Perlahan Mella membuka kedua matanya, ia melihat sekeliling ruangan yang terlihat begitu putih. Ia perlahan bangkit dan merasakan tubuhnya yang begitu sakit.
Ada sebuah selang infus ditangannya, sepi hanya ia seorang diri. Terdengar suara detak jam dinding yang terus berputar. Menandakan waktu akan terus berjalan apapun yang Mella hadapi.
Siap tidak siap, kuat tidak kuat waktu akan terus berjalan. Dan takdir akan terus berjalan sesuai dengan apa yang tertulis untuk setiap insan.
Mella menatap kearah jendela, ia bingung apa yang harus ia lakukan saat ini. Kemana kakinya akan melangkah dan kemana ia harus pulang ?."
Sayup-sayup masih terdengar pesan sang ayah agar ia tetap harus bisa menjalani semuanya. Terbayang kembali peristiwa pahit yang dialami oleh seluruh keluarganya hingga ajal menjemput mereka.
Air mata Mella mengalir deras, membasuh luka yang tak berdarah itu. Mella sangat putus asa dengan semua kejadian yang ia alami.
"Nak kamu sudah sadar ?." tanya seorang wanita paruh baya dengan sangat lembut.
Perlahan Mella menoleh kearah sumber suara. Terlihat wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik dengan menggunakan seragam polisi.
Mella mencoba tersenyum diantara derai air matanya. ia tidak tau siapa wanita dihadapannya saat ini.
Tapi kelembutan dan kedamaian dari wajahnya mengingatkan Mella kepada sang ibu. Wanita sang selama ini menjadi tempat bermanja-manja dan wanita yang telah memberinya ribuan kebahagiaan.
"Nak apa kau sudah lebih baik ? kau terlalu lama memejamkan mata. Bahak setelah 4 hari tertidur kau masih belum bisa melupakan kesedihan yang kau alami." ucap wanita itu sambil mengusap air mata Mella.
"Ibu siapakah kau sebenarnya ? dan apa yang terjadi?." tanya Mella.
"Aku adalah salah satu pekerja yang mencoba mengabdikan diri kepada negara ini. Aku menemukanmu 4 hari yang lalu."
"Melihatmu pingsan di atas tanah, di antara lalu lalang orang yang tidak melihat mu. Kemudian aku membawamu ke tempat ini agar kau mendapatkan perawatan yang tepat." jawab wanita itu.
"Ibu, siapapun dirimu, Mella ucapkan ribuan terimakasih. Namun Mella belum bisa membalas semua kebaikan mu. Biarlah Allah yang akan membalas semua kebaikan mu dengan berlipat ganda." ucap Mella dengan tulus.
"Nak, buka kah sudah menjadi tugas kita untuk saling tolong menolong ? jadi untuk apa kau berfikir untuk membalas semua yang aku lakukan ?."
"Melihatmu bangkit dan tersenyum dari tidur panjangmu saja sudah membuat hati ibu bahagia, artinya apa yang ibu lakukan tidak sia-sia." jawab wanita itu dengan lembut.
"Ibu sekali lagi terimakasih." ucap Mella.
Perlahan Mella melepas jarum infus ditangannya, ada darah yang mengalir dari tangannya namun segera Mella tahan dengan ujung jilbabnya.
"Nak apa yang kau lakukan ?." tanya wanita berseragam polisi itu dengan panik.
"Tidak apa ibu, aku hanya ingin pulang." jawab Mella dengan tersenyum.
Kemudian ia melangkah meninggalkan ruangan itu tanpa memperdulikan panggilan dari wanita yang telah menolongnya.
"Ibu maafkan Mella, dan terimakasih untuk semuanya." ucap Mella sebelum ia melanjutkan langkahnya.
Mella berjalan menyusuri jalan, melangkahkan kakinya tanpa arah dan tujuan hingga kakinya berhenti di sebuah pemakaman umum.
Kemudian ia melangkah ke pemakaman umum itu, ia berjalan mencari dimana keluarganya dimakamkan.
Karena hanya pemakan umum inilah yang ada didaerahnya. Dengan langkah yang gontai Mella mencoba mencari pusara keluarganya.
Dan langkahnya terhenti di sebuah makam yang tertulis nama sang ayah ' Jakfar bin Sidik ' disebelahnya lagi ada dua makam tempat peristirahatan terakhir sang ibu dan juga kakaknya.
Tubuh Mella jatuh di atas pusara sang ayah. Ia menangis menumpahkan semua kesedihan yang ia rasakan saat ini. Sakit yang teramat dalam karena kehilangan seluruh keluarganya dalam waktu yang bersamaan.
Jika mereka mengalami sebuah kecelakaan maut, itu akan lebih baik dari pada yang terjadi saat ini. Ayahnya harus pergi dengan status sebagai seorang *******.
Kakaknya harus pergi, karena sudah kehilangan kehormatannya dan ibunya harus pergi demi melindungi nyawa suaminya.
Begitu tragis nasib yang menimpa mereka, kini hanya Mella seorang diri di dunia ini. Jika saja bunuh diri adalah jalan yang terbaik, pasti Mella akan melakukannya.
Namun jika ia bunuh diri, apakah ayahnya akan memaafkannya ? dan apakah itu adalah jalan yang terbaik ?.
Mella hanya bisa menangis, tak ada yang bisa ia lakukan saat ini. Ia hanya ingin menumpahkan semuanya. Ia hanya ingin mengadu kepada keluarganya yang kini telah terkubur dengan semua peristiwa pahit yang menimpa mereka.
"Ayah, apa yang harus aku lakukan saat ini ?." tanya Mella di antar Isak tangisnya.
"Bagaimana caranya agar aku bisa menjalani kehidupan ini tanpa kalian semua ? aku hanya seorang diri. Ayah ajaklah aku ikut serta dengan mu." ucap Mella dengan pilu.
Perlahan gerimis turun membasahi bumi. Sepertinya alam mengetahui bahwa saat ini Mella sedang menangis dan gerimis ini datang untuk menutupi air matanya.
Mella bersimpuh, kemudian ia merebahkan kepalanya di atas pusara sang ayah. Air matanya bersatu dengan air hujan yang membasahi pusara sang ayah.
Rasa dingin yang mulai menusuk tulang Mella abaikan. Ia tidak peduli lagi dengan kondisi tubuhnya. Saat ini ia hanya ingin bersama keluarganya, keluarga yang telah meninggalkan dirinya seorang diri di dunia fana ini.
Perlahan ada seseorang yang mendekatinya dengan membawa sebuah payung. Mella bangkit dan melihat orang tersebut.
"Ibu." ucap Mella perlahan dan ia kembali menutup matanya.
Orang itu segera meminta bantuan untuk menolong Mella, membawa tubuh lemah yang sudah dingin seperti es. Dengan cepat orang tersebut membawa Mella kembali ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
Dengan cepat tim medis mulai melakukan pertolongan untuk Mella. Segala upaya mereka lakukan untuk menyelamatkan nyawa Mella.
Gadis remaja yang kehilangan arah karena telah kehilangan seluruh keluarganya. Siapapun yang masih mempunyai hati nurani pasti tidak akan tega melihat nasib pahit yang dialami oleh Mella.
Air mata Mella tetap mengalir meskipun kedua matanya tertutup. Tergambar betapa nestapanya nasib yang dialami oleh Mella.
Bahkan dalam tidurnya Mella masih teringat peristiwa tragis yang merenggut seluruh keluarganya.
"Ayah !." teriak Mella dengan kuat.
Ia kemudian bangkit dan segera melepas jarum infus ditangannya. Namun segera dihentikan oleh orang yang sejak tadi duduk di dekatnya.
"Apa yang ingin kamu lakukan ? apakah dengan mencabutnya kau bisa lebih baik ? apakah dengan menangis dan meratapi nasib semua akan kembali dan baik-baik saja ?."
"Mella dengarkan aku ! jika kau ingin membuat kedua orang tua mu bahagia bukan dengan cara menangis dan meratapi hidup."
" Seharusnya kau melakukan hal yang diinginkan oleh kedua orang tuamu, membuat keluargamu bangga karena telah memiliki dirimu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Zaqian Laili
Lanjut Thor ... Penasaran dengan kisah selanjutnya
2023-04-02
2