Cinta Asisten Dingin
Ketiga anak buahnya Harsya kini telah menemukan tambatan hati, izin untuk menikah pun telah mereka dapatkan.
Biom, 27 tahun, sang asisten pribadi dengan tinggi badan 172 centimeter itu akhirnya luluh hatinya ketika wanita cantik bernama Rissa dan juga seorang dokter berhasil menaklukkannya.
Rissa, 28 tahun, merupakan sepupunya Harsya. Ia mulai jatuh hati pada asisten berwajah dingin ketika pertama kali Harsya memperkerjakan pria itu. Pertemuan mereka saat Rissa berkunjung ke rumah Madya-ibunya Harsya.
Rama, 31 tahun, seorang koki sekaligus kepala pelayan di rumah milik Harsya. Pria itu mulai bekerja 4 tahun lalu karena telah menolong Harsya saat hampir tenggelam. Mereka pun saling mengobrol. Setelah tahu jika pandai memasak, ia pun di pekerjakan.
Intan, 23 tahun, gadis dengan tinggi 162 centimeter dan berat badan 50 kg. Awalnya seorang pegawai toko pakaian milik Madya. Ia lalu pun dipekerjakan di rumah Harsya hanya untuk menemani istri sang pemilik rumah yang kebetulan juga temannya sewaktu bekerja.
Alpha, 28 tahun, kepala pengawal yang bertugas menjaga dan melindungi Harsya. Pria itu bekerja menggantikan posisi ayahnya yang merupakan pengawal pribadi Abraham Syahbana- ayahnya Harsya.
Astrid, 25 tahun, wanita dengan tinggi 165 centimeter. Putri dari temannya Madya yang bekerja di perusahaan suaminya. Meskipun Astrid sendiri tak bekerja di perusahaan milik keluarga Harsya. Pertemuannya dengan Alpha karena ia mencoba menggoda Harsya yang telah menikah. Alpha sendiri selalu mengantarkan dirinya pulang ketika ia tak berhasil merayu sang tuan muda.
**
Sebulan setelah istri Harsya melahirkan, Rama pergi ke rumah orang tuanya Intan yang berada di luar pulau.
Mereka tak bisa mengendarai kendaraan pribadi karena sangat jauh.
Rama dan Intan harus menggunakan kereta api, setelah itu mereka menaiki bus.
"Apa masih jauh lagi rumah orang tuamu?" tanya Rama kepada wanita yang ada di sebelah kirinya.
"Sekitar dua jam lagi."
"Apa!"
"Iya, Kak Rama sudah lelah, ya?"
"Ya."
"Baru saja pergi ke rumah calon mertua sudah lelah, bagaimana jika menghadapi kehidupan rumah tangga?" singgungnya.
"Bukan begitu maksudku, tapi perjalanan kita ini sangat melelahkan sekali. Kalau begitu tadi kita naik pesawat," ujar Rama.
"Bandara dari rumah orang tuaku juga jauh, memerlukan waktu enam jam menaiki bus."
"Kenapa orang tuamu pindah, sih?"
"Ibu dari ibuku sering sakit-sakitan dan sebagai seorang anak satu-satunya dia tak tega meninggalkannya. Mau tak mau, mereka pindah ke sana bersama adikku."
"Suruh pindah ke sana saja, bawa nenekmu."
"Nenek tidak mau karena ia ingin meninggal di tanah kelahirannya."
"Oh begitu."
"Kak Rama tidur saja dulu, kalau sampai nanti aku akan bangunkan."
"Ku tak biasa tidur di bus."
"Kalau begitu makanlah," ucap Intan.
Rama menggelengkan kepalanya.
"Dari tadi Kak Rama belum ada makan," ujar Intan.
"Aku tak terbiasa makan di kendaraan."
Intan mengeluarkan biskuit dari kantong plastik yang ia genggam, "Ayo makanlah!" menyodorkan ke mulut kekasihnya.
Rama menolaknya.
"Aku tidak mau Kak Rama sakit, puskesmas cukup jauh dan dapur milik nenekku tak seperti di rumah Tuan Muda."
Mendengar hal itu, Rama gegas mengambil biskuit dan memakannya.
Intan juga memberikannya air mineral.
"Harusnya aku menerima tawaran Tuan Muda untuk diantarkan sopir," ucap Rama menyesal
Intan tersenyum.
-
Setelah hampir 17 jam perjalanan, akhirnya keduanya tiba di rumah kediaman keluarganya Intan.
"Nanti kita pulang naik pesawat saja!" bisik Rama yang kelelahan.
"Iya."
Kedua orang tuanya Intan dan seorang gadis kecil berusia 11 tahun menghampiri mereka.
"Ibu!" Intan memeluk wanita yang melahirkannya.
"Apa kabar, Nak?"
"Aku sangat baik, Bu." Intan melepaskan pelukannya lalu lanjut mencium tangan ayahnya.
"Kakak!" teriak girang adiknya.
Intan pun memeluknya.
"Jadi dia calon suami kamu?" tanya ayahnya Intan.
"Iya, Yah."
Rama tersenyum tak lupa ia mengecup tangan calon ayah mertuanya.
"Sejak kapan kalian menjalin hubungan?" tanya Ibu Intan ketika mereka berada di ruang tamu.
"Baru sebulan yang lalu, Bu." Jawab Intan.
"Kalian baru sebulan kenalan, tapi pria ini berani melamarmu. Apa kamu tidak takut, Nak?" tanya Ibu Intan bernama Rasni.
"Kami sudah lama kenal, Bu. Dia kepala pelayan di rumah Tuan Muda," jelas Intan.
"Oh, begitu," ucap Rasni dan suaminya.
"Di mana nenek, Bu?" tanya Intan.
"Nenek di kamar," jawabnya.
"Aku mau menyapa nenek, Bu. Ayo, Kak!" ajak Intan pada kekasihnya.
Rama pun bangkit dari tempat duduknya, ia mengikuti langkah Intan ke kamar.
Sesampainya mereka duduk di sebelah wanita lansia berusia 70 tahun.
"Nenek, ini calon suami aku!" Intan memperkenalkan Rama.
"Ganteng, persis seperti kakekmu masih muda," ucap wanita lansia itu.
"Wah, benarkah?" tanya Intan.
Wanita lansia itu pun menunjukkan foto dirinya dan suaminya 50 tahun lalu.
Intan dan Rama menatap foto hitam putih itu.
"Kenapa Kak Rama dan kakek mirip sekali?" tanya Intan.
Rama hanya tersenyum.
"Kalian sudah makan?" tanya Rasni datang ke kamar ibunya mengantarkan makanan pada wanita lansia itu.
"Belum, Bu." Jawab Intan.
"Sekarang ayo makan siang," ajak Rasni.
Kedua pasangan muda-mudi itu pun bangkit dari duduknya dan melangkah ke ruang makan.
"Nak Rama, sepertinya inilah kehidupan di desa. Jadi, harap maklum jika meja makannya tak seperti rumah Tuan Muda," ucap Isan.
"Iya, Paman."
"Kamu 'kan seorang koki jadi besok pagi bolehlah masak untuk kami," pinta Rasni.
"Boleh saja, Bi. Besok saya akan masak buat kalian," ucap Rama.
"Silahkan dimakan!" Isan mempersilakan calon menantunya.
"Ibu sudah menyiapkan kamar untuk Rama, jadi Intan tidur dengan Ibu dan Tissa," ujar Rasni.
"Lalu ayah tidur di mana?" tanya Intan.
"Biar ayah tidur di ruang tamu," jawab Isan.
"Saya saja Paman yang tidur di ruang tamu," ujar Rama.
"Tidak, kamu di sini adalah tamu jadi biarkan Paman yang di luar. Lagian kalian juga tidak lama di sini," ucap Isan.
Rama mengarahkan wajahnya kepada Intan yang memberikan isyarat agar mengiyakan.
Selesai makan siang, Intan menunjukkan kamar buat Rama. "Ini kamar buatmu sementara selama di sini. Kalau pun kita jadi menikah, ayah akan membuatkan kamar satu lagi."
"Kita pasti akan menikah," ucap Rama.
"Ya, semoga saja. Rencana kita dimudahkan."
"Semoga saja."
"Tapi, kenapa harus dibuat kamar lagi. Kita 'kan tak mungkin tinggal di sini?"
"Ya, dia ingin membuat kamar spesial buat kita," jawab Intan.
Rama menarik pinggang Intan, "Aku tak sabar ingin segera menikahimu!" menatap wajah cantik kekasihnya.
Intan menolak tubuh Rama, "Kak Rama mau kita di nikahkan hari ini juga?"
Rama tersenyum nyengir.
"Mandilah dulu, lalu istirahat!" Intan menyerahkan handuk yang diambil dari tas pria itu.
"Baiklah, calon istriku."
"Nanti sore, aku akan mengajak Kak Rama jalan-jalan keliling desa," ucap Intan.
Rama mengiyakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments