Mella termenung mendengar semua perkataan dari wanita yang telah menolongnya itu. Ia terdiam dan membenarkan apa yang dikatakannya.
"Ibu, terimakasih kerena telah mengingatkan Mella, Mella berjanji akan berusaha untuk bangkit." jawab Mella.
"Itu lebih baik, dan akan lebih baik lagi jika kau membuktikannya." jawab wanita itu.
Mella tersenyum, ia saat sangat bersyukur karena masih ada orang yang perduli dengan dirinya. Namun ia bingung harus pulang kemana. Karena rumah sederhana milik orang tuanya telah disita dan sampai saat ini masih ada garis polisi.
Mungkin Mella harus menemui paman atau bibinya agar mau menampung Mella sementara. Ya mungkin itu adalah jalan terbaik untuk saat ini.
"Ibu, boleh aku tau nama ibu ? suatu saat jika Mella ingin bertemu Mella bisa bertanya kepada rekan kerja ibu." tanya Mella memecah kesunyian.
"Panggil saja Della, di kesatuan hampir semua orang mengenal ibu." jawab ibu Della dengan tersenyum.
"Baiklah, nanti jika kondisi Mella sudah lebih baik, Mella ingin pulang ke rumah paman atau bibi agar Mella bisa melanjutkan kehidupan Mella." ucap Mella.
"Baiklah jika itu keputusanmu, jika ada sesuatu kau bisa menghubungi ibu atau datanglah ke rumah ibu. Rumah kami terbuka lebar." jawab ibu Della dengan tulus.
Setelah berbincang dan memberikan wejangan untuk Mella akhirnya ibu Della pamit dan meninggalkan Mella seorang diri.
Mella merebahkan tubuhnya, ia ingin istirahat agar kondisinya lebih baik dan kembali sehat. Sebab ia masih butuh tenaga untuk berjuang melanjutkan perjalanan hidupnya.
Saat sore menjelang, Mella diijinkan untuk pulang, karena kondisinya sudah jauh lebih baik. Dengan penuh semangat Mella menuju rumah pamannya yang merupakan adik kandung dari sang ayah.
Setelah sampai Mella segera mengetuk pintu, namun sudah lama Mella menunggu tetap tidak ada jawaban dari dalam rumah.
Sepintas Mella melihat sepupunya berada di dalam rumah. Namun entah mengapa ia enggan untuk menjawab salam Mella apalagi untuk membukakan pintu.
Dengan perasaan sedih Mella melangkah meninggalkan rumah pamannya dan sesekali melihat kebelakang berharap pamannya keluar dan mengajaknya untuk tinggal di rumahnya.
Namun sejauh Mella melangkah tak seorangpun yang memperdulikan nasibnya. Mella berjalan menuju rumah bibinya yang merupakan adik dari sang ibu.
Namun lagi-lagi, Mella harus menelan kepahitan karena keluarga itu tidak mau menerima Mella dengan alasan mereka takut akan terkena imbas dari perbuatan ayahnya.
Mella hanya bisa menangis sambil berjalan meninggalkan rumah tersebut. Ia berjalan tak punya arah dan tujuan.
Mella melangkah menuju rumah dimana ia dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya. Rumah yang penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan.
Dan juga rumah yang menjadi saksi bisu peristiwa tragis yang dialami keluarganya. Mella berdiri di teras rumah tersebut.
Namun belum sempat Mella melangkah lebih jauh, beberapa orang tetangganya datang, mencaci maki bahkan ada yang dengan tega mengusir Mella dari rumahnya sendiri.
Tidak ada satupun dari mereka yang mempunyai rasa belas kasihan kepada Mella. Tidak ada yang perduli dengan nasibnya.
"Ya Allah kemana aku harus pergi ?" batin Mella.
Dengan beberapa memar ditubuhnya ia berjalan kaki menuju ke pemakan umum tempat dimana keluarganya saat ini.
Tidak ada pilihan lain bagi Mella, karena tidak ada satupun dari saudaranya yang perduli dan mau menampungnya.
Mella kembali duduk di dekat pusara sang ayah. Mella menangis sambil memeluk batu nisan sang ayah. Ia sangat putus asa sekali dengan keadaan yang ia alami.
Lama Mella menangis dan mencurahkan segala isi hatinya kepada sang ayah. Hingga malam semakin larut dan tak ada seorangpun yang mau perduli dengan dirinya.
Mella bangkit dan berjalan menuju sebuah bangunan kecil, tempat menyimpan keranda dan beberapa peralatan yang biasa digunakan untuk proses pemakaman.
"Ayah, malam ini terpaksa Mella tidur di sini. Mella tidak punya pilihan lain." ucap Mella dengan perasaan yang sangat sedih.
Seandainya sang ayah masih ada, pasti saat ini ia tengah tertidur pulas dengan kehangatan keluarganya. Namun kini ia hanya bisa tertidur sambil duduk bersandar di dinding dengan rasa dingin dan sunyi.
Mella tertidur dengan posisi duduk. Semakin malam semakin dingin menusuk tulang. Bahkan nyamuk-nyamuk juga enggan melihat Mella tertidur dengan pulas.
Disaat seperti itu, bahkan cacing-cacing di perut Mella berdemonstrasi menuntut untuk diberi makan. Dalam keheningan malam suara dari perut Mella sang jelas terdengar.
"Ya Allah aku lapar sekali. Tapi dimana aku bisa menemukan makanan ditempat seperti ini ?." monolog Mella.
Mella akhirnya berdiri dan melihat ke sekelilingnya. Ia berharap menemukan sesuatu yang bisa ia makan untuk mengganjal perutnya yang lapar.
Sejauh mata memandang tak satupun benda yang Mella lihat dapat ia makan. Rasa haus dan lapar membuatnya memberanikan diri untuk memeriksa sekelilingnya berharap menemukan sesuatu.
"Ya Allah apa yang harus aku lakukan ? jangankan mendapatkan makanan sekedar untuk minum saja aku tidak menemukan air." ucap Mella dengan tetap mencari-cari sesuatu.
Hingga akhirnya Mella menemukan sebuah benda yang berbentuk seperti teko dengan ukuran yang lebih kecil atau tepatnya seperti lampu Aladin dalam sebuah dongeng.
Mella berjalan menghampiri benda tersebut, mengambilnya kemudian membersihkannya dengan jilbabnya.
"Kalau aku hidup dalam sebuah dongeng, pasti dari lampu ajaib ini akan muncul seorang jin yang akan mengabulkan permintaanku." ucap Mella sambil membersihkan benda ditangannya.
Mella kembali ke tempatnya semula. Ia kembali duduk dan bersandar di dinding sambil menunggu pagi. Siapa tau dengan datangnya sinar matahari, akan datang pula keajaiban untuk dirinya.
Mella memperhatikan benda antik yang ada ditangannya. Ia mengosok-gosok benda tersebut untuk membersihkannya lagi.
Tak lama kemudian, keluarlah asap tipis yang lama kelamaan membentuk tubuh seseorang.
"Si siapa kau ? To tolong jangan ganggu aku, aku aku hanya menumpang untuk beristirahat di sini." ucap Mella dengan sangat ketakutan.
"Kau bertanya siapa aku ? Aku adalah Jin yang telah terkurung dalam benda di tanganmu itu. " jawab bayangan itu yang semakin jelas dan berubah menjadi seorang lelaki.
"Jin ? bukankah aku belum tidur ? lalu bagaimana aku bisa bermimpi ?." tanya Mella dengan bingung.
"Hai kau itu tidak sedang bermimpi ! ini nyata dan aku juga nyata. Dan sebagai ganti atas kebaikanmu melepaskan aku dari kutukan dan kurungan selama ratusan tahun ini. Maka aku akan memberikanmu tiga permintaan yang akan aku kabulkan." ucap jin itu.
"Tiga permintaan ? Seperti dalam cerita Aladin saja." jawab Mella.
"Hai nona, ini bukan tentang Aladin tapi ini tentang kita, ya tentang aku dan kau. Tentang dunia yang fana ini, bukan tentang dongeng Aladin dan lampu ajaibnya." jawab jin itu sambil melangkah kemudian duduk di hadapan Mella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yiping
kesabaran hati mella sangat luar biasa thor
2023-04-13
1