Mengejar Surga

Mengejar Surga

Leonore

Wajah yang masih menunjukkan semangat bekerja hanya mengandalkan senyuman manisnya, Leonore Renata berusia dua puluh lima tahun menuju ke ruang karyawan dan merebahkan tubuh langsingnya sambil memijat ke dua betisnya yang bengkak karena terlalu lam berdiri.

"Astaga betisku bengkak," lirihnya. kurang lebih lima tahun Leonore bekerja disalah satu restoran milik sahabatnya yaitu Anggi. Mereka berdua menjalin persahabatan yang begitu erat sampai membuat para karyawan lain tidak menyukainya namun lambat laun semua karyawan mulai menerima kedekatan Leonore dan Anggi. Hari-hari Leonore di jalani seperti biasa, tidak ada yang spesial baginya melakukan pekerjaan sebagai pelayan di restoran ini.

"Leonore?" panggil Nita.

"Iya Nita, ada apa?" sahut Leonore.

"Kamu dipanggil Mbak Anggi," ucap Nita. Leonore mengiyakan dan langsung naik ke atas ruangan Anggi. Mengetuk sebanyak tiga kali lalu mendapat izin dari sahabatnya itu.

"Masuk!" sahut Anggi dari dalam.

"Ada apa, Mbak?" tanya Leonore lembut.

"Kau aku tugaskan ke lantai dua ruangan B dan bawa menu ini ke sana ya Leonore!" ucap Anggi sambil memberikan menu tersebut kepada Leonore.

"Baik Mbak." Leonore menerima lalu keluar dan langsung menuju ke dapur, hanya menunggu lima menit makanan sudah tersaji begitu rapi dan wangi.

"Hati-hati Leonore, makanan ini jangan sampai rusak!" ucap kepala koki sambil mengingatkan Leonore karena pelanggan yang ingin menikmati makanan ini bukan sembarang pelanggan.

"Baik Bu." Ada rasa bangga yang disukai Leonore jika menjalankan profesi ini di mana ia bisa bertemu dengan orang-orang kalangan atas dan melayani mereka begitu hormat sekali. Leonore mengetuk pintu ruangan B dan lampu hijau menyala pertanda ia boleh masuk ke dalam.

"Silakan Tuan dan selamat menikmati," ucap Leonore hormat lalu mundur beberapa langkah ke belakang. Tanpa menjawab pertanyaan Leonore kedua pria tersebut langsung makan.

Lima belas menit kemudian kedua pria tersebut makan siang begitu lahap sekali dan mereka sesekali mengobrol tentang bisnis. Begitu enaknya mengobrol membuat William Permana melupakan sesuatu karena memakan makanan yang tidak bisa dimakannya lalu akan membuat si pelayan akan terjebak dengannya.

"Indra tolong aku!" ucap William menahan tenggorokannya yang tercekat lalu tidak sadar seketika langsung tergeletak di lantai begitu saja.

"William, Tuan!" ucap Leonore dan Indra bersamaan. Sekilas Indra melihat makanan yang baru saja dimakan William kedua bola matanya melotot dan tidak percaya. Makanan yang tersaji merupakan hal yang tidak bisa dimakan oleh sahabatnya itu.

"Kau harus ikut dengan kami!" ucap Indra tajam.

"Tapi Tuan-" Indra dengan cepat langsung memotong dengan cepat.

"Cepat bawa William ke rumah sakit!" bentaknya. Restoran seketika langsung heboh dengan keadaan William yang tidak sadarkan diri lagi. Anggi yang selaku pemilik restoran kaget pelanggannya ada yang tidak sadarkan diri setelah melahap makanan restorannya.

"Apa yang terjadi?!" ucapnya panik.

"Leonore Mbak ini semua salah dia," tuduh para karyawan dengan tatapan sinis kepada Leonore.

"Apa?" Anggi merasa harus mengetahui yang terjadi sebenarnya langsung ikut menuju ke rumah sakit karena nama baik restoran miliknya sedang dipertaruhkan saat ini.

Rumah Sakit Leonore merasa gugup dan tangannya berkeringat dan sesekali ia mengusap tangannya ke pakaian karena berkeringat. Ia gugup dan takut pelanggan yang sudah tanggung jawabnya telah tidak sadarkan diri. Indra yang merasa cemas dengan keadaan temannya itu kedua bola matanya menatap tajam ke Leonore lalu dia dekati.

"Kau tahu hukumnya apa jika seseorang mengalami seperti ini?" ucap Indra tajam.

"Tuan maafkan Saya," lirihnya. Anggi yang melihat Leonore ketakutan dan langsung dia berikan pelukan.

"Mbak," isaknya.

"Jangan menangis semua akan baik-baik saja," ucapnya lalu memeluk Leonore erat.

"Oh, jadi kau yang pemilik restoran sekarang dengar jika sesuatu terjadi dengan temanku di dalam sana jangan harap-" Anggi langsung memotong cepat karena sudah tahu apa yang akan dikatakan Indra.

"Restoran tidak akan beroperasi," ucapnya dingin.

"Kau berani memotong perkataanku?!" perdebatan mereka terhenti karena dokter keluar dengan wajah yang begitu kesal bagaimana bisa tingkah William begitu menjengkelkan.

"Bagaimana keadaan William, Dokter?" tanya Indra cemas.

"Dia keracunan," jawab dokter santai.

"Apa?" semuanya.

"Bagaimana bisa?" tanya Leonore panik.

"Beliau telah keracunan dari makanan yang mengandung zat berbahaya, Nona." Leonore membulatkan kedua bola matanya.

"Tidak mungkin," ucap Anggi menutup mulutnya.

"Nona, masuklah ke dalam Tuan Wiliam sedang menunggu," tambah dokter tersebut.

"Baik dokter." Dokter pergi dan Leonore memegang tangan Anggi yang berkeringat dingin.

"Mbak semua akan baik-baik saja," ucap Leonore.

"Kamu tidak tahu dia siapa Leonore, dia adalah salah satu pelanggan terbaik bagaimana nanti beliau akan menuntut kita?" ucap Anggi cemas.

"Aku yang bertanggung jawab Mbak!" kedua bola mata Anggi melotot.

"Apa?! Jangan gila kamu Leonore?" pekik Anggi.

"Hei wanita masuk temanku sudah menunggu kalian!" potong Indra kesal. Leonore masuk sambil menunduk tidak berani melihat tubuh lemah William yang dipenuhi alat medis. Pikiran Leonore sudah melayang ke mana-mana bagaimana tidak? Nanti nasib restoran milik sahabatnya itu yang sudah menampungnya hampir lima tahun ini.

"Kau wanita tadi?" suara berat William yang membuat bulu kuduk Leonore merinding bahkan nyalinya seketika menciut.

"I-iya Tuan," jawabnya pelan sambil sekilas menatap wajah tampan William yang kelihatan sempurna sekali.

"Kau tahu yang terjadi barusan?" tanya William lagi.

"Iya Tuan," jawab Leonore gugup.

"Aku sakit dan tubuh sempurnaku diberi alat medis karena kau!" ucapnya sambil memainkan ponsel miliknya.

"Apa?!" Leonore tidak percaya masih ada pria yang memuji dirinya di hadapan seorang wanita yang baru saja dia kenal.

"Kau kenapa diam?" tanya William tidak suka.

"Maaf Tuan, Saya mengaku salah," lirihnya.

"Mengakui kesalahan karena kau menyajikan makanan dan meracuniku," tuduh William dingin.

"Saya salah dan siap menerima hukuman ya Tuan tapi jangan menuntut restoran kumohon," lirihnya sambil mengatubkan kedua tangannya di dadanya. William telan ludah melihat wajah imut Leonore yang begitu menggoda sekali apalagi kedua manik matanya begitu lentik dan jernih sekali.

"Kau sudah berapa lama bekerja di sana?" tanya William mengabaikan ucapan Leonore.

"Kurang lebih lima tahun Tuan muda," jawabnya pelan.

"Lima tahun dan membuat kesalahan kepada pelanggan?" bentak Willian.

"Tuan Saya mohon jangan menuntut restoran," mohon ya lagi.

"Kau memohon restoran jangan di tuntut, lalu kau?" tanya William sambil menunjuk kepada dirinya sendiri.

"Saya siap Tuan menerima hukuman yang anda beri dan restoran kumohon jangan dituntut!" pinta Leonore memohon.

"Kau tahu apa yang akan terjadi jika aku menuntutmu?" ucap William penuh seringai.

"Saya siap Tuan muda." Leonore menurut tanpa memikirkan perkataannya langsung mengambil jawaban yang tidak tahu akan bagaimana nasibnya nantinya. William tercengang mendengar perkataan Leonore barusan terlihat dari sudut bibir tipisnya ingin melakukan sesuatu kepada wanita yang baru saja dia kenal.

"Kau mulai hari ini harus bekerja denganku!" ucap William.

"Apa?" Leonore kaget.

"Hei berani sekali kau melihatku seperti itu?" ucap William melotot.

"Maaf Tuan. Pekerjaan apa yang akan saya lakukan?" tanya Leonore menunduk.

"Rawat aku sampai benar-benar sehat!" Leonore tidak habis pikir mengenai pria yang ada di hadapannya ini hanya menarik napas saja Leonore kembali menatap William sebentar lalu menunduk kembali.

"Baik Tuan." Gugup bercampur gemetar Leonore keluar dari ruangan William untuk menemui sahabatnya sekaligus atasannya itu Anggi yang terlihat begitu cemas.

"Bagaimana?" tanya Anggi cemas.

"Mbak aku minta maaf," lirihnya.

"Jadi restoran akan di tutup pria itu," Anggi terlihat begitu lemas.

"Bukan Mbak, sebagai gantinya aku harus bekerja dengan pria itu mulai dari sekarang." Anggi kaget bukan kepalang.

"Pria itu meminta aku untuk merawatnya sampai sehat Mbak," ulang Leonore.

"Leonore, bagaimana bisa pria itu memintamu merawat dia? Bukankah dia bisa menyewa perawat untuk menjaganya?" tanya Anggi tidak suka.

"Sudah Mbak aku baik-baik saja kog asal restoran jangan ditutup," jawab Leonore sambil menampilkan senyumannya menandakan dia baik-baik aja.

"Terimakasih kau sangat baik sekali Leonore." Mereka berdua berpelukan begitu erat untuk berpisah mulai malam ini dan tidak tahu kapan lagi mereka akan kembali bersama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!