Arthur tersadar dari lamunannya saat tangan temannya menepuk pundak sebelah kirinya. Gio tampak melihat dengan iba pada Arthur.
"Kamu sabar saja. Di dunia ini masih banyak wanita yang lebih baik dari Selena, dan kamu tidak perlu memikirkan terus tentang wanita itu."
"Apa maksud kamu?"
Wajah Gio tampak kaget. "Bukannya kamu sudah tau jika Selena berselingkuh dengan pria lain? Pria itu yang aku tau adalah sahabatnya dulu."
Perkataan Gio membuat Arthur kembali teringat masalahnya dengan Selena. "Aku memang sudah tau hal itu, bahkan aku tadi bertemu dengan mereka di toko kue."
"Aku juga bertemu dengan mereka di rumah kakekku. Mama Selena memperkenalkan pria itu sebagai calon menantunya."
Arthur tersenyum miring. "Saudara sepupumu memang wanita yang penuh kejutan."
"Aku juga tidak begitu mengenalnya, bahkan aku kaget saat tau dia menjalin hubungan denganmu."
"Aku mencintainya, tapi dia malah berbuat hal menyakitkan seperti itu."
"Dia itu hanya mempermainkanmu saja. Bersyukurlah kamu tidak jadi menikahinya."
"Tapi aku sangat mencintainya, Gio."
"Terimalah jika dia bukan jodohmu. Masih banyak wanita jauh lebih baik dari Selena." Sekali lagi Gio menepuk pundak temannya itu.
Gio melihat pada tangan Arthur yang memegang sebuah gelang. "Ini punya siapa?" Gio mengambil gelang itu dan melihat ada tulisan Ara di sana.
"Gio, aku tidak tau siapa gadis yang sudah aku ambil kehormatannya." Arthur memperlihatkan noda darah di atas seprei putihnya.
"Oh my God! Apa yang sudah kamu lakukan, Arthur?"
"Aku tidak tau."
"Kalau kamu memang mau melampiaskan kemarahanmu, kenapa tidak membeli saja wanita penghibur?"
"Enak saja! Siapa yang mau ditemani wanita penghibur? Aku bahkan tidak pernah pergi ke tempat seperti yang sering kamu datangi."
Arthur beranjak dari tempatnya dan dia mencoba mengingat sesuatu, tapi tetap saja dia tidak bisa mengingatnya.
"****! Siapa gadis itu?" Arthur kesal pada dirinya sendiri.
"Kamu benar-benar gila, kawan, kenapa sampai bisa merenggut kehormatan seorang gadis yang tidak kamu kenal?"
"Aku benar-benar tidak tahu, Gio. Aku yang sedang marah dan kesal pada Selena memilih minum agar bisa menghilangkan semua masalah yang sedang aku hadapi, tapi minuman itu sekarang malah membuatku dalam masalah baru dan besar." Arthur mengeratkan kepalan tangannya.
"Tapi bagaimana gadis itu bisa nyasar ke sini dan menjadi pelampiasanmu?"
"Aku benar-benar tidak tau."
"Arthur, aku takut jika dia nanti melapor bahwa kamu sudah melakukan hal yang buruk padanya. Bagaimana dengan reputasimu selama ini? Apa lagi kamu baru saja masuk ke salah satu majalah bisnis internasional sebagai pengusaha muda yang sukses."
Arthur melihat pada Gio. Dia tidak mungkin membuat kerja kerasnya selama ini hancur jika hal ini sampai diketahui oleh orang lain, apa lagi orang yang tidak suka pada kesuksesan Arthur.
"Aku akan mencari tau siapa gadis yang sudah bercinta denganku itu dan akan aku tawarkan sejumlah uang agar dia mau melupakan semua kejadian yang terjadi padanya.
"Kalau saja rumah kamu ada CCTVnya pasti akan mudah mencarinya."
"Aku akan menemukan gadis itu secepatnya Gio dan akan aku tanya apa mau dia agar tutup mulut. Aku akan memberikan semua yang dia mau asal jangan sampai dia merusak kehidupanku."
Tidak lama terdengar suara panggilan dari luar dan Arthur mengenali suara panggilan itu. "Adik kamu. Arthur, sebaiknya dia jangan sampai melihat semua ini, atau masalahmu akan semakin besar. Aku akan turun dulu untuk menemui adikmu."
Gio menyapa Mega. Mega agak kaget ada sahabat kakaknya di rumah itu. "Kak Gio di sini? Kakakku mana?" Mega menaruh beberapa barang bawaannya dan celingukan mencari sesuatu.
"Arthur masih ada di kamarnya, sepertinya keadaan kakak kamu sedang tidak baik."
"Kenapa sama kakakku? Tadi aku datang dia baik-baik saja?"
"Patah hati, dia ditinggal selingkuh kekasihnya. Kamu tidak tau?"
Mega menggelengkan kepalanya. "Kak Selena itu, kan? Dia, kan, saudara sepupu Kak Gio? Jahat sekali." Lirik sinis Mega.
"Lah! Kenapa jadi aku yang kena tatapan sinis seperti itu. Bukan aku yang memutuskan kakak kamu." Gio duduk santai di atas sofa yang ada di ruang tamu.
"Sekarang, bagaimana keadaan Kak Arthur?"
"Dia--." Gio tampak berpikir.
Mega mengerutkan kedua alisnya. "Kenapa lama sekali menjawabnya? Apa kakakku berusaha melukai dirinya sendiri?"
Mega yang khawatir hendak berlari ke kamar kakaknya, tapi dengan cepat di cegah oleh Gio karena Gio tidak mau kalau sampai Mega tau keadaan kamar Arthur, apa lagi melihat noda darah itu.
"Kamu di sini saja. Nanti dia turun dan kamu jangan khawatir karena dia tidak akan melukai dirinya sendiri. Kakak kamu itu bukan orang yang berpikiran pendek."
Mega tampak terdiam sembari manggut-manggut perlahan. "Eh! Apa tadi tidak ada temanku yang datang ke sini?" Mega ini kenapa baru ingat tentang Kiara yang janjian sama dia?"
Gio agak kaget. "Teman kamu? Siapa namanya? Cewek?"
"Iyalah! Temen aku itu aku suruh ke sini karena dia mau meminjam buku, tapi kenapa dia tidak ada? Dahal tadi aku suruh dia menunggu kalau tidak terburu-buru. Apa bukunya sudah dia ambil?"
Gio sekarang tau siapa gadis yang sudah menjadi korban kehormatan yang direnggut oleh Arthur.
"Dia namanya siapa? Apa dia cantik? Kenalkan padaku," pancing Gio yang ingin memastikan nama gadis teman Mega apa sama dengan nama gelang yang Arthur temukan.
"Namanya Kiara dan dia sudah punya kekasih. Jadi, jangan berharap berkenalan dengannya karena sahabat aku itu orangnya setia dengan kekasihnya."
"Kiara?" Gio bingung. Apa Kiara itu adalah Ara? Atau ini gadis yang berbeda, atau malah sama?
Mega melihat aneh pada sahabat kakaknya itu. "Kak Gio kenapa? Tidak perlu merasa kecewa begitu mengetahui tentang sahabatku si Ara itu. Bukannya Kamu Gio banyak sekali memiliki kekasih." Mega mengambil belanjaannya dan pergi menuju dapur yang jadi satu dengan ruang makan.
"Ara?" Gio seketika kaget dan dia cepat-cepat melangkah mengikuti Mega ke dapur.
Mega mengeluarkan beberapa buah-buahan segar dan roti serta susu. "Ara? Jadi, nama panggilan sahabat kamu itu Ara?" tanya Gio penasaran.
Mega melihat aneh dan heran pada Gio yang seolah dari tadi membahas tentang Kiara. "Kakak ini kenapa, sih? Kenapa seperti penasaran sekali sama sahabat aku itu?" Mega melihat serius pada Gio.
Gio langsung mengubah ekspresi wajahnya. "Siapa yang penasaran? Tapi memang iya aku penasaran karena saat kamu menyebutkan nama Kiara, nama itu mirip mantan terindahku dulu."
"Mantan terindah? Kalau indah, kenapa harus jadi mantan? Dasar playboy tingkat planet mars," seloroh Mega sembari melengos pergi menuju lemari es.
"Memang ada playboy tingkat planet mars?"
"Ada. Itu sebutan versiku sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments