Malam semakin larut, dalam keheningan dan kesunyian. Mella akhirnya terlelap setelah puas menumpahkan kesedihan yang ia alami dan kebahagiaan akan datangnya jin tersebut.
Hingga sinar sang Surya menerangi alam ini, barulah Mella terbangun karena cahaya matahari bersinar mengenai wajahnya.
Mella bangkit dan melihat sekeliling, pertama kali yang ia lihat adalah seseorang yang juga terlelap dalam keadaan duduk bersandar di dinding.
Ya semalam Mella telah bertemu dengan jin yang mampu membuat dirinya tertawa dan ia bisa menceritakan semua kisah hidupnya yang begitu memilukan.
Mella bangkit dan kembali menuju pusara sang ayah, tak lupa ia bercerita tentang apa yang ia alami semalam.
Setelah itu ia berpamitan kepada ayah, ibu dan juga kakaknya yang telah beristirahat dengan tenang di alam yang kini berbeda dengan dirinya. Mella tak kuasa lagi menahan air matanya.
"Ayah Mella akan pergi sebentar, entah kemana Mella akan melangkahkan kaki ini. Tapi satu hal yang pasti Mella akan tetap menjalani kehidupan ini seperti yang ayah inginkan."
"Ayah lindungilah putrimu ini, karena saat ini tidak ada seorangpun yang mau menjagaku, bahkan paman dan bibi juga telah menganggap aku orang asing."
"Ayah Mella pamit sebentar ya. Banyak hal yang harus Mella lakukan." ucap Mella kemudian ia bangkit dan hendak melangkahkan kakinya.
Namun saat ia hendak melangkah wajahnya hampir bertabrakan dengan jin yang sejak kapan berada tepat dibelakangnya.
"Astaghfirullah !" ucap Mella karena terkejut.
"Maaf." hanya yang terucap oleh jin tersebut.
"Jun sejak kapan kau berdiri di belakangku ? hampir saja jantungku terlepas dari tempatnya." ucap Mella.
"Sejak kapan aku menjadi Jun ?." tanya jin tersebut.
"Bukan menjawab pertanyaan malah buat pertanyaan baru." ucap Mella sambil melangkahkan kakinya.
Mella berjalan menelusuri jalan. Ia berencana ingin menemui ibu Della, ia berharap beliau mau menampung dirinya. Agar ia tidak menghabiskan waktunya di pemakaman.
"Hai nona, jawab dulu pertanyaan ku !. Sejak kapan aku berubah menjadi Jun ?." tanya jin itu sambil mengikuti langkah Mella.
"Sejak tadi !" jawab Mella dengan sedikit berteriak.
"Kenapa ?." tanya jin itu lagi.
"Habis kau ingin di panggil apa ? Siapa namamu aku juga tidak tau, jika ku panggil jin sama saja dengan jin-jin yang lainnya." jawab Mella asal.
"Mengapa kau tidak bertanya siapa namaku ? tapi tidak masalah jika kau panggil aku Jun, asal kau bahagia aku tidak masalah." jawab jin tersebut dengan sedikit menggombal.
"Uluh-uluh manis sekali !." jawab Mella sambil mengejek.
Mella tidak perduli dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan aneh. Ia terus berjalan sambil berbincang-bincang dengan jin tersebut.
Mella tidak menyadari jika hanya dia saja yang bisa melihat keberadaan jin tersebut. Yang ia tau saat ini ia tengah asik berjalan dan berbincang-bincang dengan jin tersebut.
Akhirnya Mella sampai didepan kantor Polda, tempat dimana ia ingin bertemu dengan ibu Della. Setelah masuk Mella menunggu di samping ruang tunggu.
Ia berbincang-bincang dengan jin sambil menunggu kedatangan ibu Della seperti yang diperintahkan oleh salah satu rekan ibu Della.
"Kasihan, sejak ditinggal oleh seluruh keluarganya ia menjadi gila. Sayang sekali cantik-cantik tapi gila." ucap salah seorang Polisi yang melihat Mella berbicara sendiri.
Tanpa ia sadari Mella mendengarnya. Mella melihat ke arah Polisi tersebut yang melihatnya dengan rasa kasihan.
"Apa yang bapak katakan tadi, coba ulangi sekali lagi." ucap Mella sambil berdiri kemudian mendekati Polisi tersebut.
"Maaf, lebih baik nona pergi dari sini, baru saja ibu Della menelpon bahwa beliau tidak bisa datang hari ini." jawab Polisi tersebut dengan asal.
"Apakah karena penampilan saya seperti ini, lalu bapak mengganggap saya gila ? Tapi jika bapak tidak ingin saya disini saya akan pergi dan tak perlu bapak mengatakan hal yang buruk tentang keluarga saya." ucap Mella sambil sedikit. kecewa.
Kemudian ia segera berlalu meninggalkan tempat tersebut. Sepanjang perjalanan ia masih menumpahkan kekecewaannya sambil mengomel di sepanjang jalan.
"Orang gila, Orang gila, Orang gila." ucap sekelompok kecil anak-anak yang berjalan di belakang Mella.
"Hai apa yang kalian katakan !, cepat pergi dari sini !." ucap Mella dengan penuh emosi.
"Orang gila, Orang gila, Orang gila." ucap anak-anak tersebut tanpa perduli dengan kemarahan Mella.
Mella mengambil beberapa batu kemudian melemparkannya ke arah anak-anak tersebut. Ia tidak habis pikir mengapa orang-orang menganggapnya gila bahkan anak-anak itu juga menganggapnya gila.
"Lari ! orang gilanya marah." ucap salah satu anak kemudian diikuti oleh yang lainnya. Mereka segera berlari meninggalkan Mella karena takut terkena batu.
"Jangan marah-marah nanti cepat tua." ucap jin tersebut sambil menggoda Mella yang sangat marah hingga wajahnya terlihat begitu merah.
"Bagaimana aku tidak marah dikatakan gila. Memangnya apa alasannya yang membuat mereka menyimpulkan aku gila ?." tanya Mella dengan kesal.
"Alasannya ? Pertama, kau berpenampilan sangat lusuh, baju kotor, wajah kotor dan semuanya sangat kotor. Kedua, kau sejak tadi berbicara seorang diri." jawab jin itu singkat.
Mella melihat pakaian yang ia kenakan, memang benar sejak ia pergi ingin melihat untuk terakhir kalinya wajah sang ayah, hingga hari ini ia belum mandi apalagi berganti pakaian.
Bahkan ia sering bersimpuh di tanah makam saat berbicara dengan keluarganya. Sampai tadi malam ia tertidur di area makam.
"Kau benar aku kotor sekali. Tapi mengapa kau mengatakan aku berbicara sendiri ? bukankah aku berbicara dengan mu ?." tanya Mella sambil duduk di pinggir jalan.
"Karena tidak semua orang bisa melihat ku." jawab jin tersebut sambil ikut duduk di sebelah Mella.
"Benarkah ?." tanya Mella penasaran.
Jin itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Mella kemudian menatap ke depan. Ia baru sadar jika saat ini ia tengah bersama jin, jelas saja tidak semua orang bisa melihatnya karena dia tak kasat mata.
Tapi mengapa ia bisa melihatnya dan ia juga bisa menyentuhnya ?. Mella kemudian menatap kearah jin yang ada disampingnya.
"Jawabnya sederhana, kau bisa melihatku karena kau adalah tuanku saat ini." ucap jin itu dengan singkat.
Mella mengangguk sebagai tanda ia setuju. Terbayang kisah Aladin dalam tayangan sebuah stasiun televisi. Jin itu hanya bisa dilihat oleh orang yang telah menolongnya keluar dari lampu ajaib itu.
"Kau benar, wajar saja jika orang-orang menganggap bahwa aku gila." ucap Mella dengan tersenyum.
Kemudian ia menghembuskan nafasnya, dan kembali menatap kearah depan. dengan kondisinya seperti sekarang ini apa yang bisa ia lakukan.
Jangankan untuk mendatangi orang-orang yang ia kenal. Orang asing yang ia temui dipinggir jalan saja tak ingin melihatnya bahkan menganggap ia gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments