Bab. 5. Orang Gila

Malam semakin larut, dalam keheningan dan kesunyian. Mella akhirnya terlelap setelah puas menumpahkan kesedihan yang ia alami dan kebahagiaan akan datangnya jin tersebut.

Hingga sinar sang Surya menerangi alam ini, barulah Mella terbangun karena cahaya matahari bersinar mengenai wajahnya.

Mella bangkit dan melihat sekeliling, pertama kali yang ia lihat adalah seseorang yang juga terlelap dalam keadaan duduk bersandar di dinding.

Ya semalam Mella telah bertemu dengan jin yang mampu membuat dirinya tertawa dan ia bisa menceritakan semua kisah hidupnya yang begitu memilukan.

Mella bangkit dan kembali menuju pusara sang ayah, tak lupa ia bercerita tentang apa yang ia alami semalam.

Setelah itu ia berpamitan kepada ayah, ibu dan juga kakaknya yang telah beristirahat dengan tenang di alam yang kini berbeda dengan dirinya. Mella tak kuasa lagi menahan air matanya.

"Ayah Mella akan pergi sebentar, entah kemana Mella akan melangkahkan kaki ini. Tapi satu hal yang pasti Mella akan tetap menjalani kehidupan ini seperti yang ayah inginkan."

"Ayah lindungilah putrimu ini, karena saat ini tidak ada seorangpun yang mau menjagaku, bahkan paman dan bibi juga telah menganggap aku orang asing."

"Ayah Mella pamit sebentar ya. Banyak hal yang harus Mella lakukan." ucap Mella kemudian ia bangkit dan hendak melangkahkan kakinya.

Namun saat ia hendak melangkah wajahnya hampir bertabrakan dengan jin yang sejak kapan berada tepat dibelakangnya.

"Astaghfirullah !" ucap Mella karena terkejut.

"Maaf." hanya yang terucap oleh jin tersebut.

"Jun sejak kapan kau berdiri di belakangku ? hampir saja jantungku terlepas dari tempatnya." ucap Mella.

"Sejak kapan aku menjadi Jun ?." tanya jin tersebut.

"Bukan menjawab pertanyaan malah buat pertanyaan baru." ucap Mella sambil melangkahkan kakinya.

Mella berjalan menelusuri jalan. Ia berencana ingin menemui ibu Della, ia berharap beliau mau menampung dirinya. Agar ia tidak menghabiskan waktunya di pemakaman.

"Hai nona, jawab dulu pertanyaan ku !. Sejak kapan aku berubah menjadi Jun ?." tanya jin itu sambil mengikuti langkah Mella.

"Sejak tadi !" jawab Mella dengan sedikit berteriak.

"Kenapa ?." tanya jin itu lagi.

"Habis kau ingin di panggil apa ? Siapa namamu aku juga tidak tau, jika ku panggil jin sama saja dengan jin-jin yang lainnya." jawab Mella asal.

"Mengapa kau tidak bertanya siapa namaku ? tapi tidak masalah jika kau panggil aku Jun, asal kau bahagia aku tidak masalah." jawab jin tersebut dengan sedikit menggombal.

"Uluh-uluh manis sekali !." jawab Mella sambil mengejek.

Mella tidak perduli dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan aneh. Ia terus berjalan sambil berbincang-bincang dengan jin tersebut.

Mella tidak menyadari jika hanya dia saja yang bisa melihat keberadaan jin tersebut. Yang ia tau saat ini ia tengah asik berjalan dan berbincang-bincang dengan jin tersebut.

Akhirnya Mella sampai didepan kantor Polda, tempat dimana ia ingin bertemu dengan ibu Della. Setelah masuk Mella menunggu di samping ruang tunggu.

Ia berbincang-bincang dengan jin sambil menunggu kedatangan ibu Della seperti yang diperintahkan oleh salah satu rekan ibu Della.

"Kasihan, sejak ditinggal oleh seluruh keluarganya ia menjadi gila. Sayang sekali cantik-cantik tapi gila." ucap salah seorang Polisi yang melihat Mella berbicara sendiri.

Tanpa ia sadari Mella mendengarnya. Mella melihat ke arah Polisi tersebut yang melihatnya dengan rasa kasihan.

"Apa yang bapak katakan tadi, coba ulangi sekali lagi." ucap Mella sambil berdiri kemudian mendekati Polisi tersebut.

"Maaf, lebih baik nona pergi dari sini, baru saja ibu Della menelpon bahwa beliau tidak bisa datang hari ini." jawab Polisi tersebut dengan asal.

"Apakah karena penampilan saya seperti ini, lalu bapak mengganggap saya gila ? Tapi jika bapak tidak ingin saya disini saya akan pergi dan tak perlu bapak mengatakan hal yang buruk tentang keluarga saya." ucap Mella sambil sedikit. kecewa.

Kemudian ia segera berlalu meninggalkan tempat tersebut. Sepanjang perjalanan ia masih menumpahkan kekecewaannya sambil mengomel di sepanjang jalan.

"Orang gila, Orang gila, Orang gila." ucap sekelompok kecil anak-anak yang berjalan di belakang Mella.

"Hai apa yang kalian katakan !, cepat pergi dari sini !." ucap Mella dengan penuh emosi.

"Orang gila, Orang gila, Orang gila." ucap anak-anak tersebut tanpa perduli dengan kemarahan Mella.

Mella mengambil beberapa batu kemudian melemparkannya ke arah anak-anak tersebut. Ia tidak habis pikir mengapa orang-orang menganggapnya gila bahkan anak-anak itu juga menganggapnya gila.

"Lari ! orang gilanya marah." ucap salah satu anak kemudian diikuti oleh yang lainnya. Mereka segera berlari meninggalkan Mella karena takut terkena batu.

"Jangan marah-marah nanti cepat tua." ucap jin tersebut sambil menggoda Mella yang sangat marah hingga wajahnya terlihat begitu merah.

"Bagaimana aku tidak marah dikatakan gila. Memangnya apa alasannya yang membuat mereka menyimpulkan aku gila ?." tanya Mella dengan kesal.

"Alasannya ? Pertama, kau berpenampilan sangat lusuh, baju kotor, wajah kotor dan semuanya sangat kotor. Kedua, kau sejak tadi berbicara seorang diri." jawab jin itu singkat.

Mella melihat pakaian yang ia kenakan, memang benar sejak ia pergi ingin melihat untuk terakhir kalinya wajah sang ayah, hingga hari ini ia belum mandi apalagi berganti pakaian.

Bahkan ia sering bersimpuh di tanah makam saat berbicara dengan keluarganya. Sampai tadi malam ia tertidur di area makam.

"Kau benar aku kotor sekali. Tapi mengapa kau mengatakan aku berbicara sendiri ? bukankah aku berbicara dengan mu ?." tanya Mella sambil duduk di pinggir jalan.

"Karena tidak semua orang bisa melihat ku." jawab jin tersebut sambil ikut duduk di sebelah Mella.

"Benarkah ?." tanya Mella penasaran.

Jin itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Mella kemudian menatap ke depan. Ia baru sadar jika saat ini ia tengah bersama jin, jelas saja tidak semua orang bisa melihatnya karena dia tak kasat mata.

Tapi mengapa ia bisa melihatnya dan ia juga bisa menyentuhnya ?. Mella kemudian menatap kearah jin yang ada disampingnya.

"Jawabnya sederhana, kau bisa melihatku karena kau adalah tuanku saat ini." ucap jin itu dengan singkat.

Mella mengangguk sebagai tanda ia setuju. Terbayang kisah Aladin dalam tayangan sebuah stasiun televisi. Jin itu hanya bisa dilihat oleh orang yang telah menolongnya keluar dari lampu ajaib itu.

"Kau benar, wajar saja jika orang-orang menganggap bahwa aku gila." ucap Mella dengan tersenyum.

Kemudian ia menghembuskan nafasnya, dan kembali menatap kearah depan. dengan kondisinya seperti sekarang ini apa yang bisa ia lakukan.

Jangankan untuk mendatangi orang-orang yang ia kenal. Orang asing yang ia temui dipinggir jalan saja tak ingin melihatnya bahkan menganggap ia gila.

Episodes
1 Bab. 1. Hukuman
2 Bab. 2. Air mata Mella
3 Bab. 3. Lampu Ajaib
4 Bab. 4. Harapan
5 Bab. 5. Orang Gila
6 Bab. 6. Rumah baru
7 Bab. 7. Di Sekolah
8 Bab. 8. Taman yang indah
9 Bab. 9. Mimpi
10 Bab. 10. Laboratorium
11 Bab. 11. Benih cinta
12 Bab. 12. Merajut cinta
13 Bab. 13. Ruang Sidang
14 Bab. 14. Sidang Pertama
15 Bab. 15. Tamu tak diundang
16 Bab. 16. Kelakuan sang Jendral
17 Bab. 17. Hantu
18 Bab. 18. Mimpi buruk
19 Bab. 19. Rapat
20 Bab. 20. Keraguan
21 Bab. 21. Foto keluarga
22 Bab. 22. I love you
23 Bab. 23. Pak Harun
24 Bab. 24. Kronologi kejadian
25 Bab. 25. Pak Harun tidak bersalah
26 Bab. 26. Lomba
27 Bab. 27. Ingin yang lebih
28 Bab. 28. Ingin punya keluarga
29 Bab. 29. Seorang penolong
30 Bab. 30. Ingin bekerja
31 Bab. 31. Kepergian Nelly
32 Bab. 32. Balas Dendam
33 Bab. 33. Sebuah gudang
34 Bab. 34. Ganti Rugi
35 Bab. 35. Perintah Jendral Pranoto
36 Bab. 36. Live streaming
37 Bab. 37. Pengakuan Melly
38 Bab. 38. Peringatan
39 Bab. 39. Kebakaran
40 Bab. 40. Ingin Pindah
41 Bab. 41. Ingin Pindah (2)
42 Bab. 42. Apartemen baru
43 Bab. 43. Tak ingin berpisah
44 Bab. 44 Sekolah Baru
45 Bab. 45. Sertifikat
46 Bab. 46. Teman Baru
47 Bab. 47. Permintaan terakhir
48 Bab 48. Bertemu ibu Della
49 Bab. 49. Wanita luar biasa
50 Bab. 50. Rindu dibawah senja
51 Bab. 51. Gladi resik
52 Bab. 52. Menunggu Bus
53 Bab. 53. Jun telah kembali
54 Bab. 54. Resepsi
55 Bab. 55. Sah
56 Bab. 56. Akhir yang bahagia
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab. 1. Hukuman
2
Bab. 2. Air mata Mella
3
Bab. 3. Lampu Ajaib
4
Bab. 4. Harapan
5
Bab. 5. Orang Gila
6
Bab. 6. Rumah baru
7
Bab. 7. Di Sekolah
8
Bab. 8. Taman yang indah
9
Bab. 9. Mimpi
10
Bab. 10. Laboratorium
11
Bab. 11. Benih cinta
12
Bab. 12. Merajut cinta
13
Bab. 13. Ruang Sidang
14
Bab. 14. Sidang Pertama
15
Bab. 15. Tamu tak diundang
16
Bab. 16. Kelakuan sang Jendral
17
Bab. 17. Hantu
18
Bab. 18. Mimpi buruk
19
Bab. 19. Rapat
20
Bab. 20. Keraguan
21
Bab. 21. Foto keluarga
22
Bab. 22. I love you
23
Bab. 23. Pak Harun
24
Bab. 24. Kronologi kejadian
25
Bab. 25. Pak Harun tidak bersalah
26
Bab. 26. Lomba
27
Bab. 27. Ingin yang lebih
28
Bab. 28. Ingin punya keluarga
29
Bab. 29. Seorang penolong
30
Bab. 30. Ingin bekerja
31
Bab. 31. Kepergian Nelly
32
Bab. 32. Balas Dendam
33
Bab. 33. Sebuah gudang
34
Bab. 34. Ganti Rugi
35
Bab. 35. Perintah Jendral Pranoto
36
Bab. 36. Live streaming
37
Bab. 37. Pengakuan Melly
38
Bab. 38. Peringatan
39
Bab. 39. Kebakaran
40
Bab. 40. Ingin Pindah
41
Bab. 41. Ingin Pindah (2)
42
Bab. 42. Apartemen baru
43
Bab. 43. Tak ingin berpisah
44
Bab. 44 Sekolah Baru
45
Bab. 45. Sertifikat
46
Bab. 46. Teman Baru
47
Bab. 47. Permintaan terakhir
48
Bab 48. Bertemu ibu Della
49
Bab. 49. Wanita luar biasa
50
Bab. 50. Rindu dibawah senja
51
Bab. 51. Gladi resik
52
Bab. 52. Menunggu Bus
53
Bab. 53. Jun telah kembali
54
Bab. 54. Resepsi
55
Bab. 55. Sah
56
Bab. 56. Akhir yang bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!