Biom bersama Rissa pergi ke rumah Madya. Kedatangannya adalah untuk meminta restu pada wanita karena selama ini dialah yang menjadi orang tua pengganti Rissa.
"Bibi sudah tahu tentang rencana kalian, tapi yang berhak memberikan restu yaitu Darrell," ucap Madya.
"Tapi, Kak Darrell selalu menolak telepon dariku, Bi."
"Bibi akan terus berusaha membujuknya agar mau pulang," janji Madya.
"Bagaimana dia tidak mau, Bi? Kak Darrell yang bisa menikahkan aku dengan Biom," ucap Rissa.
"Kamu tenanglah, semua pasti dapat teratasi. Jika dia tak mau pulang. Terpaksa Bibi akan anak buah Harsya menjemputnya."
Biom menggenggam tangan Rissa, ia mencoba menenangkan hati calon istrinya itu.
"Jadi, sekarang diantara kalian bertiga siapa yang lebih dahulu menikah?"
"Kami, Nyonya."
"Biom, sebentar lagi kamu akan menikah dengan keponakan saya. Jadi kamu harus memanggil saya dengan sebutan Bibi," ucap Madya.
"Iya, Nyonya eh maksudnya Bibi," Biom berkata dengan segan.
"Untuk masalah kakaknya Rissa, biarkan menjadi urusan kami," ujar Madya.
Biom mengiyakan.
"Fokuslah pada rencana kalian ke depan," nasehat Madya.
"Iya, Bi," ucap Rissa dan Biom.
Sejam berada di kediaman Madya, akhirnya sepasang kekasih itu pun pamit.
Di dalam mobil, Rissa masih merasa cemas. Apalagi hubungan dirinya dengan kakak kandungnya tidak berjalan harmonis. Sepuluh tahun mereka harus terpisah negara.
Rissa diasuh dan dirawat keluarga besar dari pihak papanya sementara Darrell dari mamanya.
"Rissa, cobalah tenang dan banyak berdoa. Semoga saja kakakmu mau memberikan restu pada kita," ucap Biom.
"Bagaimana dia mau memberikan restu, telepon dariku tak pernah mau dijawabnya. Aku tahu wajahnya dari video telepon itupun melalui ponsel Bibi Madya."
"Bagaimana jika aku berbicara padanya?"
"Tidak, kamu takkan mungkin bisa meluluhkannya. Dia itu sangat keras kepala!"
"Kan, kita belum mencoba."
"Aku sarankan lebih baik jangan, dia akan menolak untuk datang ke sini."
"Apa kakakmu sudah menikah?"
"Sepertinya belum."
"Jadi kamu tidak tahu sama sekali tentang dia?" tanya Biom.
Rissa menggelengkan kepalanya.
"Kalian memang sungguh aneh."
"Ya, kami memang aneh setelah kedua orang tua kami pergi untuk selamanya," ucap Rissa dengan mata berkaca-kaca.
Biom meminggirkan kendaraannya lalu berhenti. "Maaf, aku tidak bermaksud untuk menyinggung perasaanmu."
"Tidak apa-apa," Rissa memaksa tersenyum.
"Daripada kamu sedih, bagaimana kalau kita ke makan es krim?" Biom menawarkan.
"Aku tidak mau, nanti gendut."
Biom tertawa kecil, ia lalu mengacak rambut Rissa. "Kenapa baru sekarang bilang gendut? Kemarin ke mana saja ketika ku menawarkannya."
Rissa tertawa mendengarnya, "Kemarin aku khilaf, sayang!"
"Khilaf tapi berkali-kali," sindirnya.
Rissa hanya menyengir.
"Jadi kamu mau kita ke mana? Mumpung Tuan Muda memberikan aku izin."
"Bagaimana kalau ke wahana permainan?"
Biom sejenak berpikir.
"Ayo dong, sayang!" bujuk Rissa.
"Boleh juga," ucap Biom.
Keduanya pun pergi ke wahana permainan yang perjalanannya membutuhkan waktu sejam.
Begitu sampai, Biom membeli tiket dan minuman. Sembari bergandengan tangan, keduanya mengelilingi area permainan.
Keduanya mencoba permainan yang menguji adrenalin, Rissa berteriak sekencang-kencangnya di atas roller coaster.
Biom hanya menatap Rissa yang berteriak. Meskipun penumpang lainnya melakukan hal sama seperti kekasihnya itu.
Begitu selesai, Biom lantas bertanya, "Apa sekarang sudah lega?"
Rissa mengangguk mengiyakan.
"Apa kamu ingin bermain lagi?"
"Kita duduk saja dulu, aku masih capek. Setelah itu kita lanjut main lagi!"
"Baiklah, aku ikut apa katamu saja!" ucap Biom.
_
Puas bermain tepat jam 5 sore, Biom mengantarkan Rissa ke rumahnya karena ia tak mungkin tinggal di rumah Harsya lagi.
Rumah sakit juga sangat jauh jika dia tiap hari tinggal di sana.
Sesampainya Biom berkata, "Jangan pikirkan masalah pernikahan kita, semoga segalanya dimudahkan."
Rissa mengiyakan.
"Sampai jumpa!"
"Ya, sampai jumpa. Hati-hati!" Nadine tersenyum lalu ia pun keluar dari mobil.
Biom melesat ke rumahnya Harsya.
Sejak bekerja dengan pria muda itu, Biom lebih banyak menghabiskan waktu dengannya. Dirinya akan mengunjungi orang tuanya sebulan 2 kali. Terkadang mereka berkomunikasi melalui ponsel.
Malam harinya....
Ketiga orang kepercayaannya Harsya mengobrol di kamarnya Alpha, para pelayan telah beristirahat termasuk sang pemilik rumah.
"Besok aku akan bertemu dengan orang tuanya Astrid, mendengar cerita Biom kenapa aku jadi takut," ucap Alpha.
"Kenapa harus takut? Hubunganmu dengan Nona Astrid juga sudah diketahui kedua orang tuanya. Sepertinya diantara kita bertiga, kamu yang akan lebih dahulu menikah," ujar Rama.
"Tapi, kita menunggu Biom yang lebih dahulu," ungkap Alpha.
"Aku masih menunggu keputusan dari kakaknya Rissa, jika dia kembali ke sini maka kami segera menikah," jelas Biom.
"Aku baru tahu jika Nona Rissa memiliki kakak kandung," ucap Alpha.
"Aku pun juga, mereka telah lama terpisah. Hubungannya juga tak harmonis. Makanya sulit membujuknya," ungkap Biom.
"Minta bantuan Tuan Muda solusinya," ujar Rama.
"Nyonya Besar juga mengatakan hal begitu, nanti mereka akan bertindak jika kakaknya Rissa tetap menolak ke sini," ucap Biom.
"Acara lamaran kami tinggal sebentar lagi dan aku juga sedang bingung mau mengadakan acara akad di mana," ungkap Rama.
"Kenapa tidak di sini saja?" tanya Biom.
"Sepertinya kedua calon mertua ku sulit meninggalkan neneknya Intan sendirian di rumah," jawab Rama.
"Ya, kalau begitu kaulah yang menikah di sana," ucap Biom.
"Semoga kedua orang tuaku mau, perjalanan menuju rumahnya sangat jauh sekali," ungkap Rama.
"Ya, semoga orang tuamu mau pergi ke sana," harap Alpha.
"Semoga saja, tapi kalian datang 'kan?" tanya Rama.
"Tidak," jawab Biom dan Alpha.
"Kalian ini sahabat seperti apa, aku menikah tak mau datang," ucap Rama.
"Kau bilang rumahnya sangat jauh, kami sudah membayangkannya bagaimana," ujar Alpha.
"Kalian harus datang, awas saja kalau tidak," ancam Rama.
"Jikapun kami ke sana, pasti Tuan Muda juga akan datang," ucap Alpha.
"Dan kalian tidak bisa membawa kekasih," sambung Rama.
"Ya, kau benar. Apalagi pastinya Tuan Muda membawa Nona Ana dan Tuan Putri," ujar Biom.
***
Esok harinya....
Sore ini gantian Alpha yang mendatangi kediaman orang tuanya Astrid, dia mendapatkan izin untuk persiapan pernikahan.
Kedua rekan kerjanya lebih dahulu mendapatkan kesempatan dari Harsya.
Alpha duduk di hadapan kedua orang tuanya Astrid.
"Ini pertemuan ketiga kita 'ya," ucap papanya Astrid.
"Iya, Paman."
"Apa kamu benar-benar serius dengan putri kami?" tanya pria paruh baya itu lagi.
"Iya, Paman. Saya serius dengan Astrid," jawabnya.
"Putri kami ini kalau tidur tak suka dimatikan lampu, takut dengan kecoa dan cicak dan takut ketinggian," celetuk mamanya Astrid.
"Mama kenapa malah menjadi cerita 'kan aku?" protes Astrid dengan wajah malunya.
Alpha tersenyum melihat ekspresi wajah calon istrinya.
"Biar calon suami kamu tahu dan tidak terkejut," jawab mamanya Astrid.
"Kan, aku jadi malu," ucapnya.
Semua yang mendengarnya tertawa.
Tepat jam 7 malam, keempatnya makan malam bersama.
"Astrid belum pandai memasak, kamu jangan memarahinya, ya!" ujar mamanya Astrid.
"Tidak masalah, Bibi."
"Kalau bangun harus berkali-kali memanggilnya dan selalu tidur larut malam," ungkap wanita paruh baya itu.
"Ma, aku tuh tidur larut malam karena ada pekerjaan kantor. Kalau tidak...."
"Kamu tetap tidur larut malam, nonton drama," mamanya Astrid memotong pembicaraan putrinya.
Astrid hanya tersenyum nyengir dihadapan kekasihnya.
Selepas makan malam, Astrid mengantarkan Alpha ke halaman.
"Jangan dengarkan apa kata mama tentang aku," ucap Astrid.
"Aku malah senang jadi tahu apa yang menjadi kebiasaan kamu selama ini," ujar Alpha.
"Kamu tidak akan mengurungkan niatmu, kan?"
"Ya, tidaklah. Hal itu wajar, aku mencintaimu itu tulus. Jika tidak pandai memasak, kita akan sama-sama belajar. Dan satu lagi setelah kita menikah kamu takkan mungkin tidur larut malam karena aku akan menarikmu ke ranjang lalu mematikan lampunya," Alpha berkata pelan di dekat wajah Astrid.
Wanita itu lantas memukul bahu Alpha, "Kita belum menikah, jangan berpikir tentang itu dulu!"
"Aku tidak sabar, rasanya ingin kita duluan menikah. Tapi, izin Tuan Muda menyuruh yang terakhir," ungkap Alpha.
"Ya, semoga saja mereka segera menikah dan tak ada rintangan," harapan Astrid.
"Biom dan Rissa kemungkinan akan lama menentukan hari pernikahannya," ucap Alpha.
"Kenapa begitu?"
"Kakak kandung Nona Rissa menolak datang ke tanah air, alasannya aku tidak tahu."
"Tante Madya mungkin bisa membantu," ujar Astrid.
"Kata Biom, Nyonya siap membantu," tutur Alpha.
"Semoga urusan mereka dipermudah," ucap Astrid.
"Semoga saja," Alpha tersenyum.
"Sekarang kamu balik dan jangan lupa titipkan salam untuk calon mertuaku."
Alpha memasang senyumnya, "Baik calon istriku yang cantik, selamat malam!"
Alpha kini berada di atas motornya.
"Hati-hati," ucap Astrid.
"Siap, Nona!"
Alpha menghidupkan mesin motornya dan berlalu.
Di tengah perjalanan, sebuah mobil memepet jalannya sehingga membuat Alpha menghentikan laju kendaraannya.
Ia memperhatikan dari kejauhan bahwa mobil itu melaju sangat kencang.
Alpha hanya geleng-geleng kepala melihat sikap sang pengemudi.
Alpha kembali melanjutkan perjalanannya, ia melihat mobil yang hampir membuatnya jatuh berhenti di sebuah kafe. Tampak sang pengemudi kendaraan terlibat perkelahian dengan orang lain.
"Pantas saja mengendarai mobilnya begitu, sangat arogan!" gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments