"Wah, gila sih ini, masa pengantin baru malah ngabisin malam di sini, sama minuman lagi. Bukannya belah duren di kamar. Hahaha!" ejek salah satu laki-laki yang tampak datang bersama dengan Danis.
Daniel yang sedang duduk di kursi VIP sebuah klub malam pun tampak menatap wajah dua orang laki-laki di depannya, kemudian menyunggingkan sebelah bibirnya sambil menghembuskan napas kasar.
"Kalian ke sini untuk menemaniku atau mengejekku, hah?" tanyanya, sambil mengambil gelas dari meja kemudian meminumnya.
Seorang wanita cantik dengan baju seksi pun langsung menuangkan kembali minuman pada gelas yang baru saja disimpan di atas meja oleh Daniel.
"Kami hanya khawatir padamu, Kak," jawab Danis yang merupakan adik dari Daniel.
"Haish, itu hanya alasanmu saja, agar bisa bermain dengan wanita yang ada di sini. Iya kan?" Daniel tampak menatap remeh adiknya itu.
"Ck! Kamu memang paling tau apa yang aku suka, hahaha!" sambut Danis diikuti dengan tawanya.
"Baiklah sekarang kalian temani aku menikmati malam ini," ujar Daniel lagi, membuat dua orang laki-laki itu tersenyum senang.
"Aku jadi penasaran, sebenarnya seburuk apa sih istrimu itu, Niel? Sampai-sampai kamu lebih suka menghabiskan malam di sini dari pada mencicipi gadis manis di rumahmu," heran teman Daniel dan Danis yang bernama Ziko.
"Dia itu sangat kampungan, pakaiannya saja sangat kuno dan tidak menarik sama sekali. Aku saja jijik melihatnya, apa lagi Kak Daniel," ujar Danis, menjawab pertanyaan Ziko. Dia meringis membayangkan penampilan Livia yang tidak seperti anak muda masa kini.
"Ah, pantas saja kalau begitu," angguk Ziko ikut meringis membayangkan betapa jeleknya wanita yang Daniel nikahi secara paksa siang tadi.
Ziko memang baru datang dari luar negeri sore tadi, hingga dia tidak sempat untuk mendatangi pernikahan sahabat baiknya itu.
Ketiga laki-laki dewasa itu tampak asik menghabiskan malam di ruangan VIP itu, berteman alkohol dan para wanita di seksi sekitarnya.
.
.
Livia terbangun di tengah malam dengan keringat bercucuran dan napas memburu, lagi-lagi mimpi buruk itu menghampirinya, seolah mengingatkannya akan tujuannya berada di rumah ini.
Kilasan teriakan yang bercampur dengan suara senjata api yang menggema terdengar di telinga. Hingga bayangan tubuh tak bernyawa seluruh keluarga dan para pekerja rumah yang bergelimpangan di setiap sudut rumah dengan darah yang masih segar berputar di kepala.
Livia meremas selimut yang menutupi tubuhnya, tatapan tajam dengan sorot mata penuh kebencian dan kesakitan pun terlihat jelas.
"Aku sudah berjanji untuk membalaskan dendam kalian pada orang-orang tidak memiliki perasaan seperti dia. Dia harus merasakan apa yang sudah aku rasakan selama ini!" desis Livia dengan bibir bergetar.
Salah satu tangan livia hendak menggapai gelas yang berada di atas nakas, tetapi ternyata gelas itu kosong. Livia akhirnya memilih beranjak untuk mengambil air minum ke dapur.
Suasana temaram dan hening langsung menyapa saat Livia ke luar dari kamarnya. Namun, suara pintu utama dibuka mengalihkan perhatian Livia.
"Siapa yang datang larut malam begini?" gumam Livia, sambil melihat jam besar yang menempel di dinding.
Jarum jam baru menujukkan pukul dua dini hari, membuat Livia semakin mengernyitkan keningnya. Dia kemudian beranjak menuju pintu depan.
Brak! Suara barang jatuh membuat Livia semakin bersiaga dan mempercepat langkahnya.
Livia berdecak malas saat dia melihat dua orang laki-laki dewasa sedang berjalan tidak tentu arah, dengan saling menopang satu sama lain, karena keduanya tampak tidak seimbang.
"Astaga, para laki-laki tidak berguna ini," gumam Livia sambil menatap jijik Daniel dan Danis yang sedang berusaha berjalan, walau akhirnya mereka akan terjatuh bersama karena kehilangan keseimbangan.
"Kamu jangan mendorongku, brengsek!" umpat Daniel, menendang Danis yang kini tampak terduduk tidak jauh darinya.
"Kamu yang mendorong aku, Kak!" jawab Danis dengan suara yang sudah hampir hilang.
Mata merah dengan semerbak bau alkohol sudah memberitahu Livia, apa yang membuat dua laki-laki itu seperti ini.
"Di dalam organisasi bahkan aku sudah tidak menemukan para manusia bodoh seperti ini, yang rela merusak tubuhnya sendiri hanya untuk sebuah minuman pahit dan panas itu, ck ck ck." Livia menggelengkan kepala sambil berdiri di depan kedua laki-laki itu.
"Hei, perempuan gila harta! Sedang apa kamu di sini, hah?!" sentak Daniel sambil menunjuk wajah Livia.
Laki-laki itu tampak berusaha untuk bangun, walau kemudian selalu terjatuh lagi dan lagi.
Livia tidak menghiraukannya, dia kemudian berjalan menuju ke luar untuk memanggil seseorang agar bisa membantunya membawa dua laki-laki itu ke kamarnya masing-masing.
"Tolong bantu aku membawa Tuan Danis dan Tuan Daniel, ke kamarnya," ujar Livia begitu ada dua orang penjaga yang datang.
"Baik, Neng Livia," jawab laki-laki itu, kemudian membantu Danis dan Daniel bangun dan berjalan menuju ke kamarnya.
Jangan harap melihat adegan seorang istri yang rela bersusah payah untuk membantu suaminya yang sedang mabuk parah, masuk ke kamar kemudian mengurusnya dengan telaten.
Itu tentu tidak akan terjadi pada Livia, dia terlalu malas untuk berlaku seperti itu, apa lagi dihadapan seorang pemabuk seperti suami dan adik iparnya itu. Jika pun itu sampai terjadi, percayalah semuanya dia lakukan dengan terpaksa, demi kelancaran rencana balas dendamnya. Seperti saat ini, Livia hanya membiarkan kedua laki-laki itu tidur di atas ranjang dengan sepatu yang masih melekat di kakinya.
"Dasar menyusahkan, laki-laki tidak berguna!" hardik Livia menatap tajam Daniel yang tengah terbaring tidak berdaya di atas ranjangnya.
"Perempuan gila harta, Berani-beraninya kamu menghasut ibuku agar aku menikahimu, hah?! Aku akan membuat kamu menyesal karena melakukan itu. Aku tidak akan membiarkan kamu mengambil satu sen pun uang dariku!" racau Daniel yang tentunya ditunjukkan untuk Livia.
Terserah kamu mau menganggapku apa, karena aku tidak butuh uangmu, kecuali perusahaan keluargaku yang sudah kamu rebutan dariku. Itu akan menjadi hal pertama yang aku renggut darimu, Daniel! batin Livia.
Dia berbalik kemudian melenggang kembali berjalan menuju dapur untuk melaksanakan niatnya terbangun tadi, kemudian masuk ke kamar setelah dirasa sudah cukup minum.
Matahari menyapa dengan cahayanya yang terasa hangat menerpa seisi bumi. s Sementara itu seluruh tubuh Livia terlihat sudah basah oleh keringat. Ya, setelah terbangun tadi malam dia tidak bisa tidur lagi, hingga memutuskan untuk melatih tubuhnya dengan gerakan sederhana di dalam kamar.
"Hah, gara-gara sudah lama terkurung di sini, aku jadi tidak bisa melatih tubuhku," gumam Livia, dengan napas yang memburu.
Setelah keringatnya sudah terasa kering dan tubuhnya dingin kembali, Livia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Seperti pagi-pagi biasanya, dia harus segera bangun untuk menyiapkan sarapan untuk ibu mertuanya, kemudian mengurus wanita itu dari bangun sampai tertidur lagi. Mulai dari membantu menyiapkan air untuk mandi, mengajak berjalan-jalan, mengatur obat yang diminum dan memantau kesehatannya, menjadi pekerjaan utamanya selama dia bekerja di rumah besar ini.
Tidak terlalu sibuk, bahkan menurut Livia itu terlalu senggang, makanya dia terkadang jenuh melakukan semua pekerjaannha. Namun, tekad untuk membalaskan dendam pun selalu menjadi penyemangatnya untuk tetap bertahan di rumah ini.
"Selamat pagi, Mami. Bagaimana tidurnya?" tanya Livia ketika dia masuk ke kamar ibu mertuanya itu.
"Pagi juga, Livia. Tidurku malam ini sangat nyenyak, bahkan aku sampai bermimpi," jawab wanita paruh baya itu, yang tampak sedang duduk di ujung ranjang.
"Wah, mimpi apa, Mam?" tanya Livia sambil duduk di kursi tidak jauh dari ranjang. Raut wajahnya terlihat sangat ceria, dilengkapi senyum manis dan lembut yang tidak pernah hilang dari sana.
"Mami mimpi, kamu dan Daniel hidup bahagia dan saling mencintai," jawab Mami Luciana dengan senyum merekahnya. Matanya tampak berbinar memancarkan harapan yang sangat besar dalam ucapannya.
Livia tersenyum, walau hatinya merasa sakit saat mendengar harapan dari seorang wanita yang sudah setahun ini bersama dengannya. Dia tentu tau apa yang akan menjadi akhir kehadirannya di dalam keluarga ini, dan dia tidak akan bisa mundur lagi, walau Livia tahu kalau dirinya akan menorehkan luka pada wanita lembut dan baik hati seperti Luciana.
Maafkan aku, sepertinya mimpimu tidak akan pernah menjadi nyata ... Mami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Mesra Jenahara
wwaahh..seru ini..d mana Livia hanya berpura-pura dan mw balas dendam..sedangkan Daniel menganggap Livia wanita kampungan dan gila harta..pdhl ada sesuatu dari balik semua itu..
menyenangkan..
2023-04-03
2