NovelToon NovelToon

Be Mine

Kisah Cinta Kiara

"Hai, Baby." Sebuah kecupan lembut mendarat pada pipi putih mulus seorang gadis yang sedang duduk melamun.

"Elang? Jangan mencium seenak seperti itu! Apa lagi ini di lingkungan sekolah." Matanya seketika mengedar ke segala arah. Gadis itu takut jika ada guru yang melihat adegan itu.

"Kamu ini kenapa? Kita ini sepasang kekasih. Jadi, kamu tidak perlu takut seperti itu."

"Bukannya takut, Lang, tapi ini di lingkungan sekolah dan aku tidak mau kalau sampai dianggap tidak sopan."

"Sayang, semua juga sudah tau kalau kita pacaran, bahkan guru di sini juga sudah tau. Ara sayang, kita ini sudah berpacaran dari kelas satu sampai sekarang kita naik kelas tiga. Kita saja bahkan tidak pernah berciuman. Kenapa? Apa kamu tidak benar-benar cinta sama aku?"

Gadis bernama Kiara itu tampak bingung. Dia memang tidak pernah berciuman dengan kekasihnya walaupun mereka sudah hampir tiga tahun berpacaran.

Prinsip Kiara adalah ingin berpacaran secara sehat, walupun sebenarnya juga bisa dibilang tidak sehat karena mereka juga berpegangan tangan, saling peluk dan bahkan mencium pipi, hanya saja Kiara benar-benar tidak mau kalau sampai berciuman karena nanti pasti akan minta lebih. Setidaknya itu yang ibu Kiara bilang dan gadis itu turuti.

"Aku cinta sama kamu, Lang, tapi aku minta maaf jika tidak bisa melakukan hal itu. Nanti saja jika kita menikah dan aku pasti akan mau melakukan semuanya." Kiara meringis.

"Hm...! Kalau itu jelas kamu harus melakukan, Ara. Kalau tidak mau, aku cari gadis lainnya nantinya."

"Oh ... jadi kamu nanti mau mencari gadis lain kalau aku tidak mau berciuman sama kamu?"

"Eh! Bukan seperti itu. Maksudku, kalau nanti kita sudah menikah." Tangan pemuda itu mengusap-usap kepala kekasihnya dengan lembut. Mereka tampak terlihat tertawa senang.

Dari kejauhan tampak sepasang mata sedang melihat kejadian itu dengan wajah marah. Tangannya pun mengepal erat pada dinding kelas.

"Aku akan membuat kalian berpisah. Kalian berdua itu tidak cocok sama sekali." Tangannya memukul pada dinding kelas dan dia pergi dari sana.

Bel masuk berbunyi. Semua murid masuk ke dalam kelas dengan tertib.

Wanita cantik dengan kacamata putih dan rambut diikat rapi itu berdiri di depan kelas dengan tangan membawa beberapa lembar kertas ujian yang sudah dinilai.

"Saya akan membagikan hasil ulangan matematika yang kemarin baru saja kalian kerjakan, tapi sebelumnya, saya akan mengucapkan selamat kepada salah satu teman kalian yang mendapatkan nilai matematika paling sempurna dari seluruh hasil ulangan semua siswa di sekolah ini.

Terdengar suara riuh anak-anak di dalam kelas. "Dia pasti anaknya salah satu guru di sini, jadi dia bisa mendapat nilai yang bagus."

"Sayangnya kamu salah, si rambut jambul," ucap wanita yang tak lain adalah wali kelas di kelas 3 Bahasa Indonesia 1 ini.

"Rambut jambul?" Semua anak-anak menertawakan murid yang memang selalu tampil dengan rambut yang disisir agak naik dan selalu rapi dari baru masuk sekolah, hingga pulang sekolah. Itu rambut masih selalu tegak berdiri jambulnya.

"Kiara, kamu mendapatkan nilai sempurna."

"Hah?" Kiara mendelik bahkan sampai mulutnya menganga. "Sa-saya, Bu?" tanya Kiara tidak percaya.

"Wah ...! Kekasihnya si kapten baseball ternyata. Aku minta traktir Elang nanti."

"Hei! Apa hubungannya, Dion? Kamu jangan aneh-aneh!" seru Kiara dengan mata mendelik.

"Ada hubungannya Kiara. Anggap saja merayakan keberhasilan kekasihnya."

"Iya, aku nanti juga mau minta traktir," tambah seorang gadis yang duduk satu bangku dengan Kiara yang tak lain adalah sahabat Kiara.

"Mega! Kenapa kamu malah ikut-ikut?"

"Memangnya kenapa? Kapan lagi aku mendapatkan traktiran kapten baseball kita?"

Kiara memutar bola matanya jengah. "Kamu beli sendiri, kan, juga bisa Mega."

Bel pulang dibunyikan. Kiara berjalan keluar kelas dengan menggandeng tangan sahabatnya.

"Hai, Baby." Tangan Elang memeluk pundak kekasihnya itu."

"Elang, jangan begini, ada Mega. Apa kamu tidak malu?"

"Kenapa harus malu? Mega, apa kamu terganggu melihat hal ini?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat. "Aku tidak terganggu sama sekali. Bukannya aku sudah terbiasa dengan hal ini."

"Tidak sopan, Elang." Tangan Elang diturunkan dari pundak Kiara.

Elang seolah mendengus kesal. "Kiara, aku nanti dan sampai besok mau pergi ke luar kota karena ada undangan pertandingan persahabatan. Jadi, nanti aku tidak bisa mengantar kamu pulang karena aku ada latihan."

"Iya, tidak apa-apa, Elang."

"Kamu pulang denganku saja, Ara."

"Tidak perlu, Mega. Aku pulang jalan kaki saja karena aku mau ke toko roti ibuku. Aku mau membantu ibuku di sana karena kebetulan kita sudah tidak ada ulangan."

"Lalu, nanti kamu jadi ke rumahku untuk meminjam buku?"

"Oh iya! Aku hampir lupa."

"Memangnya kamu mau meminjam buku apa?"

"Buku soal-soal untuk latihan ujian nasional. Buku itu kan ada tiga buah dan aku tidak punya ketiganya. Mega ternyata punya bekas saudara sepupunya yang baru saja lulus dan dia dibelikan sendiri oleh mamanya."

"Iya, aku mau berikan pada Kiara daripada dia harus membelinya karena harganya yang lumayan mahal. Lebih baik pakai punyaku itu."

"Memang berapa harganya? Biar aku yang belikan."

"Tidak mau, Elang. Kamu mau meminta pada mamamu? Yang ada nanti aku dikira gadis matre yang mengincar harta kamu."

"Tentu saja aku tidak akan meminta mamaku, Ara. Aku punya uang sendiri dari hasil memenangkan pertandingan baseball ini."

"Kamu simpan saja baik-baik uangmu. Bukannya kamu ingin membeli motor baru untuk nanti digunakan saat kuliah."

Pemuda dengan lesung pipinya itu mencubit kecil hidung kekasihnya. "Iya, supaya aku bisa mengantar jemput kamu nantinya saat kita kuliah bersama."

Wajah Kiara seketika terdiam mendengar hal itu. Mega sang sahabat yang melihatnya tau kenapa wajah Kiara seperti itu.

"Kamu pasti bisa kuliah, Ra. Kamu gadis yang cerdas, dan yakinlah siapa tau nanti kamu dapat undangan untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang kamu inginkan." Mega memeluk sahabatnya itu.

"Semoga saja, tapi kamu tau sendiri jika ibuku juga sedang sakit dan harus berobat tiap bulan. Apa lagi biaya setiap kontrolnya lumayan mahal. Jadi, aku juga tidak terlalu berharap nanti bisa kuliah."

"Kalau kamu tidak kuliah, aku juga tidak akan kuliah. Aku akan mencari pekerjaan saja atau meneruskan bisnis restoran ayahku."

"Jangan bicara seperti itu, Elang. Bukannya kamu juga bercita-cita ingin membuka sebuah brand atas nama kamu," terang Mega.

"Iya, Lang, kamu jangan ikut-ikutan sepertiku. Orang tua kamu susah payah menyekolahkan dan nanti menguliahkan kamu agar bisa dibanggakan. Jangan karena kita berpacaran aku nanti jadi pengaruh buruk buat kamu."

"Kamu bukan pengaruh buruk buat aku, Sayang. Kamu adalah inspirasi dan semangatku." Tangan Elang mengusap pipi Kiara.

Kesayangan Kiara

Gadis dengan seragam sekolahnya itu membawa nampan yang berisi banyak sekali kue dan dia menatanya di etalase.

Setelah selesai menata semua kuenya dia hendak ke dapur lagi, tapi langkahnya terhenti karena melihat seorang wanita paruh baya sedang duduk dengan mengatur napasnya.

"Ibu kenapa? Apa obatnya sudah di minum?"

"Sudah ibu minum, Nak. Ibu hanya lelah saja."

"Kalau Ibu tidak enak badan, kenapa tadi memaksakan membuka toko kuenya? Ibu bisa istirahat saja di rumah."

"Tidak apa-apa, Nak. Toko kue ini harus tetap buka. Kita membutuhkan uang supaya kamu bisa kuliah nantinya."

Gadis manis yang berdiri di belakang Ibunya sembari memijit pundak wanita yang terlihat sedang tidak sehat itu.

"Bu, kalau tidak ada uang, aku juga tidak mau memaksa untuk kuliah dulu. Aku bekerja saja di toko kue ini, nanti aku bisa sedikit-demi sedikit mengumpulkan uang untuk kuliah."

"Kamu jangan berkata seperti sudah menyerah saja sebelum perang. Kita berjuang dulu, baru nanti biar Tuhan uang menentukan hasilnya."

Kiara atau yang biasa dipanggil Ara duduk di sebelah ibunya. Tangannya pun menjulur memeluk tubuh kecil ibunya.

"Aku tidak mau gara-gara mencari uang untuk kuliahku, Ibu sampai melupakan tentang kesehatan Ibu. Aku lebih baik tidak kuliah, daripada biaya untuk Ibu kontrol setiap bulan tidak ada. Bu, hanya Ibu di dunia ini yang aku punya."

Wanita itu membalas pelukan putrinya. "Ibu akan tetap bisa kontrol karena masih ada uang tabungan simpanan dari mendiang ayahmu."

"Bu, jangan memikirkan tentang kuliahku. Pokoknya uang untuk kontrol dan obat ibu ada, aku sudah sangat bersyukur." Gadis itu memeluk ibunya dan memberikan kecupan kecil pada pipi ibunya.

"Ada pembeli. Ibu duduk diam di sini dan biar aku yang melayani."

Gadis itu berdiri dan melayani salah satu pembeli di sana. "Selamat siang."

"Hem!" Pria itu melepas kacamata hitamnya dan menunduk melihat kue yang ada di etalase. "Aku mau kue coklat yang ada kacang almondnya."

"Bu, tadi Ibu bilang kalau kue coklat yang ada almondnya sudah ada yang memesan, ya?"

"Iya, Nak, Ibu lupa tadi tidak ibu sendirikan." Wanita itu beranjak dan berdiri di depan pria yang ingin membeli kue itu.

"Kalau begitu, apa ada kue coklat lainnya yang seperti ini? Kekasihku sangat menyukai kue buatanmu."

"Terima kasih, tapi hari ini kue itu sudah habis dan mungkin lusa aku baru bisa membuatnya lagi. Aku minta maaf ya, Nak."

"Ibuku sedang tidak sehat. Jadi, tidak bisa membuat kue lebih banyak."

Wajah pria itu terlihat agak kecewa. "Bagaimana kalau kue lainnya. Ini ada produk baru di sini. Cup cake red velvet, dan rasanya tidak kalah enak dengan kue coklat itu," jelas ibunya Kiara.

Pria itu terdiam sejenak. "Dia tidak akan suka karena jika dia sudah suka akan satu benda maka, dia tidak akan mudah menyukai lainnya."

"Dia wanita yang setia kalau begitu," seloroh Kiara. Pria itu seketika menatap pada Kiara. "Maaf."

"Dia memang wanita yang setia, dan wanita seperti itu pantas dijadikan seorang istri."

Tidak lama pintu dibuka oleh dua orang yang adalah pembeli. Dua orang itu tampak saling bercanda dengan mesra, bahkan tangan si wanita memeluk erat lengan tangan pria yang mungkin adalah kekasihnya.C3

"Selamat siang," sapa Kiara sembari memberikan senyuman seperti apa yang ibunya pesankan.

Pria di samping Kiara menoleh dan seketika tatapannya berubah tajam. "Selena? Siapa pria ini?"

"Arthur? Ke-kenapa kamu ada di sini?" Wanita itu seketika melepaskan pelukan tangannya dari pria yang datang bersamanya, ekspresi wajahnya pun berubah pucat bingung.

"Kamu siapa?" Tangan pria yang dipanggil Arthur itu seketika mencengkeram leher pria yang memakai kacamata putihnya.

"Arthur, lepaskan dia." Tangan wanita itu mencoba melepaskan cengkraman yang diduga kekasih wanita cantik dengan rok sepan yang memiliki belahan di sebelah kiri.

Pria itu seketika melepaskan cengkramannya dan pria yang memakai kacamata itu mencoba mengambil napas. "Aku calon suami dari Selena. Kamu itu siaoa?"

"Oh ... jadi kamu calon suaminya? Aku kekasih dari Selena."

"Aku tau kamu karena Selena sudah menjelaskan siapa dirimu. Hubungan kalian sudah berakhir dan Selena akan menikah denganku karena dia mencintaiku."

Arthur menatap kedua orang di depannya itu dengan tajam. Sebuah tonjokan keras tepat pada wajah pria tinggi dan putih itu. Semua yang di sana tampak terkejut.

"Hentikan, Arthur!"

Pria berkacamata itu tidak terima dan di membalas pukulan Arthur.

Selena mencoba melerai mereka, dia menarik tangan kekasih berkacamatanya.

"Jangan berkelahi! Kiara yang spontan langsung menarik tangan Arthur dan dia juga sampai memeluk tubuh besar Arthur karena Arthur susah sekali ditahan tangannya.j

"Lepaskan!"

"Tidak mau! Jangan berkelahi di toko kue ibuku, nanti banyak yang rusak." Kiara masih menahan Arthur.

"Lepaskan! Jika ada yang rusak akan aku ganti rugi semuanya! Bahkan kamu bisa aku beli!" serunya marah.

Ibu Kiara yang bernama Kinanti menyuruh wanita itu membawa kekasihnya pergi dari sana agar tidak terjadi pertengkaran yang lebih besar.

Keadaan di sana agak tenang setelah wanita bernama Selena dan kekasihnya itu pergi. Arthur dengan tatapan kesal dan marahnya malah ditujukan pada Kiara. Kiara malah mengkerutkan alisnya ditatap seperti itu.

Langkah besar Arthur pergi dari toko kue itu. Kiara dan ibunya dapat bernapas lega melihat hal itu karena tidak akan ada keributan di sana.

"Sebenarnya kasihan ya, Bu, pria itu."

"Iya. Dia sepertinya sangat mencintai kekasihnya, tapi malah kekasihnya bersama dengan pria lain."

Kiara mengangguk. "Dahal barusan aku bilang jika dia memiliki kekasih yang setia, tapi ternyata aku salah."

"Memang kita tidak dapat menilai sesuatu dengan begitu mudahnya. Semua harus benar-benar dilihat dulu."

Kiara membantu ibunya hingga sore dan saat sore ibunya menyuruh dia pulang karena katanya mau meminjam buku ke rumah temannya--Mega.

Di toko kue ibu Kiara, dia memiliki satu orang pegawai namanya Tami, dia tetangga sebelah rumah Kiara yang hidup merantau di kota besar dan akhirnya menjadi pegawai di toko kue milik ibu Kiara karena Tami susah sekali mencari pekerjaan.

"Sepertinya di sini alamat rumah ini." Kiara tampak bingung berdiri di antara banyak perumahan yang bentuknya hampir sama.

Kiara sampai di depan rumah dengan cat warna putih berpadu dengan coklat. Dia melihat rumah itu memiliki taman yang banyak sekali bunga mawar putih.

"Rumah ini, rumah siapa? Kenapa Mega menyuruhku datang ke rumah ini? Apa ini rumah sepupu Mega yang mempunyai buku itu?"

Ponsel Kiara berbunyi dan dia melihat nama Mega di sana. "Kiara, kamu sudah sampai?"

"Iya, kamu di mana? Kenapa rumah kamu tampak sepi begini?"

Mimpi Buruk Kiara

Mega menyuruh Kiara masuk saja ke rumahnya karena di sana ada kakak Mega yang mungkin sedang tidur.

"Ini rumah siapa sih sebenarnya, Mega?"

"Itu rumah lama mama dari kakak aku, dia kalau pulang ke sana, jarang sekali pulang ke rumah dan bukunya aku taruh di sana karena jaraknya lebih dekat dari rumahmu, daripada kamu ke rumahku yang agak jauh dari rumahmu."

"Ya sudah, kalau begitu aku ketuk saja pintunya. Kamu jangan lama-lama datangnya."

"Iya, ini aku masih di pusat perbelanjaan sama mamaku. Nanti aku langsung ke sana, tapi kalau kamu terburu-buru, minta tolong kakakku saja untuk mengambilkannya. Kakakku sudah aku beritahu di mana bukunya."

"Iya, bawel. Ya sudah kalau begitu aku tunggu kamu saja di rumahmu."

Kiara mengetuk pintu, tapi tidak ada yang membuka pintunya. Kiara melihat pintu rumah yang tidak tertutup rapat.

"Ceroboh sekali kakak Mega ini. Kenapa dia tidak menutup bahkan mengunci pintunya dengan benar?"

Kiara membuka pintunya sedikit dan mengatakan selamat sore dari tadi, tapi lagi-lagi dia tidak mendengarkan jawaban dari dalam rumah.

Pyar ...

Bruk!

Kiara dikagetkan dengan suara benda jatuh dari dalam rumah. "Suara apa itu?" Kiara melangkah lebih dalam lagi masuk ke dalam rumah. "Apa ada maling yang masuk dan melukai kakaknya Mega?"

Kiara yang cemas segera mencari sesuatu untuk dia jadikan alat pemukul jika memang ada maling yang masuk ke dalam rumah.

Dia kembali ke luar dan ada sapu di sana. Kiara membawa sapu yang nanti bisa dia pukulkan pada pencuri itu.

Kiara mendengar suara pecahan di kamar atas dan dia naik perlahan-lahan. Ada dua kamar di sana dan ada satu pintu dengan tulisan toilet.

Kiara mendengar suara lagi dari kamar yang memiliki pintu besar. "Aku takut sebenarnya, tapi siapa tau kakaknya Mega ada apa-apa." Kiara membuka pintu dan kedua netranya disambut oleh hal yang membuat dia terkejut. Banyak sekali barang berserakan dan ada seorang pria terduduk di bawah tempat tidur dengan telapak kaki berlumuran darah.

"Ya Tuhan! Ada apa ini?" Kiara mencoba mendekat pada pria itu dan Kiara kaget saat kepala pria itu mendongak melihat pada Kiara.

"Untuk apa kamu ke sini?"

"Kamu bukannya pria yang tadi di toko kue itu? Nama kamu Arthur, kan?"

Pria itu berdiri dan Kiara tampak agak takut melihat wajah Arthur yang terlihat menyeramkan.

"Kenapa kamu harus mengkhianati aku? Padahal aku ingin menikahimu. Jawab!" bentaknya marah sembari kedua tangannya menekan erat pada kedua lengan Kiara.

Gadis itu meringis menahan sakit karena cengkraman erat dari tangan besar Arthur. "Aku bukan kekasihmu. Aku Kiara, gadis yang menjual kue di mana tadi kita bertemu di toko ibuku. Lepaskan aku!"

Kiara mencoba berontak, tapi hal itu malah membuat Arthur merasa dia ditolak dan tentu saja emosi Arthur semakin menjadi.

Arthur menghempas tubuh mungil Kiara dia atas tempat tidurnya, dan dengan cepat Arthur menindihnya.

Kiara mendelik melihat wajah pria tepat di atasnya. "Arthur, kamu kebanyakan minum. Sadarlah! Aku bukan kekasihmu." Kiara mencoba berontak dengan sekuat tenaga. Bahkan Kiara menendang perut Arthur sampai pria itu tersungkur. Kiara berhasil terlepas dari kungkungan pria itu dan hendak berlari menuju pintu keluar.

Namun, langkah Arthur lebih cepat, dan dia bahkan tidak merasakan kakinya yang sakit karena terkena pecahan gelas minumannya.

"Kamu tidak bisa menolakku, akan aku buktikan jika aku lebih hebat dari selingkuhan kamu itu." Setelah mengatakan hal itu. Arthur menutup pintunya dan dengan cepat menguncinya, dia kemudian menggendong tubuh Kiara ala karung beras. Kiara memukuli punggung Arthur beberapa kali meminta untuk dilepaskan. Arthur sekali lagi melemparkannya di atas ranjang besarnya. Kiara berteriak, tapi sayang teriakannya tidak berlangsung lama karena mulutnya sudah dibungkam oleh mulut Arthur.

Pria itu dengan liar menciumi Kiara hingga Kiara susah bernapas.

"Hentikan, aku mohon!"

Kiara mencoba menendang sekali lagi, tapi Arthur seolah bisa menahannya. Kiara semakin takut saat melihat wajah pria di atasnya itu berubah lebih menyeramkan lagi.

"Aku menginginkan kamu." Arthur saat ini merasakan hal yang dia sendiri tidak pernah rasakan, tapi dia ingin sekali melepaskan apa yang terjadi pada tubuhnya. Mungkin ini karena efek dari vodka yang dia minum.

Perlawanan pun terjadi. Gadis dengan tubuh mungil itu mati-matian berusaha melawan pria yang dia tau apa yang ingin dilakukan Arthur padanya, tapi bagaimana dia berusaha, kekuatan seorang Arthur dengan postur tinggi gagah tidak mungkin dia kalahkan.

Arthur sudah membuat tubuh Kiara polos di bawahnya dan Arthur yang sudah diliputi iblis pun mulai melakukan aksinya.

Pergulatan yang tidak diharapkan oleh Kiara pun akhirnya terjadi. Gadis itu menangis meratapi nasib buruk yang sedang menimpanya. Dia tidak menyangka akan mendapat mimpi buruk seperti ini.

Teriakannya pun terdengar serak dan dia hanya bisa menahan sesuatu yang menyakitkan yang sedang Arthur perbuat padanya.

Arthur pun sebenarnya tidak sadar dengan perbuatan iblis yang sedang dia lakukan. Dia hanya ingin menuntaskan apa yang membuat hati dan tubuhnya terasa sangat menyiksa.

Arthur terbaring di samping Kiara yang meneteskan air matanya. Dia ingin berteriak sangat keras, tapi suaranya tidak mau keluar.

Kiara mencoba bangun dan ingin sekali menjauh dari tubuh pria yang malah tertidur di sampingnya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ibu ...!" suara teriakan Kiara benar-benar sudah tidak bisa terdengar. Dia menangis dengan memeluk kedua lututnya.

Kiara mendengar suara ponselnya dan dia terkejut. Kiara mengambil tasnya dan melihat ada nama ibunya di sana.

"Ibu! Tidak aku tidak boleh membuat ibu cemas." Kiara mengecilkan suara volume ponselnya dan dia dengan menahan rasa sakit pada kedua pahanya memunguti bajunya. Kebetulan dia memakai sweater panjang dan celana legging, apa lagi Arthur tidak sampai membuat bajunya terkoyak.

Kiara bingung melihat pada punggung pria yang baru saja mengambil hal berharga dalam hidupnya.

"Apa aku tusuk saja dia sampai mati? Tidak, aku tidak bisa melakukanya. Bagaimana dengan ibuku nanti?" Kiara memilih pergi saja dari sana karena dia tidak ingin berlama-lama melihat devil yang tak lain adalah Arthur.

Kiara keluar dari rumah itu setelah memastikan keadaan di luar sepi dan aman. Kiara segera mengendarai motor lamanya dan pergi dari sana.

Sepanjang perjalanan, Kiara hanya bisa meneteskan air mata mengingat kejadian yang baru saja dia alami. Kiara benar-benar jijik dan membenci dirinya sendiri saat ini.

"Ibu, aku membutuhkan ibu," ujar Kiara dengan air mata yang masih menetes.

Perasaan Kiara yang sedang terguncang membuat dia hampir saja menabrak sebuah mobil. Kiara kaget dan terdiam di atas motornya.

Pemilik mobil berwarna putih itupun keluar dan mencoba memeriksa keadaan.

"Kamu tidak apa-apa, Kan?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!