Sore hari Nabila mulai disibukkan dengan memasak. Seperti permintaan Rifki, ada tujuh menu yang harus disiapkan malam ini. Pasti akan menyita waktu yang seharusnya untuk istirahat total sebelum melanjutkan kerja, besok.
''Lebih baik Non Nabila ke kamar saja, biar bibi yang lanjutin.'' Bibi meraih pisau yang ada di tangan Nabila.
''Iya, Non istirahat saja, biar kami yang memasaknya,'' imbuh yang lainnya.
Nabila langsung menyetujui tawaran dua asisten rumah tangganya itu. Ia berlari ke kamar dan langsung berbaring, tak lupa mengunci pintu supaya tidak ada yang mengganggu. Termasuk Rifki.
Tak lama berselang, Rifki keluar dari kamarnya. Pria itu mengedarkan pandangannya ke arah dapur. Merasa tak melihat Nabila, ia pun duduk di ruang makan.
''Nabila di mana, Bi?'' tanya Rifki serius.
''Baru saja naik, Den. Kasihan, kayaknya Non Nabila kecapekan banget. Bibi menyuruhnya istirahat,'' jawab bibi jujur.
Kobaran amarah kembali menyala menyulut dada Rifki. Sungguh, ia tak rela melihat Nabila bahagia hidup di rumahnya. Selain gara-gara tak cinta, masalah ponsel pun ikut menjadi pemicunya.
''Jangan harap kamu menjadi nyonya di rumah ini, Nabila.'' Mengepalkan tangannya dan memukul meja pelan.
Menoleh ke arah lantai dua. Dalam otaknya sudah berputar penuh dengan rencana-rencana baru untuk membuat Nabila tak betah tinggal di rumah itu dan pergi. Dengan begitu, dia bisa memberikan alasan pada orang tuanya, bahwa Nabila lah yang mengkhianati pernikahannya, bukan dia.
Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Tiga teman Rifki sudah datang. Mereka adalah Izul, Tommy, dan Rifan. Kedatangan tiga pria gagah itu pun disambut hangat oleh sang tuan rumah.
''Mana istrimu?" tanya Rommy penasaran.
Seharusnya sepasang pengantin baru selalu berdua di setiap waktu, namun Rifki terlihat sendirian, bahkan rumah itu terlihat sangat sepi.
''Ada di kamar, mungkin lagi tidur,'' jawab Rifki malas.
Berbeda dengan Izul yang ingin melihat Nabila, Rifki justru ingin wanita itu tidak keluar dari kamar untuk malam ini. Malu jika semua teman-temannya melihat wajah asli Nabila yang jauh dari kriterianya.
''Cantikan mana sama Linda?'' Rommy menyelidik.
''Kalau di make up sih cantik, tapi gak tahu deh.'' Rifan menyahut. Melirik sekilas ke arah Rifki yang tampak cemas.
Sungguh, pembahasan mereka membuat Rifki tak nyaman. Ia segera mengalihkan pembicaraan, bosan jika penasaran dengan Nabila yang mungkin jauh dari ekspektasi mereka. Bagaimana tidak, jika dibandingkan dengan Linda, tentu berbeda jauh.
Hampir satu jam mereka bercakap, sebuah klakson mobil dari arah luar terdengar. Rifki segera membukanya, memastikan siapa lagi yang datang. Takut, itu adalah kedua orang tuanya.
''Linda,'' lirihnya saat melihat gadis cantik turun dari mobil.
Ia bergegas menghampiri sang kekasih dan memberikan pelukan hangat, lalu menyuruhnya masuk dan bergabung dengan temannya tadi. Tak disangka, disaat suasana hatinya memburuk, ia mendapatkan kejutan yang mampu mengubah menjadi lebih baik.
''Wah, parah kamu, Ki. Kalau istri kamu tahu bagaimana?'' tegur Rifan ketika melihat Rifki memeluk Linda di depan mereka.
Rifki tersenyum santai. ''Justru itu, aku ingin dia melihatnya. Seberapa besar dia bisa menghadapi sikapku. Kalau dia memang gak tahan, bisa pergi, 'kan?" jawab Rifki santai.
''Kamu bener-bener gila, Ki. Bagaimana bisa seperti itu, kalau ayahmu tahu bagaimana?'' Izul tak tak terima.
''Tenang saja, dia gak bakalan tahu kalau kalian gak ngadu.'' Menunjuk tiga temannya bergantian.
Suara langkah kaki terdengar dari ujung tangga membuat mereka berempat menoleh ke arah sumber suara. Melihat penampilan Nabila bangun tidur, sontak membuat Izul dan yang lain mengerutkan alis.
Pasalnya, Nabila memakai daster ala emak-emak emperan dengan rambut acak-acakan. Wajahnya kusut tanpa make up serta sesekali menguap saat menuruni anak tangga.
''Kamu gak salah milih istri? Mana bisa nafsu kalau penampilannya seperti itu?'' bisik Izul.
Tak disangka, gadis yang kemarin tampil cantik dengan gaun pengantin itu sangat berbeda, terlihat seperti ibu-ibu yang habis menyusui anaknya. Pantas saja, Rifki terdengar sangat membencinya.
''Makanya, aku ingin secepatnya berpisah dari dia.'' Rifki membalas dengan penuh keyakinan.
''Memang selera orang tuamu sangat payah. Jauh dari standart." Rifan menyeruput kopi hitam yang baru saja disuguhkan sembari geleng-geleng kepala.
Seandainya ia yang berada di posisi Rifki pasti akan melakukan hal yang sama. Menurut mereka Istri adalah pemandangan yang harus menyejukkan mata dan sedap di pandang, bukan membuat mata sakit seperti Nabila.
''Sini kamu!'' panggil Rifki tanpa menyebut nama.
Nabila mengikat rambutnya asal. Mendekati Rifki yang masih merangkul Linda mesra. Ingin sekali mencakar wajah wanita itu, namun ia tak ingin mempermalukan diri sendiri. Harus dengan cara elegan untuk menyingkirkan pelakor.
''Linda pingin minum teh hangat, kamu bikinin,'' suruh Rifki.
Nabila menatap kopi hitam yang ada di depan Linda lalu ke belakang tanpa menjawab sepatah katapun. Bergegas mengambil cangkir dan teh serta garam. Geram dengan sikap Rifki yang selalu ketus padanya.
''Enak saja mau mempermainkan aku, rasakan ini.'' Memasukkan tiga sendok garam ke dalam cangkir yang sudah disiapkan dengan teh lalu menuang air panas. Mengaduk hingga tercampur rata dan tersenyum kecil. ''Semoga gak diare,'' terkekeh.
Merapikan penampilannya lalu keluar. Meletakkan teh itu di depan Linda yang terus berbicara mesra dengan Rifki. Mempersilakan sang tamu untuk minum dan langsung undur diri.
Setelah punggung Nabila menghilang di balik lemari, Linda mengambil teh itu lalu meminumnya. Baru sekali tegukan, wanita itu memuntahkan teh yang hampir ditelan.
''Kenapa, Linda?'' Rifki panik dan mengambil tisu, mengusap bibir sang kekasih yang basah.
Ketiga temannya mengangkat bahu melihat reaksi Linda.
''Tehnya asin,'' ucap Linda jujur.
''Asin?" Rifki langsung mencobanya untuk memastikan.
Sama seperti Linda, ia pun langsung menyemprotkan ke arah lain, sedangkan tiga sahabatnya hanya menahan tawa melihat sepasang kekasih itu yang tampak kesal.
''Nabila...!'' teriak Rifki dengan suara lantang.
Nabila yang ada di belakang bersiap menghadapi amukan Rifki. Ia pun sudah merencanakan taktik jitu untuk membuyarkan acara ngobrol mereka, bukan cemburu dengan kedekatan suaminya dengan wanita itu, namun ingin menyadarkan bahwa hubungan mereka itu salah.
''Iya, ada apa?'' tanya Nabila pura-pura bodoh.
''Minum tehnya sampai habis!'' titah Rifki dengan mata menyala.
''Kenapa? Bukannya Linda yang meminta, aku gak haus.'' Nabila berusaha menolak.
''Cepat minum!'' tegas Rifki.
Tenang saja Rifki, aku pasti minum.
Tak ada pilihan lain, Nabila mengambil teh itu. Menatap semua orang bergantian lalu meneguknya. Sama seperti Linda dan Rifki, ia pun menyemburkannya karena rasanya terlalu asin. Kali ini sasarannya sangat tepat, yaitu wajah pacar dari suaminya.
''Nabila,'' pekik Rifki tak terima ketika melihat wajah Linda sudah basah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sulastri Abdi
bukannya tadinya rifki mau dijodohkan karena nggak punya kekasih kenapa setelah nikah linda nempel trs?
2023-04-08
0
Puja Kesuma
kaupun sebagai wanita gk bs bergaya rapi dikit nabila...coba kau rubah penampilan setidaknya jgn pakek daster...gk perlu menor tp enak dipandang mata....pasti rifki tertarik dgnmu
2023-04-08
0