah meninggalkan rumah pamannya dan sesekali melihat kebelakang berharap pamannya keluar dan mengajaknya untuk tinggal di rumahnya.

Namun sejauh Mella melangkah tak seorangpun yang memperdulikan nasibnya. Mella berjalan menuju rumah bibinya yang merupakan adik dari sang ibu.

Namun lagi-lagi, Mella harus menelan kepahitan karena keluarga itu tidak mau menerima Mella dengan alasan mereka takut akan terkena imbas dari perbuatan ayahnya.

Mella hanya bisa menangis sambil berjalan meninggalkan rumah tersebut. Ia berjalan tak punya arah dan tujuan.

Mella melangkah menuju rumah dimana ia dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya. Rumah yang penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan.

Dan juga rumah yang menjadi saksi bisu peristiwa tragis yang dialami keluarganya. Mella berdiri di teras rumah tersebut.

Namun belum sempat Mella melangkah lebih jauh, beberapa orang tetangganya datang, mencaci maki bahkan ada yang dengan tega mengusir Mella dari rumahnya sendiri.

Tidak ada satupun dari mereka yang mempunyai rasa belas kasihan kepada Mella. Tidak ada yang perduli dengan nasibnya.

"Ya Allah kemana aku harus pergi ?" batin Mella.

Dengan beberapa memar ditubuhnya ia berjalan kaki menuju ke pemakan umum tempat dimana keluarganya saat ini.

Tidak ada pilihan lain bagi Mella, karena tidak ada satupun dari saudaranya yang perduli dan mau menampungnya.

Mella kembali duduk di dekat pusara sang ayah. Mella menangis sambil memeluk batu nisan sang ayah. Ia sangat putus asa sekali dengan keadaan yang ia alami.

Lama Mella menangis dan mencurahkan segala isi hatinya kepada sang ayah. Hingga malam semakin larut dan tak ada seorangpun yang mau perduli dengan dirinya.

Mella bangkit dan berjalan menuju sebuah bangunan kecil, tempat menyimpan keranda dan beberapa peralatan yang biasa digunakan untuk proses pemakaman.

"Ayah, malam ini terpaksa Mella tidur di sini. Mella tidak punya pilihan lain." ucap Mella dengan perasaan yang sangat sedih.

Seandainya sang ayah masih ada, pasti saat ini ia tengah tertidur pulas dengan kehangatan keluarganya. Namun kini ia hanya bisa tertidur sambil duduk bersandar di dinding dengan rasa dingin dan sunyi.

Mella tertidur dengan posisi duduk. Semakin malam semakin dingin menusuk tulang. Bahkan nyamuk-nyamuk juga enggan melihat Mella tertidur dengan pulas.

Disaat seperti itu, bahkan cacing-cacing di perut Mella berdemonstrasi menuntut untuk diberi makan. Dalam keheningan malam suara dari perut Mella sang jelas terdengar.

"Ya Allah aku lapar sekali. Tapi dimana aku bisa menemukan makanan ditempat seperti ini ?." monolog Mella.

Mella akhirnya berdiri dan melihat ke sekelilingnya. Ia berharap menemukan sesuatu yang bisa ia makan untuk mengganjal perutnya yang lapar.

Sejauh mata memandang tak satupun benda yang Mella lihat dapat ia makan. Rasa haus dan lapar membuatnya memberanikan diri untuk memeriksa sekelilingnya berharap menemukan sesuatu.

"Ya Allah apa yang harus aku lakukan ? jangankan mendapatkan makanan sekedar untuk minum saja aku tidak menemukan air." ucap Mella dengan tetap mencari-cari sesuatu.

Hingga akhirnya Mella menemukan sebuah benda yang berbentuk seperti teko dengan ukuran yang lebih kecil atau tepatnya seperti lampu Aladin dalam sebuah dongeng.

Mella berjalan menghampiri benda tersebut, mengambilnya kemudian membersihkannya dengan jilbabnya.

"Kalau aku hidup dalam sebuah dongeng, pasti dari lampu ajaib ini akan muncul seorang jin yang akan mengabulkan permintaanku." ucap Mella sambil membersihkan benda ditangannya.

Mella kembali ke tempatnya semula. Ia kembali duduk dan bersandar di dinding sambil menunggu pagi. Siapa tau dengan datangnya sinar matahari, akan datang pula keajaiban untuk dirinya.

Mella memperhatikan benda antik yang ada ditangannya. Ia mengosok-gosok benda tersebut untuk membersihkannya lagi.

Tak lama kemudian, keluarlah asap tipis yang lama kelamaan membentuk tubuh seseorang.

"Si siapa kau ? To tolong jangan ganggu aku, aku aku hanya menumpang untuk beristirahat di sini." ucap Mella dengan sangat ketakutan.

"Kau bertanya siapa aku ? Aku adalah Jin yang telah terkurung dalam benda di tanganmu itu. " jawab bayangan itu yang semakin jelas dan berubah menjadi seorang lelaki.

"Jin ? bukankah aku belum tidur ? lalu bagaimana aku bisa bermimpi ?." tanya Mella dengan bingung.

"Hai kau itu tidak sedang bermimpi ! ini nyata dan aku juga nyata. Dan sebagai ganti atas kebaikanmu melepaskan aku dari kutukan dan kurungan selama ratusan tahun ini. Maka aku akan memberikanmu tiga permintaan yang akan aku kabulkan." ucap jin itu.

"Tiga permintaan ? Seperti dalam cerita Aladin saja." jawab Mella.

"Hai nona, ini bukan tentang Aladin tapi ini tentang kita, ya tentang aku dan kau. Tentang dunia yang fana ini, bukan tentang dongeng Aladin dan lampu ajaibnya." jawab jin itu sambil melangkah kemudian duduk di hadapan Mella.

Terpopuler

Comments

Yiping

Yiping

kesabaran hati mella sangat luar biasa thor

2023-04-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1. Hukuman
2 Bab. 2. Air mata Mella
3 Bab. 3. Lampu Ajaib
4 Bab. 4. Harapan
5 Bab. 5. Orang Gila
6 Bab. 6. Rumah baru
7 Bab. 7. Di Sekolah
8 Bab. 8. Taman yang indah
9 Bab. 9. Mimpi
10 Bab. 10. Laboratorium
11 Bab. 11. Benih cinta
12 Bab. 12. Merajut cinta
13 Bab. 13. Ruang Sidang
14 Bab. 14. Sidang Pertama
15 Bab. 15. Tamu tak diundang
16 Bab. 16. Kelakuan sang Jendral
17 Bab. 17. Hantu
18 Bab. 18. Mimpi buruk
19 Bab. 19. Rapat
20 Bab. 20. Keraguan
21 Bab. 21. Foto keluarga
22 Bab. 22. I love you
23 Bab. 23. Pak Harun
24 Bab. 24. Kronologi kejadian
25 Bab. 25. Pak Harun tidak bersalah
26 Bab. 26. Lomba
27 Bab. 27. Ingin yang lebih
28 Bab. 28. Ingin punya keluarga
29 Bab. 29. Seorang penolong
30 Bab. 30. Ingin bekerja
31 Bab. 31. Kepergian Nelly
32 Bab. 32. Balas Dendam
33 Bab. 33. Sebuah gudang
34 Bab. 34. Ganti Rugi
35 Bab. 35. Perintah Jendral Pranoto
36 Bab. 36. Live streaming
37 Bab. 37. Pengakuan Melly
38 Bab. 38. Peringatan
39 Bab. 39. Kebakaran
40 Bab. 40. Ingin Pindah
41 Bab. 41. Ingin Pindah (2)
42 Bab. 42. Apartemen baru
43 Bab. 43. Tak ingin berpisah
44 Bab. 44 Sekolah Baru
45 Bab. 45. Sertifikat
46 Bab. 46. Teman Baru
47 Bab. 47. Permintaan terakhir
48 Bab 48. Bertemu ibu Della
49 Bab. 49. Wanita luar biasa
50 Bab. 50. Rindu dibawah senja
51 Bab. 51. Gladi resik
52 Bab. 52. Menunggu Bus
53 Bab. 53. Jun telah kembali
54 Bab. 54. Resepsi
55 Bab. 55. Sah
56 Bab. 56. Akhir yang bahagia
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab. 1. Hukuman
2
Bab. 2. Air mata Mella
3
Bab. 3. Lampu Ajaib
4
Bab. 4. Harapan
5
Bab. 5. Orang Gila
6
Bab. 6. Rumah baru
7
Bab. 7. Di Sekolah
8
Bab. 8. Taman yang indah
9
Bab. 9. Mimpi
10
Bab. 10. Laboratorium
11
Bab. 11. Benih cinta
12
Bab. 12. Merajut cinta
13
Bab. 13. Ruang Sidang
14
Bab. 14. Sidang Pertama
15
Bab. 15. Tamu tak diundang
16
Bab. 16. Kelakuan sang Jendral
17
Bab. 17. Hantu
18
Bab. 18. Mimpi buruk
19
Bab. 19. Rapat
20
Bab. 20. Keraguan
21
Bab. 21. Foto keluarga
22
Bab. 22. I love you
23
Bab. 23. Pak Harun
24
Bab. 24. Kronologi kejadian
25
Bab. 25. Pak Harun tidak bersalah
26
Bab. 26. Lomba
27
Bab. 27. Ingin yang lebih
28
Bab. 28. Ingin punya keluarga
29
Bab. 29. Seorang penolong
30
Bab. 30. Ingin bekerja
31
Bab. 31. Kepergian Nelly
32
Bab. 32. Balas Dendam
33
Bab. 33. Sebuah gudang
34
Bab. 34. Ganti Rugi
35
Bab. 35. Perintah Jendral Pranoto
36
Bab. 36. Live streaming
37
Bab. 37. Pengakuan Melly
38
Bab. 38. Peringatan
39
Bab. 39. Kebakaran
40
Bab. 40. Ingin Pindah
41
Bab. 41. Ingin Pindah (2)
42
Bab. 42. Apartemen baru
43
Bab. 43. Tak ingin berpisah
44
Bab. 44 Sekolah Baru
45
Bab. 45. Sertifikat
46
Bab. 46. Teman Baru
47
Bab. 47. Permintaan terakhir
48
Bab 48. Bertemu ibu Della
49
Bab. 49. Wanita luar biasa
50
Bab. 50. Rindu dibawah senja
51
Bab. 51. Gladi resik
52
Bab. 52. Menunggu Bus
53
Bab. 53. Jun telah kembali
54
Bab. 54. Resepsi
55
Bab. 55. Sah
56
Bab. 56. Akhir yang bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!