Gadis dengan seragam sekolahnya itu membawa nampan yang berisi banyak sekali kue dan dia menatanya di etalase.
Setelah selesai menata semua kuenya dia hendak ke dapur lagi, tapi langkahnya terhenti karena melihat seorang wanita paruh baya sedang duduk dengan mengatur napasnya.
"Ibu kenapa? Apa obatnya sudah di minum?"
"Sudah ibu minum, Nak. Ibu hanya lelah saja."
"Kalau Ibu tidak enak badan, kenapa tadi memaksakan membuka toko kuenya? Ibu bisa istirahat saja di rumah."
"Tidak apa-apa, Nak. Toko kue ini harus tetap buka. Kita membutuhkan uang supaya kamu bisa kuliah nantinya."
Gadis manis yang berdiri di belakang Ibunya sembari memijit pundak wanita yang terlihat sedang tidak sehat itu.
"Bu, kalau tidak ada uang, aku juga tidak mau memaksa untuk kuliah dulu. Aku bekerja saja di toko kue ini, nanti aku bisa sedikit-demi sedikit mengumpulkan uang untuk kuliah."
"Kamu jangan berkata seperti sudah menyerah saja sebelum perang. Kita berjuang dulu, baru nanti biar Tuhan uang menentukan hasilnya."
Kiara atau yang biasa dipanggil Ara duduk di sebelah ibunya. Tangannya pun menjulur memeluk tubuh kecil ibunya.
"Aku tidak mau gara-gara mencari uang untuk kuliahku, Ibu sampai melupakan tentang kesehatan Ibu. Aku lebih baik tidak kuliah, daripada biaya untuk Ibu kontrol setiap bulan tidak ada. Bu, hanya Ibu di dunia ini yang aku punya."
Wanita itu membalas pelukan putrinya. "Ibu akan tetap bisa kontrol karena masih ada uang tabungan simpanan dari mendiang ayahmu."
"Bu, jangan memikirkan tentang kuliahku. Pokoknya uang untuk kontrol dan obat ibu ada, aku sudah sangat bersyukur." Gadis itu memeluk ibunya dan memberikan kecupan kecil pada pipi ibunya.
"Ada pembeli. Ibu duduk diam di sini dan biar aku yang melayani."
Gadis itu berdiri dan melayani salah satu pembeli di sana. "Selamat siang."
"Hem!" Pria itu melepas kacamata hitamnya dan menunduk melihat kue yang ada di etalase. "Aku mau kue coklat yang ada kacang almondnya."
"Bu, tadi Ibu bilang kalau kue coklat yang ada almondnya sudah ada yang memesan, ya?"
"Iya, Nak, Ibu lupa tadi tidak ibu sendirikan." Wanita itu beranjak dan berdiri di depan pria yang ingin membeli kue itu.
"Kalau begitu, apa ada kue coklat lainnya yang seperti ini? Kekasihku sangat menyukai kue buatanmu."
"Terima kasih, tapi hari ini kue itu sudah habis dan mungkin lusa aku baru bisa membuatnya lagi. Aku minta maaf ya, Nak."
"Ibuku sedang tidak sehat. Jadi, tidak bisa membuat kue lebih banyak."
Wajah pria itu terlihat agak kecewa. "Bagaimana kalau kue lainnya. Ini ada produk baru di sini. Cup cake red velvet, dan rasanya tidak kalah enak dengan kue coklat itu," jelas ibunya Kiara.
Pria itu terdiam sejenak. "Dia tidak akan suka karena jika dia sudah suka akan satu benda maka, dia tidak akan mudah menyukai lainnya."
"Dia wanita yang setia kalau begitu," seloroh Kiara. Pria itu seketika menatap pada Kiara. "Maaf."
"Dia memang wanita yang setia, dan wanita seperti itu pantas dijadikan seorang istri."
Tidak lama pintu dibuka oleh dua orang yang adalah pembeli. Dua orang itu tampak saling bercanda dengan mesra, bahkan tangan si wanita memeluk erat lengan tangan pria yang mungkin adalah kekasihnya.C3
"Selamat siang," sapa Kiara sembari memberikan senyuman seperti apa yang ibunya pesankan.
Pria di samping Kiara menoleh dan seketika tatapannya berubah tajam. "Selena? Siapa pria ini?"
"Arthur? Ke-kenapa kamu ada di sini?" Wanita itu seketika melepaskan pelukan tangannya dari pria yang datang bersamanya, ekspresi wajahnya pun berubah pucat bingung.
"Kamu siapa?" Tangan pria yang dipanggil Arthur itu seketika mencengkeram leher pria yang memakai kacamata putihnya.
"Arthur, lepaskan dia." Tangan wanita itu mencoba melepaskan cengkraman yang diduga kekasih wanita cantik dengan rok sepan yang memiliki belahan di sebelah kiri.
Pria itu seketika melepaskan cengkramannya dan pria yang memakai kacamata itu mencoba mengambil napas. "Aku calon suami dari Selena. Kamu itu siaoa?"
"Oh ... jadi kamu calon suaminya? Aku kekasih dari Selena."
"Aku tau kamu karena Selena sudah menjelaskan siapa dirimu. Hubungan kalian sudah berakhir dan Selena akan menikah denganku karena dia mencintaiku."
Arthur menatap kedua orang di depannya itu dengan tajam. Sebuah tonjokan keras tepat pada wajah pria tinggi dan putih itu. Semua yang di sana tampak terkejut.
"Hentikan, Arthur!"
Pria berkacamata itu tidak terima dan di membalas pukulan Arthur.
Selena mencoba melerai mereka, dia menarik tangan kekasih berkacamatanya.
"Jangan berkelahi! Kiara yang spontan langsung menarik tangan Arthur dan dia juga sampai memeluk tubuh besar Arthur karena Arthur susah sekali ditahan tangannya.j
"Lepaskan!"
"Tidak mau! Jangan berkelahi di toko kue ibuku, nanti banyak yang rusak." Kiara masih menahan Arthur.
"Lepaskan! Jika ada yang rusak akan aku ganti rugi semuanya! Bahkan kamu bisa aku beli!" serunya marah.
Ibu Kiara yang bernama Kinanti menyuruh wanita itu membawa kekasihnya pergi dari sana agar tidak terjadi pertengkaran yang lebih besar.
Keadaan di sana agak tenang setelah wanita bernama Selena dan kekasihnya itu pergi. Arthur dengan tatapan kesal dan marahnya malah ditujukan pada Kiara. Kiara malah mengkerutkan alisnya ditatap seperti itu.
Langkah besar Arthur pergi dari toko kue itu. Kiara dan ibunya dapat bernapas lega melihat hal itu karena tidak akan ada keributan di sana.
"Sebenarnya kasihan ya, Bu, pria itu."
"Iya. Dia sepertinya sangat mencintai kekasihnya, tapi malah kekasihnya bersama dengan pria lain."
Kiara mengangguk. "Dahal barusan aku bilang jika dia memiliki kekasih yang setia, tapi ternyata aku salah."
"Memang kita tidak dapat menilai sesuatu dengan begitu mudahnya. Semua harus benar-benar dilihat dulu."
Kiara membantu ibunya hingga sore dan saat sore ibunya menyuruh dia pulang karena katanya mau meminjam buku ke rumah temannya--Mega.
Di toko kue ibu Kiara, dia memiliki satu orang pegawai namanya Tami, dia tetangga sebelah rumah Kiara yang hidup merantau di kota besar dan akhirnya menjadi pegawai di toko kue milik ibu Kiara karena Tami susah sekali mencari pekerjaan.
"Sepertinya di sini alamat rumah ini." Kiara tampak bingung berdiri di antara banyak perumahan yang bentuknya hampir sama.
Kiara sampai di depan rumah dengan cat warna putih berpadu dengan coklat. Dia melihat rumah itu memiliki taman yang banyak sekali bunga mawar putih.
"Rumah ini, rumah siapa? Kenapa Mega menyuruhku datang ke rumah ini? Apa ini rumah sepupu Mega yang mempunyai buku itu?"
Ponsel Kiara berbunyi dan dia melihat nama Mega di sana. "Kiara, kamu sudah sampai?"
"Iya, kamu di mana? Kenapa rumah kamu tampak sepi begini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Ningrum
uppp Kaka thoorrr....ditunggu kelanjutannya
2023-04-08
2