Menikah Dengan Mantan

Menikah Dengan Mantan

Ternyata mantan

''Saya terima nikah dan kawinnya Nabila Fitriani binti Bapak Suhartono dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas sepuluh gram di bayar tunai," ucap Rifki dengan satu tarikan napas. 

''Bagaimana para saksi?" tanya penghulu pada semua tamu yang hadir. 

''Sah,'' suara tamu undangan menjawab dengan serempak. Mereka ikut bahagia melihat acara ijab qabul yang berjalan dengan lancar.

Ustadz memimpin doa dan diamini seluruh tamu. Semua orang menengadahkan tangan. Mencari berkah atas pernikahan yang baru saja berlangsung. Sebagian langsung mengucapkan selamat pada sang mempelai pria. Tinggal, menunggu pengantin wanita datang.

Kok seperti nama... Ah, gak mungkin dia. Ini cuma mirip saja.

Pria keturunan Malaysia-Indonesia itu sangat tampan dengan balutan baju pengantin berwarna putih. Hidung bangir dan kulit putih serta memiliki postur tubuh yang atletis menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Namun sayang, saat ini tidak boleh dipergunakan untuk memikat wanita lagi karena ia sudah berstatus suami. 

Tak ubahnya pengantin pada umumnya, Rifki menanti kehadiran pengantin wanita di sisinya. Duduk manis di depan penghulu dengan menekan dada yang terus berdebar-debar. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya akan bertemu sang istri, pasti sangat menegangkan. 

Pernikahan itu terjadi atas dasar perjodohan. Rifki yang tak kunjung membawa calon istri ke rumah akhirnya dijodohkan dengan anak salah satu sahabat ayahnya. Mau tidak mau ia harus menerima daripada diasingkan di pulau terpencil, itu adalah ancaman yang sangat menakutkan baginya. 

''Kok lama banget sih,'' bisik Rifki tak sabar. 

''Sebentar lagi juga datang, tenang aja,'' jawab Izul, sahabat Rifki. 

''Tanda tangan dulu, sambil nunggu mempelai.'' Penghulu memberikan surat nikah dan meminta Rifki tanda tangan. 

Bertepatan ketika memegang pena, pengantin wanita duduk di sampingnya. Merasa sama-sama penasaran, mereka saling menoleh menatap pasangannya. Seketika ekspresi kedua pengantin itu berubah. 

Rifki melebarkan mata sembari menggelengkan kepala. Seolah tak percaya bahwa wanita yang disebut namanya beberapa menit yang lalu adalah mantan kekasihnya yang diputuskan lima tahun lalu. Pun Nabila, ia terpaku dengan pria yang saat ini berstatus suaminya. 

''Kamu!'' Keduanya saling menunjuk lawan dengan tatapan tajam penuh permusuhan. 

''Eh, ada apa ini? Kalian saling kenal?'' tanya Ayun, ibunya Rifki.

Duduk di tengah anak dan menantunya. Menatap mereka bergantian. Dilihat dari auranya yang tampak terkejut, diyakini sepasang suami istri itu memang sudah saling kenal. Padahal…setahu keluarga, ini pertama kalinya bertemu. 

Mereka belum pernah bertemu secara langsung. Sering putus dengan pacar membuat keduanya berkomitmen untuk bertemu di hari pernikahan saja. Ingin berkenalan dan berpacaran setelah menikah.

Selama ini Rifki tinggal di Malaysia dengan neneknya. Ia bekerja mengurus bisnis ayahnya di sana. Selain itu, jauh dari orang tua membuatnya bisa leluasa dan bebas bergaul dengan siapapun, termasuk dengan wanita. 

Sedangkan Nabila, gadis yang baru berumur dua puluh lima tahun itu tinggal bersama ibunya. Semenjak ayahnya meninggal, ia yang mencari nafkah. Bekerja di pabrik udang menjadi aktivitasnya setiap hari. Perjodohan itu tak bisa dihindari. Namun siapa sangka, Pria yang dijodohkan dengannya adalah mantannya.

''Kenal,'' jawab Nabila santai. Memalingkan pandangannya ke arah lain. 

''Sangat kenal, Bu.'' Rifki mengucap dengan nada sinis. 

''Bagus dong, itu artinya kalian gak canggung lagi kalau mau malam pertama.''

Rifki menyunggingkan bibir. Malam pertama dengan wanita yang menurutnya sangat menjijikkan, oh tidak. Dirinya terlalu sempurna untuk wanita di sampingnya itu. Bahkan, ia bisa mendapatkan yang lebih cantik dan kaya. Pemikirannya memang terlalu, klise. 

Tidak ada yang bisa Rifki katakan, semua sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur. Sekarang ia tak bisa mundur dari situasi yang menyebalkan itu. Harus menjalani pernikahan yang mungkin… tanpa cinta. 

Setelah menandatangani buku nikah dan menyematkan cincin. Mereka langsung ke pelaminan. Tentu dengan hati kesal saat Rifki disuruh menggandeng tangan Nabila. Tidak ingin ibu dan ayahnya malu dengan sikapnya. Apalagi pesta resepsi itu dihadiri hampir ribuan tamu, dan sebagian dari mereka adalah orang-orang ternama. 

Selama pesta, Rifki dan Nabila memasang wajah yang biasa saja. Sesekali tersenyum kepada tamu yang menyapa. Namun tak ada yang menyangka, jika hati dan pikiran mereka sibuk bergelut dengan apa yang akan dilakukan nanti saat berada dalam satu ruangan.

''Eh, kenapa duduknya berjauhan?'' tegur Rumi, ibunya Nabila. 

Tanpa berkata, Nabila menggeser duduknya ke tengah. Itu juga dilakukan Rifki demi menghormati ibu mertuanya, tetap dengan ekspresi datar, bahkan tanpa senyum. 

Sedikitpun Rifki yan menikmati pesta yang digelar sangat meriah itu. Enggan menatap wajah istrinya. Bagaimana bisa ia menikah dengan gadis yang paling dibenci. Seumur-umur tidak ingin melihatnya lagi. 

Bahkan, momen enam bulan yang pernah mereka jalani bak mimpi buruk. Tidak ingin mengulang lagi dan, cukup waktu itu saja, tidak untuk sekarang.

Sungguh, Tuhan memang tak adil. Ini seperti sebuah kutukan baginya. Tentu sangat menyesal karena menerima perjodohan itu tanpa ingin tahu sosok wanita yang akan di nikahinya lebih dulu. 

''Rifki,'' panggil seorang wanita dari depan pelaminan. 

Seketika Rifki menoleh ke arah sumber suara dan tersenyum tipis. Ia berdiri, menyambut kedatangan wanita cantik itu. Memeluknya dengan erat seperti pasangan kekasih. 

Nabila hanya melihat adegan mesra mereka dari kursi. Tidak ingin menegur apa yang dilakukan suaminya. Yang penting, ia tidak mempermalukan keluarga, itu saja. 

"Jaga sikapmu, Rifki!" Ayun menarik tangan sang putra. Menjauhkan dari wanita yang entah datang dari berantah mana. 

Dilihat dari bajunya yang terlalu ketat dan seksi serta dandanan yang menor, diyakini itu bukan wanita baik-baik. Apalagi tadi berani memeluk Rifki yang sudah jelas menjadi milik orang. 

''Siapa kamu?'' tanya Ayun ketus. Mentap sinis wanita yang berani memeluk suami orang.

''Mama saya Linda, Tante,'' jawab wanita itu sembari mengulurkan tangannya. 

"Kamu tahu, 'kan? Sekarang Rifki sudah menikah, jadi jangan ganggu dia lagi. Jika kamu masih punya urat malu, turun dari sini." Menunjuk ke arah tangga pelaminan.  

''Ibu, dia hanya ingin mengucapkan selamat padaku,'' bantah Rifki.

''Mengucapkan selamat tidak harus berpelukan seperti tadi, menjijikkan. Kamu dan Nabila sudah menikah, hargai istrimu." Ayun kembali mengingatkan. 

''Menyakiti seorang istri sama seperti menyakiti ibumu sendiri, Rifki. Kamu sudah berjanji pada ibu akan menjadi suami yang baik, dan ibu harap bisa menunaikannya,'' tegas Ayun 

Tidak ada jawaban, Rifki kembali duduk di samping Nabila, sedangkan wanita yang bernama Linda turun dan berhamburan dengan tamu lainnya. Sangat kecewa melihat kekasihnya bersanding dengan wanita lain. 

Dino hanya diam saja melihat anak dan istrinya berdebat. Sebab, saat ini ia mendampingi klien penting yang datang dari Singapura.

Terpopuler

Comments

Puja Kesuma

Puja Kesuma

kog bs dl pacaran klo tau nabila jorok gk dandan pakaian sederhana... pastikan krn rasa suka makanya dijadikan pacar kamu rifki...kog skrg malah jijik😃😃

2023-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!