Dendam Dalam Pernikahan
...Hai semuanya, kali ini aku datang lagi dengan membawa karya baru. Ini adalah cerita Livia, adik angkat Agra di cerita MAFIA STORY yang juga berperan menjadi bodiguard Alisya, istri dari Agra....
...Semoga cerita ini bisa membuat kalian semua suka dan menemani masa senggang kalian semua, ya. Jangan lupa kasih like, komen, dan bintang limanya ya, biar aku tambah semangat😘🤗❤️❤️❤️...
...❤️Happy Reading❤️...
...*...
...*...
...*...
"Saya terima nikah dan kawinnya Livia Aymar Gasendra binti Amar Gasendra dengan mas kawin uang sebesar lima ratus juta rupiah dibayar tunai!" Suara lantang terdengar menggema di ruangan tengah kediaman Hartoyo.
"Bagaimana, saksi, sah?" tanya laki-laki yang berada di depan Daniel selaku penghulu pernikahan itu.
"Sah!" Jawaban yang langsung terdengar dari beberapa orang saksi pernikahan pun terdengar.
Seorang wanita cantik yang kini duduk di samping Ardi tampak menghembuskan napas panjang, dia kemudian menoleh pada seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di kursi roda tidak jauh darinya.
Senyum lembut dan tulus terlihat semakin menambah luka di dalam hatinya, walau akhirnya bibir berlapis lipstik berwarna merah itu terlihat tertarik ke atas, membentuk lengkung tipis melambangkan kebahagiaan, walau sorot matanya terlihat berbeda.
Livia Aymar Gasendra, perempuan kampung, yatim piatu, mantan TKW, yang masih polos, penyabar dan baik hati. Itulah yang selama ini dilihat oleh Luciana Hartoyo–Ibu dari Daniel, sehingga meminta Livia menjadi menantunya.
Livia sudah satu tahun merawatnya, yang menderita lumpuh akibat kecelakaan bersama sang suami beberapa tahun lalu, menarik perhatiannya dengan kepolosan, kesabaran, dan kebaikannya.
Namun, mungkin semua itu hanya berlaku untuknya, karena bagi Daniel, sosok Livia hanyalah seorang gadis kampung munafik yang melakukan sebuah lakon untuk menarik orang bergelimang harta seperti keluarganya agar bisa hidup dalam kemewahan.
Daniel Arslan Hartoyo– suami Livia, anak pertama dari Karsa Hartoyo, sosok pengusaha sukses yang mewarisi kekayaan Hartoyo, sikapnya cenderung arogan, sombong, juga tegas, dan perfeksionis di dalam pekerjaannya. Akan tetapi, lembut jika sudah berkomunikasi dengan sang ibu.
Pernikahan sederhana yang hanya dihadiri beberapa orang pekerja rumah besar itu dan orang dari KUA pun berakhir begitu saja. Kini Livia kembali melakukan tugasnya untuk melayani Luciana, mantan majikan yang kini sudah berubah status menjadi mertuanya.
"Ini hari pernikahan kamu, Nak. Seharusnya kamu menghabiskan waktu dengan suami kamu," ujar Luciana saat Livia membantunya untuk berbaring di tempat tidur.
"Aku akan menemuinya setelah, Ibu, tertidur," jawab Livia dengan suara yang lembut.
"Bukankah sudah aku bilang, jangan panggil Ibu lagi. Mulai sekarang kamu harus memanggilku Mami, sama seperti Daniel," perintah Luciana.
"Baik, Bu ... euh, maksudnya Mami," angguk Livia sambil menarik selimut sampi ke dada Luciana.
"Nah, begitu 'kan enak didengarnya. Ingat, sekarang kamu itu adalah menantuku, jadi jangan sungkan lagi, ya," ujar Luciana dengan senyum lembut yang selalu terlihat di wajahnya.
"Iya, Mami." Livia duduk di kursi yang berada di samping ranjang.
"Ya sudah, sana kamu temui suami kamu, ini sudah malam. Aku juga akan tidur sebentar lagi," ujar Luciana, mengusir Livia dari kamarnya.
Livia tampak menaruh buku yang sebelumnya dibaca oleh Luciana di atas nakas tidak jauh dari Luciana, sebelum menjawab pertanyaan sang ibu mertua.
"Baiklah, kalau begitu aku ke luar dulu. Kalau, Mami, butuh sesuatu panggil saja aku, hem," ujar Livia, sambil mengelus lembut punggung tangan wanita paruh baya itu.
Luciana mengangguk, sambil membalas senyum lembut menantunya. Hari ini suasana hatinya begitu senang, karena bisa mendapatkan menantu yang dia inginkan. Tidak mudah untuknya membujuk Daniel agar mau menikahi Livia.
Beberapa saat kemudian Livia sudah ke luar dari kamar sang mertua, dia berjalan menuju ke arah kamar belakang, tempat dirinya selama ini tinggal. Namun, ketika Livia melewati ruang keluarga dia lebih dulu dihentikan oleh suaminya.
"Ikut aku sekarang!" ujar laki-laki itu sambil berjalan mendahului Livia menuju ke ruang kerjanya.
Livia pun langsung mengikuti langkah suaminya di belakang, hingga keduanya masuk.
"Kita memang menikah di hadapan Mami. Tapi, jangan harap kamu akan aku anggap sebagai seorang istri. Jadi, jangan berani kamu mengaku sebagai istriku di depan siapa pun. Mengerti?!" ujar Daniel begitu Livia berhasil menutup pintu.
Tangan Livia yang masih menggenggam gagang pintu, meremasnya hingga urat ditangannya terlihat menonjol. Wajah polos terlihat berubah datar dengan sorot mata penuh kebencian.
Dia pikir aku sudi menganggapnya sebagai seorang suami? Heh, jangan harap! batin Livia.
Sedetik kemudian Livia kembali merubah raut wajahnya menjadi polos tanpa dosa, tidak lupa kerutan dalam di kening seolah dirinya tengah bingung.
Livia berbalik menatap punggung tegap Daniel yang berdiri angkuh di depannya. Kedua tangan laki-laki itu tampak berada di pinggang, seolah sedang memperlihatkan posisinya sebagai tuan rumah di sini.
Livia memutar bola matanya sambil berdecak kecil, saat melihat gaya angkuh dan sombong Daniel di depannya.
"Saya mengerti, Tuan. Tapi, bagaimana bila Ibu tau hubungan kita?" tanya lirih Livia dengan kepala menunduk dalam.
"Mami tidak akan tau, jika kamu tidak memberitahunya!" jawab dingin Daniel tanpa menoleh melihat wajah Livia.
Mereka tampak sama-sama terdiam untuk beberapa waktu, hingga akhirnya Daniel membuka suara.
"Kamu boleh ke luar!" ujarnya.
Livia hanya mengangguk kemudian berjalan ke luar dari ruang kerja milik Daniel, tanpa berkata apa pun.
'Akh, sia-sia aku memasang wajah polos ... dia tidak melihatnya sama sekali, batin Livia begitu keluar dari ruang kerja.
Daniel yang merasa kesal dengan kejadian hari ini, langsung menyambar jaket miliknya kemudian berjalan cepat ke luar dari rumah dengan mengendarai motor sportnya.
"Kak, mau ke mana?!" Teriakan dari laki-laki muda lainnya di teras rumah pun tidak di dengar oleh Daniel, karena dia sudah melesat ke luar dari gerbang.
"Ck, ke luar ko gak ngajak-ngajak," decaknya kemudian.
Mengambil ponsel di saku, dia terlihat menghubungi seseorang sebelum akhirnya ikut pergi dari rumah dengan mobil miliknya.
Livia yang mendengar semua suara kendaraan itu dari kamarnya hanya tersenyum tipis, malam pernikahan yang seharusnya menjadi malam bahagia, kini bahkan terasa sepi dengan kepergian para tuan rumahnya. Namun, itu memang lebih baik, daripada dia harus melayani laki-laki yang dia benci selama bertahun-tahun ini.
"Bila bukan demi tujuanku, aku tidak akan pernah sudi untuk masuk ke dalam rumah ini," ujarnya sambil bersidekap dada d depan jendela, menatap jauh ke luar di mana banyak penjaga yang tampak hilir mudik.
"Rumah yang terasa bagaikan penjara!" sambungnya lagi dengan penekanan di setiap katanya.
"Sekarang kamu menyesal setelah menikahinya, Via?" tanya seseorang di seberang sana.
Akh, ternyata saat ini Livia sedang melakukan sambungan telepon dengan seseorang, menggunakan sebuah earphone di telinga.
"Tidak! Aku hanya tidak suka dengan peran yang harus aku mainkan kali ini," bantah Livia.
Orang di seberang sana terdengar tertawa renyah, ketika mendengar keluhan dari Livia.
"Bukankah ini keputusanmu sendiri untuk melakukan semua ini? Jadi sekarang, terjma saja," ujar orang di seberang sana.
Livia tampak menarik napas dalam kemudian menghembuskannya perlahan.
"Aku tidak mau terus merepotkan kamu dan Daddy. Untuk urusan ini, biarkan aku bekerja sendiri, kalian hanya perlu mendukung aku dari belakang seperti biasa," ujar Livia menatap jauh ke depan, membayangkan dua orang laki-laki yang begitu berarti untuknya.
"Tentu, aku dan Daddy akan selalu ada di belakangmu, Via. Jangan lupa hubungi aku jika kamu memerlukan bantuan," jawab laki-laki itu.
"Ck! Tanpa aku memberitahumu, kamu bahkan sudah membantuku lebih dulu, Brother," decak Livia yang langsung mendapat sunggingan senyum tipis dari laki-laki itu.
"Baiklah, sudah malam, istirahatlah," ujar laki-laki itu.
"Tentu, kamu juga, jangan lupa jaga saudara dan keponakanku," jawab Livia sebelum sambungan terputus.
Livia menutup tirai jendela kemudian berjalan menuju ranjang kecil tempatnya beristirahat, dia kemudian merebahkan dirinya di atas sana dan mulai terlelap, menuju dunia mimpinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Hany
hadir thoor Uda masuk vavorit
2023-05-09
2
Sriutami Utam8
q mampir kak semiga cerita ny bagus ttp semangt
2023-04-02
2
💞🖤Icha
Karya baru lagi langsung mampir author.
Sehat dan semangat berkarya 😘😘
2023-04-02
3