Kedua Kalinya

Leonore melepaskan tangan William karena ia ingat betul alasannya out dari kediaman pria dewasa itu.

"Saya akan kembali ke mansion tidak perlu posesif seperti ini," ujar Leonore.

"Apa?! Jadi kamu sudah berani membuat aku marah ya?" pekik William.

"Will, jangan keras-keras kau tidak lihat karyawan mu memperhatikannya kita," bisik Indra.

"Aku tidak peduli. Beratnya wanita ini datang ke perusahaan ku, mau mempermalukanku ya?" sentak William.

Leonore meringis mendengar ucapan William kalau bukan karena mengandung ia sudah lari sekencang-kencangnya.

"William, kau menyakitinya. Cobalah bicara dengan lembut dan memakai perasaan," bela indra karena kasihan melihat wajah Leonore yang menunduk.

"Ikut aku!" Leonore pada akhirnya ikut kembali ke rumah itu namun perasaan ya masih sakit karena tidak ada siapapun yang melindunginya di sana.

"Bagaimana nasib ku nanti di sana ya?" batinnya sambil memegangi perutnya yang masih rata.

Setibanya, William menarik paksa Leonore masuk ke dalam namun langkahnya berhenti melihat mantan kekasihnya ada di sana sedang baca majalah bisnis.

"Hai sayang! Aku merindukanmu!" Tanpa mengatakan apa-apa Rachel tidak segan-segan memeluk William di hadapan Leonore.

"Ngapain kau ke sini?" tanya William dingin.

"Aku merindukanmu, apa ada yang salah?" Rachel mengalungkan tangannya ke leher William.

"Lepaskan! Kau ikut aku!" panggil William kepada Leonore.

"Siapa wanita ini sayang?" tanya Rachel cemburu karena Leonore cantik sekali.

"Kenapa diam, ikut aku?!" sentak William.

"Ya," jawabnya cepat.

Rachel melongo melihat mereka berdua masuk ke dalam kamar utama. Dia saja yang sudah lama mengenal William belum pernah masuk ke sana.

"Tadi aku sudah suruh ia pergi dari rumah ini tapi malah balik lagi?" sialnya lalu melongos meninggalkan kediaman William.

Kamar utama William membuang jas yang dia kenakan tadi. Leonore tidak sengaja menangkap walaupun ia mundur ke belakang hingga pinggang ya kena bentur siku meja rias.

"Oh, sakit," lirihnya sambil menahan napas untuk mengurangi sakit tersebut.

"Kau berbohong Leonore. Katakan kenapa kau bisa di depan perusahaan ku?" tanya William dingin.

"Aku mengatakan yang sejujurnya," balasnya menunduk tidak berani menatap William.

"Kau harus dihukum Leonore!" Kedua bola matanya terbelalak karena kehamilan ya saat ini William tidak boleh dia tahu.

"Aku mohon, kasihan aku! Apapun yang kau inginkan akan kuberikan tapi kali ini jangan Tuan." Leonore langsung berlutut kedua kaki William karenanya ia harus melindungi calon buah hatinya.

"Kenapa? Kau tidak mau melayani ku?" tanyanya sinis.

Leonore tidak menjawab namun secara perlahan mundur ke belakang. Namun, William dengan cepat menarik Leonore agar masuk ke dalam pelukannya.

"Tuan, jangan lakukan itu lagi aku mohon," pintanya sambil menatap William masih betah memeluknya.

"Katakan yang sejujurnya kenapa kau berada di depan perusahaan ku?" tanya William berusaha tetap sabar namun kenyataannya tidak mau.

Leonore memilih diam daripada menjawab pertanyaan William namun perasaannya tidak enak memperhatikan pria dewasa itu.

"Bagaimana Leonore?" Leonore pada akhirnya mengangguk karena tidak sanggup lagi menolak keinginan William.

Ia pasrah kedua kalinya ia dimasuki tanpa ada perasaan hingga setetes air mata lolos sampai bantal itu basah.

"Maafkan bunda sayang, kalaupun kamu suatu saat pergi lebih baik kita berdua sama-sama pergi," lirihnya.

William tidak mengerti melihat perubahan wajah Leonore yang aneh. Padahal tadi tidak seperti itu sebelum menyatu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!