Terlihat Tidak Normal

Malam telah tiba, Leonore benar-benar melaksanakan tugas pertamanya telah membantu William membersihkan tubuh kekarnya. Pertama kalinya Leonore menyentuh tubuh seorang pria apalagi mereka hanya berdua saja di ruangan ini membuat dirinya sedikit merinding. Pintu terbuka William dan Leonore bersamaan melihat, suara tawa membuat ruangan itu pecah dari keheningannya.

"William apa kau masih merasa sakit?" ledek Indra.

"Kau berisik sekali Indra pergi sana!" usir William.

"Wah lihat ada wanita cantik kau langsung berubah," wajah Leonore seketika memerah malu dan menaikkan pakaian ganti William.

"Saya permisi Tuan," ucap Leonore menunduk.

"Will, kau Kenapa berlebihan sekali meminta wanita itu merawatmu padahal kau sudah terlihat baik-baik saja?'' tanya Indra yang sudah duduk di sofa sambil menyilangkan kedua kakinya.

"Aku hanya memberi dia pelajaran saja," jawab William santai.

"What?" Indra kaget.

"Sudah sana pergi aku lelah Indra!" usir William.

"Hei tunggu tadi dia menyentuhmu, enak tidak?" goda Indra.

"Indra!" kedua bola mata William melotot tajam kepada sahabatnya itu.

"Jangan melihatku seperti itu kau tahu, aku tahu semuanya tentangmu melihat wanita saja kau tidak menyukainya," William mengakui itu dan memalingkan wajahnya dan obrolan mereka selesai

Pagi hari Leonore benar-benar kembali lagi melakukan tugasnya untuk merawat William menyuapi dan membersihkan mulutnya tanpa malu lagi sedangkan Indra sudah berada di sana dari subuh.

"Hai Nona, selamat pagi kita berjumpa lagi di pagi hari ini," ucap Indra sambil tersenyum lebar. Leonore sedikit salah tingkah melihat sikap Indra yang berubah, beda ketika mereka pertama kali bertemu apalagi soal kejadian kemarin.

"Selamat pagi Tuan," balasnya menunduk kepala.

"Indra bisa kau pergi dari sini kepalaku sakit melihatmu," ucap William datar.

"Tega sekali kau William kepadaku," balas Indra tidak suka.

"Aku tidak bisa melihat wajah jelekmu itu," ledek William.

"Aku tidak mau, ingat aku akan menjagamu juga." Indra tetap aja ngotot.

"Tuan, air mandi anda sudah selesai," ucap Leonore dan menghentikan perdebatan kedua pria yang menjengkelkan ini.

"Bantu aku!" Leonore memapah William ke dalam dan Indra yang melihatnya itu kepanasan bagaimana tidak? William mengambil kesempatan memeluk pinggang ramping Leonore yang begitu terlihat menantang.

"Dasar modus." William dan Leonore yang sudah berada di dalam kamar mandi begitu sabar membantu membersihkan tubuhnya karena tangan kanan William masih diberi alat infus. Sentuhan jari lentik Leonore sukses membuat tubuh William merinding tidak mau lebih jauh lagi William menyudahi acara mandinya.

"Aku sudah selesai kau membuatku kedinginan," ucap William karena tidak mau hilaf.

"Baik Tuan." Begitu sabarnya Leonore harus mengiyakan semua perkataan pria ini.

"Kenapa kau masih di sini, Indra?" tanya William tidak suka.

"Aku merindukanmu," goda Indra dan kedibkan kedua bola matanya.

"Dasar kau sudah tidak waras Indra," kesal William.

"Astaga ke dua pria ini apa mereka adalah tidak mungkin jangan sampai kedua pria ini ada hubungan lebih," gumam Leonore sambil mengambil pakaian ganti William.

"Tuan pakaian anda," ucap Leonore pelan.

"Bereskan semua pakaianku kita pulang!" ucap William santai.

"Hah?!" Leonore kaget bukan kepalang.

"Kau tidak mendengar apa yang kau katakan?" William melotot tidak suka.

"Maaf Tuan." Indra mendekati William yang sudah kelihatan sedikit rapi tatapannya penuh selidik kepada sahabatnya itu sekaligus partner bisnisnya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu, Indra?" tanya William tidak suka.

"Apa yang kau rencanakan, katakan?" tanya Indra penuh selidik.

"Apa?" balas William.

"Kau hanya berpura-pura Wil?" tambah Indra.

"Kau jangan ngawur Indra," elak William.

"Kau sudah sehat William. Kenapa kau masih meminta wanita itu untuk merawatmu?" tanya Indra tidak suka.

"Aku masih sakit Indra sudah sana aku mau kembali ke Mansion bosan melihat wajah dan suara Ibu-ibu pasarmu itu," ledek William.

"William!" Mereka berdua tertawa bersamaan. Mereka keluar dari rumah sakit secara sembunyi-sembunyi bagaimana tidak? Para wartawan memburu habis berita William yang saat ini sedang dirawat karena keracunan makanan di restoran milik Anggi namun, mereka itu tidak bisa meraih berita karena William sudah membungkam semuanya.

"William kau lihat para wartawan itu?" kekeh Indra.

"Sangat membosankan," ucapnya jengkel.

"Tapi mereka asyik William," goda Indra.

"Karena mereka adalah temanmu," balas William.

"Dan aku yang populer dibandingkan kau," tawanya.

"Prestasi yang tidak patut dicontoh," telak William kepada sahabatnya itu.

"Rekor muri ketampanan," balas Indra tidak mau kalah menunjukkan sikap arogannya.

"Astaga bagaimana bisa kedua pria ini begitu menjengkelkan sekali sudah seperti Ibu-ibu di pasar saja, ingin aku plester kedua mulut pria yang terlihat ember ini," batin Leonore.

"Indra lakukan sesuatu!" perintah William.

"Aku ada urusan William kau saja," jawab Indra berpura-pura tidak mengerti.

"Kau ingin aku pecat!" bentak William.

"Coba saja dan kau akan bangkrut seketika lalu tidak bisa lagi kau pamerkan lagi harta kekayaanmu itu yang tidak ada gunanya karena apa? Karena kau tidak pernah menyentuh yang enak-enak." Indra tertawa terbahak-bahak.

"Indra rasanya aku ingin sekali membawamu ke para wartawan itu untuk menunjukkan wajahmu yang terlihat jelek itu," berang William.

"Aku akan menuju ke sana tanpa kau suruh William tenang saja." Indra langsung menuju para wartawan.

"Dasar tidak waras," geram William.

"Rasanya aku ingin pingsan mendengar perdebatan kedua pria aneh ini," gumamnya sambil memutar bola matanya.

"Pingsan aja itu lebih enak dan kau akan mudah dibawa ke dalam sana!" Leonore tidak habis pikir bahwa William telah mendengar perkataannya dan langsung menundukkan wajahnya karena begitu malu sekali.

Tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh Indra sampai para wartawan telah meninggalkan pintu depan dan langsung menuju ke belakang, begitu bangganya Indra mengacungkan kedua jempolnya agar William dan Leonore menuju ke mobil yang sudah disiapkan.

"Aku harap sesuatu tidak akan terjadi lagi lebih dari sini. Aku telah terjebak diantara kedua pria yang terlihat begitu aneh sekali." Leonore memandang ke samping menikmati jalanan yang penuh pepohonan. Mereka telah tiba di Mansion yang begitu besar dan mewah bahkan bergaya klasik Eropa. Leonore begitu terpukau dengan tempat tinggal William saat ini yang sangat jarang ditemui di kota ini.

"Hei kau mau ke mana?" panggil William.

"Hah maaf Tuan." karena begitu asyiknya melihat pemandangan yang begitu indah, Leonore bahkan sampai lupa dengan tugasnya untuk membawa pakaian William dan masuk begitu saja.

"Ikut aku!" ucap William.

"Baik Tuan." Mereka berdua telah menuju ke kamar William yang paling atas, berjalan begitu santainya mereka berdua telah tiba hanya ada satu ruangan saja di sana namun terlihat begitu besar.

"Tuan kamar saya ada di mana?" tanya Leonore.

"Kau akan tidur di sini!" jawab William santai.

"Apa?" Leonore kaget mendengar perkataan William.

"Kau tidak perlu menunjukkan wajahmu seperti itu. Jika kau tidur di luar sana apa kau bisa melihatku kesakitan dan langsung menolongku?" William capek melihat Leonore sedari tadi membuatnya jengkel.

"Oh iya kenapa juga aku tidak berpikiran ke sini astaga Leonore kenapa kau bodoh sekali," rutuknya.

"Aku mau istirahat jadi kau jangan menggangguku, jika kau ingin menginginkan sesuatu panggil saja pelayan mereka akan melayanimu," ucap William sambil merebahkan tubuhnya.

"Baik Tuan." Leonore tidak menyangka ia bisa menginjakkan kakinya di istana seperti ini. Dulu hanya dalam mimpi saja ia bisa membayangkan tempat tinggal seperti ini dan sekarang akhirnya semuanya terwujud walau dirinya berakhir menjadi pelayan pria yang tidak dikenalnya.

"Apa yang harus kulakukan sekarang? Sembari menunggu Tuan muda terbangun aku lebih baik berkeliling saja dan menikmati pemandangan," ucapnya bersemangat

"Kau!" panggil Indra.

"Tuan muda," tunduknya.

"Hei jangan terlalu formal panggil saja, Indra!" kekeh Indra sok gaul.

"Maaf saya tidak bisa Tuan," tolaknya halus.

"Ya sudah terserah kau saja." Suasana ruangan seketika hening.

"Tuan maaf saya permisi, Tuan muda pasti sudah menunggu," alasan Leonore.

"Aku ikut!" Leonore geleng-geleng kepala melihat pria hadapannya ini yang terlihat tidak normal. Pintu terbuka wajah William terlihat di tekuk karena Leonore tidak ada sampingnya.

"Lihat wajah siapa ini terlihat kesal saja," ucap Indra.

"Kau lagi Indra," kesal William.

"Iya aku ingin melihat keadaan sahabatku," ledek Indra dan berhasil membuat William naik darah.

"Dari mana kau?" tanya William dan tidak mengindahkan ucapan Indra.

"Bawah Tuan muda," jawabnya takut.

"Aku lapar," ucap William datar.

"Baik akan saya bawakan makan siang anda Tuan muda," Indra melongo dan tidak percaya melihat Leonore begitu patuh dan tidak ada dari dirinya perlawanan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!