NovelToon NovelToon

Mengejar Surga

Leonore

Wajah yang masih menunjukkan semangat bekerja hanya mengandalkan senyuman manisnya, Leonore Renata berusia dua puluh lima tahun menuju ke ruang karyawan dan merebahkan tubuh langsingnya sambil memijat ke dua betisnya yang bengkak karena terlalu lam berdiri.

"Astaga betisku bengkak," lirihnya. kurang lebih lima tahun Leonore bekerja disalah satu restoran milik sahabatnya yaitu Anggi. Mereka berdua menjalin persahabatan yang begitu erat sampai membuat para karyawan lain tidak menyukainya namun lambat laun semua karyawan mulai menerima kedekatan Leonore dan Anggi. Hari-hari Leonore di jalani seperti biasa, tidak ada yang spesial baginya melakukan pekerjaan sebagai pelayan di restoran ini.

"Leonore?" panggil Nita.

"Iya Nita, ada apa?" sahut Leonore.

"Kamu dipanggil Mbak Anggi," ucap Nita. Leonore mengiyakan dan langsung naik ke atas ruangan Anggi. Mengetuk sebanyak tiga kali lalu mendapat izin dari sahabatnya itu.

"Masuk!" sahut Anggi dari dalam.

"Ada apa, Mbak?" tanya Leonore lembut.

"Kau aku tugaskan ke lantai dua ruangan B dan bawa menu ini ke sana ya Leonore!" ucap Anggi sambil memberikan menu tersebut kepada Leonore.

"Baik Mbak." Leonore menerima lalu keluar dan langsung menuju ke dapur, hanya menunggu lima menit makanan sudah tersaji begitu rapi dan wangi.

"Hati-hati Leonore, makanan ini jangan sampai rusak!" ucap kepala koki sambil mengingatkan Leonore karena pelanggan yang ingin menikmati makanan ini bukan sembarang pelanggan.

"Baik Bu." Ada rasa bangga yang disukai Leonore jika menjalankan profesi ini di mana ia bisa bertemu dengan orang-orang kalangan atas dan melayani mereka begitu hormat sekali. Leonore mengetuk pintu ruangan B dan lampu hijau menyala pertanda ia boleh masuk ke dalam.

"Silakan Tuan dan selamat menikmati," ucap Leonore hormat lalu mundur beberapa langkah ke belakang. Tanpa menjawab pertanyaan Leonore kedua pria tersebut langsung makan.

Lima belas menit kemudian kedua pria tersebut makan siang begitu lahap sekali dan mereka sesekali mengobrol tentang bisnis. Begitu enaknya mengobrol membuat William Permana melupakan sesuatu karena memakan makanan yang tidak bisa dimakannya lalu akan membuat si pelayan akan terjebak dengannya.

"Indra tolong aku!" ucap William menahan tenggorokannya yang tercekat lalu tidak sadar seketika langsung tergeletak di lantai begitu saja.

"William, Tuan!" ucap Leonore dan Indra bersamaan. Sekilas Indra melihat makanan yang baru saja dimakan William kedua bola matanya melotot dan tidak percaya. Makanan yang tersaji merupakan hal yang tidak bisa dimakan oleh sahabatnya itu.

"Kau harus ikut dengan kami!" ucap Indra tajam.

"Tapi Tuan-" Indra dengan cepat langsung memotong dengan cepat.

"Cepat bawa William ke rumah sakit!" bentaknya. Restoran seketika langsung heboh dengan keadaan William yang tidak sadarkan diri lagi. Anggi yang selaku pemilik restoran kaget pelanggannya ada yang tidak sadarkan diri setelah melahap makanan restorannya.

"Apa yang terjadi?!" ucapnya panik.

"Leonore Mbak ini semua salah dia," tuduh para karyawan dengan tatapan sinis kepada Leonore.

"Apa?" Anggi merasa harus mengetahui yang terjadi sebenarnya langsung ikut menuju ke rumah sakit karena nama baik restoran miliknya sedang dipertaruhkan saat ini.

Rumah Sakit Leonore merasa gugup dan tangannya berkeringat dan sesekali ia mengusap tangannya ke pakaian karena berkeringat. Ia gugup dan takut pelanggan yang sudah tanggung jawabnya telah tidak sadarkan diri. Indra yang merasa cemas dengan keadaan temannya itu kedua bola matanya menatap tajam ke Leonore lalu dia dekati.

"Kau tahu hukumnya apa jika seseorang mengalami seperti ini?" ucap Indra tajam.

"Tuan maafkan Saya," lirihnya. Anggi yang melihat Leonore ketakutan dan langsung dia berikan pelukan.

"Mbak," isaknya.

"Jangan menangis semua akan baik-baik saja," ucapnya lalu memeluk Leonore erat.

"Oh, jadi kau yang pemilik restoran sekarang dengar jika sesuatu terjadi dengan temanku di dalam sana jangan harap-" Anggi langsung memotong cepat karena sudah tahu apa yang akan dikatakan Indra.

"Restoran tidak akan beroperasi," ucapnya dingin.

"Kau berani memotong perkataanku?!" perdebatan mereka terhenti karena dokter keluar dengan wajah yang begitu kesal bagaimana bisa tingkah William begitu menjengkelkan.

"Bagaimana keadaan William, Dokter?" tanya Indra cemas.

"Dia keracunan," jawab dokter santai.

"Apa?" semuanya.

"Bagaimana bisa?" tanya Leonore panik.

"Beliau telah keracunan dari makanan yang mengandung zat berbahaya, Nona." Leonore membulatkan kedua bola matanya.

"Tidak mungkin," ucap Anggi menutup mulutnya.

"Nona, masuklah ke dalam Tuan Wiliam sedang menunggu," tambah dokter tersebut.

"Baik dokter." Dokter pergi dan Leonore memegang tangan Anggi yang berkeringat dingin.

"Mbak semua akan baik-baik saja," ucap Leonore.

"Kamu tidak tahu dia siapa Leonore, dia adalah salah satu pelanggan terbaik bagaimana nanti beliau akan menuntut kita?" ucap Anggi cemas.

"Aku yang bertanggung jawab Mbak!" kedua bola mata Anggi melotot.

"Apa?! Jangan gila kamu Leonore?" pekik Anggi.

"Hei wanita masuk temanku sudah menunggu kalian!" potong Indra kesal. Leonore masuk sambil menunduk tidak berani melihat tubuh lemah William yang dipenuhi alat medis. Pikiran Leonore sudah melayang ke mana-mana bagaimana tidak? Nanti nasib restoran milik sahabatnya itu yang sudah menampungnya hampir lima tahun ini.

"Kau wanita tadi?" suara berat William yang membuat bulu kuduk Leonore merinding bahkan nyalinya seketika menciut.

"I-iya Tuan," jawabnya pelan sambil sekilas menatap wajah tampan William yang kelihatan sempurna sekali.

"Kau tahu yang terjadi barusan?" tanya William lagi.

"Iya Tuan," jawab Leonore gugup.

"Aku sakit dan tubuh sempurnaku diberi alat medis karena kau!" ucapnya sambil memainkan ponsel miliknya.

"Apa?!" Leonore tidak percaya masih ada pria yang memuji dirinya di hadapan seorang wanita yang baru saja dia kenal.

"Kau kenapa diam?" tanya William tidak suka.

"Maaf Tuan, Saya mengaku salah," lirihnya.

"Mengakui kesalahan karena kau menyajikan makanan dan meracuniku," tuduh William dingin.

"Saya salah dan siap menerima hukuman ya Tuan tapi jangan menuntut restoran kumohon," lirihnya sambil mengatubkan kedua tangannya di dadanya. William telan ludah melihat wajah imut Leonore yang begitu menggoda sekali apalagi kedua manik matanya begitu lentik dan jernih sekali.

"Kau sudah berapa lama bekerja di sana?" tanya William mengabaikan ucapan Leonore.

"Kurang lebih lima tahun Tuan muda," jawabnya pelan.

"Lima tahun dan membuat kesalahan kepada pelanggan?" bentak Willian.

"Tuan Saya mohon jangan menuntut restoran," mohon ya lagi.

"Kau memohon restoran jangan di tuntut, lalu kau?" tanya William sambil menunjuk kepada dirinya sendiri.

"Saya siap Tuan menerima hukuman yang anda beri dan restoran kumohon jangan dituntut!" pinta Leonore memohon.

"Kau tahu apa yang akan terjadi jika aku menuntutmu?" ucap William penuh seringai.

"Saya siap Tuan muda." Leonore menurut tanpa memikirkan perkataannya langsung mengambil jawaban yang tidak tahu akan bagaimana nasibnya nantinya. William tercengang mendengar perkataan Leonore barusan terlihat dari sudut bibir tipisnya ingin melakukan sesuatu kepada wanita yang baru saja dia kenal.

"Kau mulai hari ini harus bekerja denganku!" ucap William.

"Apa?" Leonore kaget.

"Hei berani sekali kau melihatku seperti itu?" ucap William melotot.

"Maaf Tuan. Pekerjaan apa yang akan saya lakukan?" tanya Leonore menunduk.

"Rawat aku sampai benar-benar sehat!" Leonore tidak habis pikir mengenai pria yang ada di hadapannya ini hanya menarik napas saja Leonore kembali menatap William sebentar lalu menunduk kembali.

"Baik Tuan." Gugup bercampur gemetar Leonore keluar dari ruangan William untuk menemui sahabatnya sekaligus atasannya itu Anggi yang terlihat begitu cemas.

"Bagaimana?" tanya Anggi cemas.

"Mbak aku minta maaf," lirihnya.

"Jadi restoran akan di tutup pria itu," Anggi terlihat begitu lemas.

"Bukan Mbak, sebagai gantinya aku harus bekerja dengan pria itu mulai dari sekarang." Anggi kaget bukan kepalang.

"Pria itu meminta aku untuk merawatnya sampai sehat Mbak," ulang Leonore.

"Leonore, bagaimana bisa pria itu memintamu merawat dia? Bukankah dia bisa menyewa perawat untuk menjaganya?" tanya Anggi tidak suka.

"Sudah Mbak aku baik-baik saja kog asal restoran jangan ditutup," jawab Leonore sambil menampilkan senyumannya menandakan dia baik-baik aja.

"Terimakasih kau sangat baik sekali Leonore." Mereka berdua berpelukan begitu erat untuk berpisah mulai malam ini dan tidak tahu kapan lagi mereka akan kembali bersama.

Terlihat Tidak Normal

Malam telah tiba, Leonore benar-benar melaksanakan tugas pertamanya telah membantu William membersihkan tubuh kekarnya. Pertama kalinya Leonore menyentuh tubuh seorang pria apalagi mereka hanya berdua saja di ruangan ini membuat dirinya sedikit merinding. Pintu terbuka William dan Leonore bersamaan melihat, suara tawa membuat ruangan itu pecah dari keheningannya.

"William apa kau masih merasa sakit?" ledek Indra.

"Kau berisik sekali Indra pergi sana!" usir William.

"Wah lihat ada wanita cantik kau langsung berubah," wajah Leonore seketika memerah malu dan menaikkan pakaian ganti William.

"Saya permisi Tuan," ucap Leonore menunduk.

"Will, kau Kenapa berlebihan sekali meminta wanita itu merawatmu padahal kau sudah terlihat baik-baik saja?'' tanya Indra yang sudah duduk di sofa sambil menyilangkan kedua kakinya.

"Aku hanya memberi dia pelajaran saja," jawab William santai.

"What?" Indra kaget.

"Sudah sana pergi aku lelah Indra!" usir William.

"Hei tunggu tadi dia menyentuhmu, enak tidak?" goda Indra.

"Indra!" kedua bola mata William melotot tajam kepada sahabatnya itu.

"Jangan melihatku seperti itu kau tahu, aku tahu semuanya tentangmu melihat wanita saja kau tidak menyukainya," William mengakui itu dan memalingkan wajahnya dan obrolan mereka selesai

Pagi hari Leonore benar-benar kembali lagi melakukan tugasnya untuk merawat William menyuapi dan membersihkan mulutnya tanpa malu lagi sedangkan Indra sudah berada di sana dari subuh.

"Hai Nona, selamat pagi kita berjumpa lagi di pagi hari ini," ucap Indra sambil tersenyum lebar. Leonore sedikit salah tingkah melihat sikap Indra yang berubah, beda ketika mereka pertama kali bertemu apalagi soal kejadian kemarin.

"Selamat pagi Tuan," balasnya menunduk kepala.

"Indra bisa kau pergi dari sini kepalaku sakit melihatmu," ucap William datar.

"Tega sekali kau William kepadaku," balas Indra tidak suka.

"Aku tidak bisa melihat wajah jelekmu itu," ledek William.

"Aku tidak mau, ingat aku akan menjagamu juga." Indra tetap aja ngotot.

"Tuan, air mandi anda sudah selesai," ucap Leonore dan menghentikan perdebatan kedua pria yang menjengkelkan ini.

"Bantu aku!" Leonore memapah William ke dalam dan Indra yang melihatnya itu kepanasan bagaimana tidak? William mengambil kesempatan memeluk pinggang ramping Leonore yang begitu terlihat menantang.

"Dasar modus." William dan Leonore yang sudah berada di dalam kamar mandi begitu sabar membantu membersihkan tubuhnya karena tangan kanan William masih diberi alat infus. Sentuhan jari lentik Leonore sukses membuat tubuh William merinding tidak mau lebih jauh lagi William menyudahi acara mandinya.

"Aku sudah selesai kau membuatku kedinginan," ucap William karena tidak mau hilaf.

"Baik Tuan." Begitu sabarnya Leonore harus mengiyakan semua perkataan pria ini.

"Kenapa kau masih di sini, Indra?" tanya William tidak suka.

"Aku merindukanmu," goda Indra dan kedibkan kedua bola matanya.

"Dasar kau sudah tidak waras Indra," kesal William.

"Astaga ke dua pria ini apa mereka adalah tidak mungkin jangan sampai kedua pria ini ada hubungan lebih," gumam Leonore sambil mengambil pakaian ganti William.

"Tuan pakaian anda," ucap Leonore pelan.

"Bereskan semua pakaianku kita pulang!" ucap William santai.

"Hah?!" Leonore kaget bukan kepalang.

"Kau tidak mendengar apa yang kau katakan?" William melotot tidak suka.

"Maaf Tuan." Indra mendekati William yang sudah kelihatan sedikit rapi tatapannya penuh selidik kepada sahabatnya itu sekaligus partner bisnisnya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu, Indra?" tanya William tidak suka.

"Apa yang kau rencanakan, katakan?" tanya Indra penuh selidik.

"Apa?" balas William.

"Kau hanya berpura-pura Wil?" tambah Indra.

"Kau jangan ngawur Indra," elak William.

"Kau sudah sehat William. Kenapa kau masih meminta wanita itu untuk merawatmu?" tanya Indra tidak suka.

"Aku masih sakit Indra sudah sana aku mau kembali ke Mansion bosan melihat wajah dan suara Ibu-ibu pasarmu itu," ledek William.

"William!" Mereka berdua tertawa bersamaan. Mereka keluar dari rumah sakit secara sembunyi-sembunyi bagaimana tidak? Para wartawan memburu habis berita William yang saat ini sedang dirawat karena keracunan makanan di restoran milik Anggi namun, mereka itu tidak bisa meraih berita karena William sudah membungkam semuanya.

"William kau lihat para wartawan itu?" kekeh Indra.

"Sangat membosankan," ucapnya jengkel.

"Tapi mereka asyik William," goda Indra.

"Karena mereka adalah temanmu," balas William.

"Dan aku yang populer dibandingkan kau," tawanya.

"Prestasi yang tidak patut dicontoh," telak William kepada sahabatnya itu.

"Rekor muri ketampanan," balas Indra tidak mau kalah menunjukkan sikap arogannya.

"Astaga bagaimana bisa kedua pria ini begitu menjengkelkan sekali sudah seperti Ibu-ibu di pasar saja, ingin aku plester kedua mulut pria yang terlihat ember ini," batin Leonore.

"Indra lakukan sesuatu!" perintah William.

"Aku ada urusan William kau saja," jawab Indra berpura-pura tidak mengerti.

"Kau ingin aku pecat!" bentak William.

"Coba saja dan kau akan bangkrut seketika lalu tidak bisa lagi kau pamerkan lagi harta kekayaanmu itu yang tidak ada gunanya karena apa? Karena kau tidak pernah menyentuh yang enak-enak." Indra tertawa terbahak-bahak.

"Indra rasanya aku ingin sekali membawamu ke para wartawan itu untuk menunjukkan wajahmu yang terlihat jelek itu," berang William.

"Aku akan menuju ke sana tanpa kau suruh William tenang saja." Indra langsung menuju para wartawan.

"Dasar tidak waras," geram William.

"Rasanya aku ingin pingsan mendengar perdebatan kedua pria aneh ini," gumamnya sambil memutar bola matanya.

"Pingsan aja itu lebih enak dan kau akan mudah dibawa ke dalam sana!" Leonore tidak habis pikir bahwa William telah mendengar perkataannya dan langsung menundukkan wajahnya karena begitu malu sekali.

Tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh Indra sampai para wartawan telah meninggalkan pintu depan dan langsung menuju ke belakang, begitu bangganya Indra mengacungkan kedua jempolnya agar William dan Leonore menuju ke mobil yang sudah disiapkan.

"Aku harap sesuatu tidak akan terjadi lagi lebih dari sini. Aku telah terjebak diantara kedua pria yang terlihat begitu aneh sekali." Leonore memandang ke samping menikmati jalanan yang penuh pepohonan. Mereka telah tiba di Mansion yang begitu besar dan mewah bahkan bergaya klasik Eropa. Leonore begitu terpukau dengan tempat tinggal William saat ini yang sangat jarang ditemui di kota ini.

"Hei kau mau ke mana?" panggil William.

"Hah maaf Tuan." karena begitu asyiknya melihat pemandangan yang begitu indah, Leonore bahkan sampai lupa dengan tugasnya untuk membawa pakaian William dan masuk begitu saja.

"Ikut aku!" ucap William.

"Baik Tuan." Mereka berdua telah menuju ke kamar William yang paling atas, berjalan begitu santainya mereka berdua telah tiba hanya ada satu ruangan saja di sana namun terlihat begitu besar.

"Tuan kamar saya ada di mana?" tanya Leonore.

"Kau akan tidur di sini!" jawab William santai.

"Apa?" Leonore kaget mendengar perkataan William.

"Kau tidak perlu menunjukkan wajahmu seperti itu. Jika kau tidur di luar sana apa kau bisa melihatku kesakitan dan langsung menolongku?" William capek melihat Leonore sedari tadi membuatnya jengkel.

"Oh iya kenapa juga aku tidak berpikiran ke sini astaga Leonore kenapa kau bodoh sekali," rutuknya.

"Aku mau istirahat jadi kau jangan menggangguku, jika kau ingin menginginkan sesuatu panggil saja pelayan mereka akan melayanimu," ucap William sambil merebahkan tubuhnya.

"Baik Tuan." Leonore tidak menyangka ia bisa menginjakkan kakinya di istana seperti ini. Dulu hanya dalam mimpi saja ia bisa membayangkan tempat tinggal seperti ini dan sekarang akhirnya semuanya terwujud walau dirinya berakhir menjadi pelayan pria yang tidak dikenalnya.

"Apa yang harus kulakukan sekarang? Sembari menunggu Tuan muda terbangun aku lebih baik berkeliling saja dan menikmati pemandangan," ucapnya bersemangat

"Kau!" panggil Indra.

"Tuan muda," tunduknya.

"Hei jangan terlalu formal panggil saja, Indra!" kekeh Indra sok gaul.

"Maaf saya tidak bisa Tuan," tolaknya halus.

"Ya sudah terserah kau saja." Suasana ruangan seketika hening.

"Tuan maaf saya permisi, Tuan muda pasti sudah menunggu," alasan Leonore.

"Aku ikut!" Leonore geleng-geleng kepala melihat pria hadapannya ini yang terlihat tidak normal. Pintu terbuka wajah William terlihat di tekuk karena Leonore tidak ada sampingnya.

"Lihat wajah siapa ini terlihat kesal saja," ucap Indra.

"Kau lagi Indra," kesal William.

"Iya aku ingin melihat keadaan sahabatku," ledek Indra dan berhasil membuat William naik darah.

"Dari mana kau?" tanya William dan tidak mengindahkan ucapan Indra.

"Bawah Tuan muda," jawabnya takut.

"Aku lapar," ucap William datar.

"Baik akan saya bawakan makan siang anda Tuan muda," Indra melongo dan tidak percaya melihat Leonore begitu patuh dan tidak ada dari dirinya perlawanan.

Merasakan Kebebasan

Indra terus menatap kepergian Leonore lalu kembali menatap tajam William yang terlihat santai.

"Apa yang kau lakukan kepadanya?" tanya Indra.

"Apa?" balas William dengan nada ketus.

"Dia kenapa patuh sekali kepadamu?" tanya Indra kesal.

"Aku diberi kepiting," jawabnya.

"Kena jepit William," wajah Indra terlihat kesal.

"Mulutmu Indra yang akan aku jepit!" William rasanya jengah melihat sahabatnya ini.

"Lama-lama aku ingin pergi dari sini William," kesal Indra.

"Pergi saja aku masih menikmati hukuman wanita itu," ucapnya datar.

"Kenapa kau terdengar sangat mengerikan William?" tanya Indra bergidik ngeri.

"Hei Indra, sesekali memberikan pelajaran kepada wanita boleh karena dia yang melakukan ini kepadaku," ucap William tidak mau kalah.

"Wah lihat sosok William CEO Permana Corporation telah mulai beraksi," goda Indra.

"Diam kau Indra!" kesal William.

"William, kalau boleh tahu nama wanita itu siapa aku kenapa lupa, ya?" Wajah William berubah dingin seketika bagaimana bisa dia memasukkan orang asing ke Mansion tanpa di ketahui identitasnya, terlebih lagi saat ini dia merawatnya tanpa ada para bodyguard yang menjaganya.

"Kau juga tidak tahu nama dia siapa, William?" tanya Indra lagi lalu William geleng-geleng kepala.

"Astaga William, bagaimana bisa kau ceroboh mana William yang pintar dan jenius katanya CEO grup Permana corporation?" tanya Indra meledek.

"Hei jangan meledekku seperti itu, kau tahu bukan aku sakit dan karena dia, makanya aku tidak sempat berpikiran jernih," kesal William.

"Iya aku tahu William, karena kau keenakan mengerjainya," goda Indra.

"Itu karena kesalahannya," jawab William acuh.

"Dan kau memperalatnya William," tanya Indra lagi.

"Kenapa kau yang jadi protes Indra?" kesal William mendapat pertanyaan sedari tadi.

"Iya protes karena aku kasihan dengan dia yang jadi korban ke dua CEO Permana corporation,"

"Tidak ada kau salah," elak William.

"Parah kau William, seenaknya mengerjai wanita yang tidak jelas asal usulnya dan lagi jangan-jangan dia wanita jadian William," tambah Indra.

"Plak!" William memukul kepala Indra.

"Aduh William sakit," Indra mengusap kepalanya.

"Kau pikir dia wanita apa? Jangan aneh-aneh kau Indra atau jangan-jangan kau menyukainya?" tanya William penuh selidik.

"Tidak, jangan katakan itu William aku yang harus mengatakan itu kepadamu?" balik tanya Indra.

"Apa kau bilang?" William merasa semakin panas.

"Nanti kau yang akan jatuh cinta kepada wanita jadian itu dan kalian dua akan menjadi pasangan yang cocok dua alam yang berbeda." Indra semakin tertawa.

"Plak!" kembali pukulan mendarat ke kepalanya.

"William sakit," ke dua kali Indra mengusap kepalanya.

"Kau beda alam," dengus William.

"Tidak wanita itu William?" jawab Indra tidak mau kalah.

"Jangan membalikkan fakta, kau itu yang beda alam, mulutmu itu yang harus di beri ke alam lain!" William semakin kesal dengan sahabatnya ini.

"Tidak mau," Indra sedikit menjerit karena Leonore masuk membawa makan siang William dengan wajah yang dingin. Tidak tahu apa yang terjadi dengan dua wajah pria tampan ini terlihat tegang dan keringat bercucuran.

"Drama apa lagi ini? Wajah mereka ingin aku kasih bedak baby dan menidurkan mereka selamanya," ucap Leonore dalam hati.

"Tuan silahkan makan siang anda!" ucap Leonore sopan.

"Indra kau duluan!" perintah William karena takut.

"Tidak mau," ucapnya sambil memeluk lengan William begitu erat.

"Apa aku baru bermimpi, bagaimana bisa ke dua Pria ini terlihat seperti pasangan pada umumnya lihat tangan itu mata suci ini tidak bersih lagi," gumam Leonore sambil memutar kedua bola matanya.

"Tuan anda tidak mau makan siang?" tanya Leonore lagi.

""Kau berbalik!" ucap William.

"Hah!" Leonore membulatkan kedua bola matanya.

"Berbalik!" perintah William lagi.

"Baik Tuan." Mau tidak Leonore mengiyakan.

"Apa yang kau lakukan tanganmu lepaskan Indra kau membuatku menjadi pria aneh," ucap William baru menyadari tangan Indra ada di sana.

"Hei ini karena kau Wiliam," balas Indra tidak mau kalah.

"Diam kau sana pulang!" usir William.

"Dan kau berduaan dengan alam lain," bisik Indra. Bulu kuduk William merinding.

"Kau keterlaluan Indra dia normal." Indra tertawa sedikit.

"Astaga ke dua pria ini membuat kupingku panas, sabar, sabar Leonore kau pasti bisa melaluinya tinggal beberapa hari saja," ucapnya dalam hati dan kembali bekerja setelah melihat kepergian Indra.

Satu minggu telah berlalu kini Leonore akhirnya akan merasakan kebebasan dari ke dua pria aneh ini, tiap hari topik yang ia dengar adalah topik ibu-ibu masa kini. Leonore untuk terakhir kalinya melayani kebutuhan William mempersiapkan seluruh dari pakaian, sarapan dan lain-lain.

Tempat lain, Wati yang mengetahui Putra semata wayangnya sakit dan langsung menuju ke Jakarta untuk menemui anaknya tersebut. Perjalanan dari Paris membutuhkan waktu yang begitu lama hingga tanpa memberitahukan kepada putranya tersebut wati, langsung main masuk saja ke Mansion.

"William!" teriak Wati melihat Putranya tersebut dan seorang wanita mereka bersamaan berpelukan dalam tidur dalam keadaan tidak bisa diartikan lagi.

"Mommy?!" pekik William.

"Hah!" Leonore tidak menyangka ia dan William telah tidur bersamaan dan tidak tahu apa yang terjadi hingga mereka berdua sama-sama dalam keadaan seperti ini dan langsung berlari ke kamar mandi.

"Mommy akan menghubungi Daddy!" ucap Wati gemetaran.

"Tunggu, ini tidak sesuai yang Mommy lihat," ucap William menahan Mommy Wati.

"Diam kau William!" bentak Wati. Suara pria paruh baya terdengar seberang sana dan tidak tahu apa yang telah Wati dibicarakan wajahnya tersenyum lebar.

"William kau harus menikah dengan wanita itu mana dia?" tanya Wati setelah selesai berbicara dengan suaminya.

"Mommy aku tidak mau menikah!" ucap William lagi.

"Tidak boleh kau sudah menyentuh wanita itu dan lagian Daddy sudah merestui kalian hebat bukan?" kekeh Mommy Wati benar-benar senang.

"Astaga Mommy William tidak mau," tolak William.

"Mau sampai kapan kau akan seperti ini katakan, lagian sakit yang kau derita sudah sehat lihat nyatanya kau bisa bersentuhan dengan wanita itu," kesal Mommy lagi.

"Ini hanya kesalahan Mommy," elak William.

"Tidak ada kesalahan kau harus menikah hari ini juga!" perintah Mommy Wati.

"Hah!" Leonore yang baru saja keluar dari kamar mandi kaget bukan kepalang mendengar perkataan Wati.

"Maaf Nyonya saya permisi," ucap Leonore karena ingin kabur.

"Kau tidak boleh pergi kau harus menikah dengan Putraku," ucap Mommy Wati.

"Tidak!" ucap William dan Leonore bersamaan. JTidak tahu harus mengatakan apa lagi sepasang pengantin dadakan itu telah sah menjadi sepasang suami istri dan lihat sahabatnya yaitu Indra tidak merasa bersalah telah menertawakan dia.

"Dengar pernikahan kita ini hanya sah dimata orang tua dan tanda tangani ini kita akan melakukan pernikahan kontrak," ucap William dingin.

"Tapi Tuan-" William langsung memotong ucapan Leonore.

"Aku tidak mencintaimu!" telaknya.

"Sakit," batin Leonore. Leonore dengan hati yang berat langsung menandatangani kertas hitam putih dan William langsung meninggalkannya begitu saja.

Semenjak beberapa bulan pernikahan Leonore, William tidak berjalan baik. Apa lagi William tidak pernah menyapa namun, William telah melakukan kesalahan di mana dalam keadaan tidak sadar telah membuat Leonore mengandung dan tidak ada yang mengetahui sama sekali.

"Aku hamil!" bagai disambar petir, Leonore ingin pingsan. Berjalan dengan langkah lemas ternyata kebetulan sosok wanita cantik telah melihat Leonore hendak masuk ke Mansion langsung di tarik.

"Kau tinggalkan William dan pergi jauh dari dia, Ayah Willem sudah memberikan Restu kepada kami untuk menikah dan lihat kau adalah wanita kontrak milik William bukan istri sahnya, jadi pergi jauh jangan pernah kau memperlihatkan wajah menyedihkan itu," ucap Rachel Kanaya dengan senyuman penuh arti.

"Apa?" Tanpa berkata apa-apa lagi Leonore pergi jauh meninggalkan Mansion dengan perasaan yang hancur mengetahui fakta baru. Untuk apa lagi dia harus mempertahankan pernikahan yang tidak ada unsur cinta.

Rachel Kanaya tersenyum puas rencananya berhasil. Walau rencananya ini sudah basi namun itu tidak membuatnya merasa buruk asal rencananya berhasil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!