Be Mine
"Hai, Baby." Sebuah kecupan lembut mendarat pada pipi putih mulus seorang gadis yang sedang duduk melamun.
"Elang? Jangan mencium seenak seperti itu! Apa lagi ini di lingkungan sekolah." Matanya seketika mengedar ke segala arah. Gadis itu takut jika ada guru yang melihat adegan itu.
"Kamu ini kenapa? Kita ini sepasang kekasih. Jadi, kamu tidak perlu takut seperti itu."
"Bukannya takut, Lang, tapi ini di lingkungan sekolah dan aku tidak mau kalau sampai dianggap tidak sopan."
"Sayang, semua juga sudah tau kalau kita pacaran, bahkan guru di sini juga sudah tau. Ara sayang, kita ini sudah berpacaran dari kelas satu sampai sekarang kita naik kelas tiga. Kita saja bahkan tidak pernah berciuman. Kenapa? Apa kamu tidak benar-benar cinta sama aku?"
Gadis bernama Kiara itu tampak bingung. Dia memang tidak pernah berciuman dengan kekasihnya walaupun mereka sudah hampir tiga tahun berpacaran.
Prinsip Kiara adalah ingin berpacaran secara sehat, walupun sebenarnya juga bisa dibilang tidak sehat karena mereka juga berpegangan tangan, saling peluk dan bahkan mencium pipi, hanya saja Kiara benar-benar tidak mau kalau sampai berciuman karena nanti pasti akan minta lebih. Setidaknya itu yang ibu Kiara bilang dan gadis itu turuti.
"Aku cinta sama kamu, Lang, tapi aku minta maaf jika tidak bisa melakukan hal itu. Nanti saja jika kita menikah dan aku pasti akan mau melakukan semuanya." Kiara meringis.
"Hm...! Kalau itu jelas kamu harus melakukan, Ara. Kalau tidak mau, aku cari gadis lainnya nantinya."
"Oh ... jadi kamu nanti mau mencari gadis lain kalau aku tidak mau berciuman sama kamu?"
"Eh! Bukan seperti itu. Maksudku, kalau nanti kita sudah menikah." Tangan pemuda itu mengusap-usap kepala kekasihnya dengan lembut. Mereka tampak terlihat tertawa senang.
Dari kejauhan tampak sepasang mata sedang melihat kejadian itu dengan wajah marah. Tangannya pun mengepal erat pada dinding kelas.
"Aku akan membuat kalian berpisah. Kalian berdua itu tidak cocok sama sekali." Tangannya memukul pada dinding kelas dan dia pergi dari sana.
Bel masuk berbunyi. Semua murid masuk ke dalam kelas dengan tertib.
Wanita cantik dengan kacamata putih dan rambut diikat rapi itu berdiri di depan kelas dengan tangan membawa beberapa lembar kertas ujian yang sudah dinilai.
"Saya akan membagikan hasil ulangan matematika yang kemarin baru saja kalian kerjakan, tapi sebelumnya, saya akan mengucapkan selamat kepada salah satu teman kalian yang mendapatkan nilai matematika paling sempurna dari seluruh hasil ulangan semua siswa di sekolah ini.
Terdengar suara riuh anak-anak di dalam kelas. "Dia pasti anaknya salah satu guru di sini, jadi dia bisa mendapat nilai yang bagus."
"Sayangnya kamu salah, si rambut jambul," ucap wanita yang tak lain adalah wali kelas di kelas 3 Bahasa Indonesia 1 ini.
"Rambut jambul?" Semua anak-anak menertawakan murid yang memang selalu tampil dengan rambut yang disisir agak naik dan selalu rapi dari baru masuk sekolah, hingga pulang sekolah. Itu rambut masih selalu tegak berdiri jambulnya.
"Kiara, kamu mendapatkan nilai sempurna."
"Hah?" Kiara mendelik bahkan sampai mulutnya menganga. "Sa-saya, Bu?" tanya Kiara tidak percaya.
"Wah ...! Kekasihnya si kapten baseball ternyata. Aku minta traktir Elang nanti."
"Hei! Apa hubungannya, Dion? Kamu jangan aneh-aneh!" seru Kiara dengan mata mendelik.
"Ada hubungannya Kiara. Anggap saja merayakan keberhasilan kekasihnya."
"Iya, aku nanti juga mau minta traktir," tambah seorang gadis yang duduk satu bangku dengan Kiara yang tak lain adalah sahabat Kiara.
"Mega! Kenapa kamu malah ikut-ikut?"
"Memangnya kenapa? Kapan lagi aku mendapatkan traktiran kapten baseball kita?"
Kiara memutar bola matanya jengah. "Kamu beli sendiri, kan, juga bisa Mega."
Bel pulang dibunyikan. Kiara berjalan keluar kelas dengan menggandeng tangan sahabatnya.
"Hai, Baby." Tangan Elang memeluk pundak kekasihnya itu."
"Elang, jangan begini, ada Mega. Apa kamu tidak malu?"
"Kenapa harus malu? Mega, apa kamu terganggu melihat hal ini?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat. "Aku tidak terganggu sama sekali. Bukannya aku sudah terbiasa dengan hal ini."
"Tidak sopan, Elang." Tangan Elang diturunkan dari pundak Kiara.
Elang seolah mendengus kesal. "Kiara, aku nanti dan sampai besok mau pergi ke luar kota karena ada undangan pertandingan persahabatan. Jadi, nanti aku tidak bisa mengantar kamu pulang karena aku ada latihan."
"Iya, tidak apa-apa, Elang."
"Kamu pulang denganku saja, Ara."
"Tidak perlu, Mega. Aku pulang jalan kaki saja karena aku mau ke toko roti ibuku. Aku mau membantu ibuku di sana karena kebetulan kita sudah tidak ada ulangan."
"Lalu, nanti kamu jadi ke rumahku untuk meminjam buku?"
"Oh iya! Aku hampir lupa."
"Memangnya kamu mau meminjam buku apa?"
"Buku soal-soal untuk latihan ujian nasional. Buku itu kan ada tiga buah dan aku tidak punya ketiganya. Mega ternyata punya bekas saudara sepupunya yang baru saja lulus dan dia dibelikan sendiri oleh mamanya."
"Iya, aku mau berikan pada Kiara daripada dia harus membelinya karena harganya yang lumayan mahal. Lebih baik pakai punyaku itu."
"Memang berapa harganya? Biar aku yang belikan."
"Tidak mau, Elang. Kamu mau meminta pada mamamu? Yang ada nanti aku dikira gadis matre yang mengincar harta kamu."
"Tentu saja aku tidak akan meminta mamaku, Ara. Aku punya uang sendiri dari hasil memenangkan pertandingan baseball ini."
"Kamu simpan saja baik-baik uangmu. Bukannya kamu ingin membeli motor baru untuk nanti digunakan saat kuliah."
Pemuda dengan lesung pipinya itu mencubit kecil hidung kekasihnya. "Iya, supaya aku bisa mengantar jemput kamu nantinya saat kita kuliah bersama."
Wajah Kiara seketika terdiam mendengar hal itu. Mega sang sahabat yang melihatnya tau kenapa wajah Kiara seperti itu.
"Kamu pasti bisa kuliah, Ra. Kamu gadis yang cerdas, dan yakinlah siapa tau nanti kamu dapat undangan untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang kamu inginkan." Mega memeluk sahabatnya itu.
"Semoga saja, tapi kamu tau sendiri jika ibuku juga sedang sakit dan harus berobat tiap bulan. Apa lagi biaya setiap kontrolnya lumayan mahal. Jadi, aku juga tidak terlalu berharap nanti bisa kuliah."
"Kalau kamu tidak kuliah, aku juga tidak akan kuliah. Aku akan mencari pekerjaan saja atau meneruskan bisnis restoran ayahku."
"Jangan bicara seperti itu, Elang. Bukannya kamu juga bercita-cita ingin membuka sebuah brand atas nama kamu," terang Mega.
"Iya, Lang, kamu jangan ikut-ikutan sepertiku. Orang tua kamu susah payah menyekolahkan dan nanti menguliahkan kamu agar bisa dibanggakan. Jangan karena kita berpacaran aku nanti jadi pengaruh buruk buat kamu."
"Kamu bukan pengaruh buruk buat aku, Sayang. Kamu adalah inspirasi dan semangatku." Tangan Elang mengusap pipi Kiara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Uthie
keep dulu ya 🙏
2023-11-28
0
Sophia Aya
mampir thor
2023-10-17
0
Jeny Juwan Alfa
rata2 novel seperti ini klu perempuan jaga diri bnget sampai pcran udh 3thn gk prnh ciuman bibir hhhha 😀 tp klu laki2 kebanyakan di novel udh gk orisinil suka mlz baca blum selesai udh skip aja.mudah2 an ini beda Ama yg lain ya Thor .
2023-06-18
2