Acara lamaran Rama dan Intan pun tiba. Harsya menyewa gedung kecil yang tak jauh dari kediaman orang tua dari koki masaknya itu.
Tempat itu digunakan untuk acara lamaran yang tak memungkinkan diadakan di kediaman orang tuanya Intan yang berada di luar pulau.
Tampak Harsya, istrinya, ibunya serta Elia duduk di bagian paling depan bersama kedua orang tuanya Rama.
Acara pun dimulai, sepanjang acara wajah Anaya tampak mendung. Ia ingat saat pertama kali dipertemukan dengan calon suaminya tanpa ada lamaran malah secara paksa di nikahkan dan di siksa. Namun, semuanya telah berlalu.
Harsya pria yang begitu kejam, menjadi sosok suami dan ayah yang baik dan perhatian. Anaya dijadikan ratu di istana mewah miliknya.
Kehidupan Anaya berubah drastis dari yang dulu selalu disiksa kedua orang tuanya hingga dirinya dijual.
Harsya paham apa yang sedang dirasakan istrinya, ia menggenggam tangan Anaya dan meletakkannya di pahanya.
Harsya sekilas menoleh ke arah istrinya dan tersenyum.
Panitia mulai membuka acara.
Rama dan Intan begitu bahagia tampak dari raut wajah keduanya.
"Sebentar lagi kita juga akan seperti itu!" bisik Alpha di telinga Astrid.
Wanita itu menjadi tersipu malu.
"Semoga acara lamaran kita nantinya berjalan lancar," Biom berkata pelan di telinga kekasihnya.
"Semoga," Rissa tersenyum tipis.
Sejam kemudian acara pun selesai, para tamu menikmati hidangan yang telah tersedia.
Harsya menikmati sedikit makanan bersama istri, ibu dan adiknya di meja makan bulat.
Tak berlama-lama keduanya pun pamit pulang.
"Terima kasih, Tuan. Telah hadir di acara lamaran kami!" ucap Rama.
"Ya, sama-sama. Bahagia buat kalian berdua, ya!" Harsya memberikan selamat.
Rama dan Intan menundukkan kepalanya.
Biom dan Rissa mengucapkan selamat termasuk Alpha dan Astrid.
Sebagian para tamu telah pulang, tinggal hanya beberapa keluarga dari pihak Rama karena Intan hanya diwakilkan kedua orang tuanya dan neneknya saja.
"Intan, pernikahan akan diadakan sebulan lagi. Jadi, Tante ingin kalian menikah di kota ini," ucap Ibunya Rama.
"Tidak bisa juga begitu," ujar Rasni.
"Apa ada yang salah?" tanya Ibunya Rama lagi.
"Acara lamaran dilaksanakan di kota ini, jadi pernikahan harus dilakukan di kampung," jawab Rasni.
"Tidak mungkin kami harus ke sana, apalagi dalam jumlah yang banyak seperti ini," ucap Ibunya Rama.
"Jika pernikahan di sini pun, tak mungkin kami bisa membawa keluarga dan saudara yang lainnya," ujar Rasni.
"Bu, sudah ya. Nanti kita bicarakan lagi, mana yang baiknya. Baru saja aku dan Intan mengadakan lamaran," Rama berkata pelan.
"Kita harus segera menentukan acara janji pernikahan mau dilaksanakan di mana," ucap Ibunya Rama.
"Biarkan ini menjadi urusan aku dan Intan, lebih baiknya bagaimana," ujar Rama.
"Ibu ingin kamu menikah di sini karena keluarga kita banyak tinggal di kota ini," harapnya.
"Iya, aku tahu, Bu. Nanti saja lagi kita bahas," Rama menenangkan ibunya.
"Ayah, Ibu, ayo kita kembali ke hotel. Nanti sore kalian 'kan akan pulang," ucap Intan pada kedua orang tuanya.
"Tante, maaf saya tinggal. Kami harus kembali ke hotel. Nanti saya dan Kak Rama akan bicara pada Tuan Muda bagaimana baiknya," ucap Intan lagi.
Ibunya Harsya mengiyakan.
Setelah berpamitan, Intan mengantarkan keluarganya kembali ke hotel untuk beristirahat.
-
-
Pukul 5 sore, selepas keluarganya balik ke kampung. Intan dan Rama kembali mengobrol di sebuah kafe.
"Kita harus bagaimana?"
"Entahlah, kenapa salah satu diantara mereka tak mau mengalah," jawab Rama.
"Apa sebaiknya kita minta solusi dari Tuan Muda?" tanya Intan.
"Aku sangat segan terus meminta bantuan pada Tuan Muda, dia sudah banyak membantu kita. Mobil dan sopir untuk keluargamu serta sewa gedung semua Tuan Muda yang membiayai."
"Lalu kita harus bagaimana?"
"Nanti aku akan pikirkan bagaimana caranya agar salah satu diantara mereka mengalah."
Jam 8 malam, Rama kembali ke kediaman Harsya dan Intan tidur di rumahnya Rissa sekaligus menemani wanita itu.
Biom dan Alpha memperhatikan wajah Rama tak secerah saat acara lamaran tadi pagi.
Karena penasaran, keduanya lantas mendekati.
"Kenapa denganmu? Apa lagi ada masalah?" tanya Biom.
"Aku butuh bantuan kalian," jawabnya.
"Apa yang bisa kami bantu?" tanya Alpha.
"Ibuku dan ibunya Intan tadi sempat beradu pendapat. Mereka saling bersikeras untuk menentukan tempat diadakannya pernikahan," ungkap Rama.
"Apa kau dan Intan telah menentukannya?" tanya Biom.
"Belum. Kami masih bingung."
"Bagaimana kalau kalian membuat acaranya di tengah-tengah," usul Biom.
"Maksudmu di perbatasan daerah?" tanya Rama.
"Ya."
"Aku sempat berpikir begitu, tapi belum memberitahu mereka," ujar Rama.
"Nanti bicarakan lagi atau minta saran dari Tuan Muda," ucap Alpha.
"Ya, aku akan bicara dengan Tuan Muda."
"Semoga dimudahkan urusanmu," harap Biom.
"Kalian juga!"
***
Keesokan paginya kebetulan adalah hari libur. Harsya menikmati waktu bertiga dengan istri dan putrinya.
Menikmati mentari pagi di taman, Hana yang telah berusia 7 bulan sudah mulai tertawa.
Harsya memangku putri kecilnya dan istrinya duduk di sebelahnya.
"Suamiku, jika pernikahan Intan dan Rama dilaksanakan di kampungnya Intan. Apa kamu mengizinkan ku pergi ke sana?"
"Jika pun kamu akan pergi tentunya bersama aku."
"Kata Intan, perjalanan menuju tempat tinggal neneknya lumayan jauh," tutur Intan.
"Kita bisa naik heli," ucap Harsya.
"Bandara juga jauh, Suamiku."
"Kalau begitu kita tidak usah datang," ujar Harsya.
"Kenapa tidak datang, sih? Aku dan Intan sangat dekat, ku harus menghadiri pernikahan mereka," ucap Anaya.
"Jika kita ke sana, Rama akan menjadi repot," ujar Harsya.
"Kenapa repot?"
"Aku akan mengirim banyak pengawal dan pelayan untuk mengurus keperluan kita selama di sana. Apalagi ada Hana, sebisa mungkin ku harus membuatnya nyaman," jelas Harsya.
"Repot juga, ya!"
"Bagaimana kalau aku membuat acara resepsi pernikahan Rama di kota ini juga? Jadi, kamu bisa menghadirinya," Harsya memberi usulan.
"Boleh juga, Suamiku."
"Nanti akan ku katakan pada Rama," ujar Harsya.
Beberapa menit kemudian, Harsya dan Anaya hendak meninggalkan taman. Rama menghampirinya.
"Ada apa, Rama?" tanya Harsya.
"Tuan, saya ingin berbicara berdua dengan anda!" ucap Rama sopan.
Harsya melirik istrinya.
"Aku dan Hana ke kamar dulu, kalian bicaralah," ujar Anaya.
"Terima kasih, Nona." Rama menundukkan kepalanya.
Anaya tersenyum singkat, ia lalu berjalan seraya mendorong kereta bayi meskipun ada 2 orang baby sitter yang mendampinginya.
"Duduklah!" Harsya mempersilakan.
Rama pun duduk di samping Harsya.
"Silahkan bicara!" titahnya.
"Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktu Tuan Muda."
"Tidak apa-apa," ujar Harsya.
"Tuan, sebenarnya saya ingin meminta bantuan anda!" ucap Rama ragu-ragu.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Harsya.
Rama menarik napas, lalu dengan hati-hati berkata, "Saya lagi bingung, Tuan."
Harsya diam dan mendengarkan.
"Rumah kedua orang tuanya Intan sangat jauh, ibu saya menginginkan kami mengucapkan janji pernikahan di kota ini tetapi kedua orang tuanya Intan menolaknya," ungkap Rama.
"Aku dan Ana juga tadi membahas hal ini. Dia ingin menghadiri acara pernikahan kalian, tapi Intan bilang jika menuju kampung neneknya sangat jauh maka aku memberi saran kalian dua kali mengadakan resepsi."
"Dua kali, Tuan?" tanya Rama ragu.
"Ya, kamu dan Intan mengucap janji di sana lalu resepsi pernikahan dilaksanakan di kota ini. Keluarga serta saudaramu juga banyak di sini, kan?"
"Iya, Tuan. Sebagian keluarga Intan dari pihak ayahnya juga ada yang di kota ini," jelas Rama.
"Maka aku memberikan saran begitu, masalah gedung pernikahan serta lainnya yang dilaksanakan di sini aku akan memfasilitasinya."
"Benarkah, Tuan?"
"Ya, bagiku kalian semua yang bekerja di sini adalah keluargaku juga."
"Terima kasih banyak, Tuan." Rama tampak senang.
"Ya, sama-sama."
Setelah pembicaraan dengan Harsya, Rama lantas segera menghubungi Intan. Dan mengatakan kalau Tuan Muda telah memberikan saran. Mereka pun membuat janji bertemu untuk membicarakan hal ini.
-
-
Tepat jam 3 siang, Rama pergi menuju rumah Rissa kebetulan wanita itu juga telah pulang dari rumah sakit. Jadi, dia akan mengobrol dengan Intan di temaninya.
"Tuan Muda, menyuruh kita melangsungkan resepsi di sini dan janji pernikahan dilaksanakan di kampungmu."
"Kenapa harus di dua tempat?" tanya Intan.
"Seluruh keluarga besar orang tuaku tinggal di pulau ini begitu juga dengan sebagian keluarga ada yang tinggal di kota ini. Jadi, kita buat acara di sini biar mereka juga dapat hadir," jelas Rama.
"Apa orang tua Kak Rama akan datang?"
"Acara janji pernikahan kedua orang tuaku pasti datang dan ku akan ditemani Biom dan Alpha juga."
"Lalu biayanya bagaimana?" tanya Intan.
"Biaya resepsi pernikahan kita di sini akan ditanggung Tuan Muda," jawab Rama.
"Aku senang kalian telah mendapatkan solusinya," sahut Rissa.
"Ya, Kak. Tapi, aku belum bicara dengan kedua orang tuaku," ucap Intan pada Rissa.
"Kamu harus segera menelepon mereka!" ujarnya.
"Benar kata Nona Rissa, kamu harus menelepon mereka!"
"Baiklah, aku akan menelepon mereka!" Intan bangkit dari duduknya pergi ke dalam mengambil ponselnya yang berada di kamar.
Tak lama kemudian, kembali lagi dan membawa ponsel. Lalu menekan tombol dan menghubungi kedua orang tuanya.
Setelah tersambung, Intan memberitahu dan menjelaskan semua pembicaraan dirinya dengan calon suaminya.
Walupun begitu Rasni sedikit ragu untuk meninggalkan ibunya, namun Isan menyakinkan istrinya bahwa kepergian mereka ke kota tidak akan memakan waktu lama.
Selesai menelepon orang tuanya, hati Intan menjadi lega.
Rama pun berpamitan pulang karena akan menyiapkan makan malam buat Tuan Muda dan keluarganya.
Rissa memeluk Intan dan mengatakan, "Semoga acara kalian dilancarkan!"
"Terima kasih, Kak. Semoga Kak Darrell segera pulang ke sini," ucap Intan.
Rissa tersenyum mengiyakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments