Orang ketiga

Pesta yang digelar meriah itu telah usai. Hanya meninggalkan memori yang tak akan pernah terlupakan. Momen sakral yang disaksikan oleh banyaknya tamu undangan itu menyisakan seonggok kenangan indah. Sebagian keluarga pun pamit pulang. Hanya tinggal keluarga Rifky dan juga Nabila. Mereka masih sibuk berbincang. Sesekali menggoda anak dan menantunya. 

''Ingat, Ki. Jangan kasar-kasar, Nabila ini masih perawan takutnya nanti dia kesakitan,'' goda Ayun sembari menepuk sang putra. 

Rumi terkekeh. Ucapan itu mengingatkan  saat dulu ia malam pertama dengan suaminya. Dan sekarang, akan terjadi pada putrinya. 

Cih, siapa yang mau menyentuh dia. Pacaran enam bulan saja gak betah dengan penampilannya, apalagi ini harus bertemu setiap hari, bisa-bisa stres.

Rifki hanya tersenyum kecut. Sedikitpun tak ada selera dengan wanita yang ada di sampingnya. Untuk saat ini sih memang terlihat cantik. Gaun yang melekat di tubuhnya juga pas, make up natural menyempurnakan wajahnya. Bibirnya memerah pun terlihat begitu menggoda bagi sebagian pria. Namun Tidak bagi Rifki, tetap Linda yang ada di hatinya. 

''Ya sudah, ibu pulang dulu. Kalian nikmati malam ini ya, cepat berikan cucu untuk kami.'' Ayun berbisik di telinga Nabila yang membuat gadis itu tersipu. 

Namun, senyumnya lenyap seketika menatap wajah datar Rifki. 

''Kami pulang dulu ya, Nak. Jaga Nabila baik-baik.'' Reno menepuk bahu Rifki dengan pelan. Percaya pria itu bisa menjaga Nabila dengan baik. 

Seluruh keluarga sudah pergi. Kini hanya tinggal Nabila dan Rifky. Mereka saling menjauh, menjaga jarak antara keduanya. 

''Aku gak mau tidur satu ranjang sama kamu,'' ucap Rifki serius. 

Nabila berdecak. ''Siapa juga yang mau tidur sama kamu. Lebih baik aku tidur di lantai daripada harus di ranjang denganmu,'' jawab Nabila tak kalah ketus. Harus membalas apa yang dilakukan Rifki demi menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita.

Gadis itu mengangkat gaunnya. Berjalan lenggang menghampiri resepsionis yang bertugas. Meminta kamar satu lagi untuk dirinya. Tentu, dengan beberapa alasan. 

''Tidak bisa, Mbak. Ini amanah dari keluarga mas Rifki,'' tolak resepsionis tegas. 

Mereka ingin menjaga amanah yang diberikan keluarga Rifki. Tidak ingin mengingkarinya. Meski Nabila terus memohon, tetap tidak akan dikabulkan. 

Terpaksa Nabila menghampiri Rifki dan mengatakan tentang penolakan resepsionis tadi. 

''Terserah kamu mau tidur di mana, pokoknya aku gak mau satu ranjang sama kamu, menjijikkan.'' Rifki melangkahkan menuju kamar. Pun Nabila yang mengikutinya dari belakang. Tidak mungkin dia pulang atau tidur di lobi, apa kata orang nanti. 

Meski sakit hati dengan ucapan Rifki, ia tetap menahannya. Menganggap setiap penghinaan itu adalah angin yang sekedar berhembus. Akan hilang berhamburan dengan udara lainnya.

Sepanjang perjalanan menuju kamar pengantin, mereka saling diam. Bahkan, jalannya pun dengan jarak yang lumayan jauh. Seperti bukan pasangan saja membuat pelayan hotel yang melintas heran. 

Setibanya di lantai tiga, Rifki menghentikan langkahnya saat melihat Linda berdiri di depan pintu kamarnya. Nabila yang tak menyadari sang suami berhenti pun terus berjalan. Naas, kepalanya menabrak punggung pria tersebut. 

''Awww…'' Nabila mengusap keningnya yang terasa perih. Kemudian, menepuk punggung Rifki sekeras mungkin. 

''Kenapa gak bilang kalau mau berhenti sih?'' ucapnya kesal. 

Menggeser tubuhnya dan mengikuti ke mana arah mata Rifki memandang. Kini, ia tahu kenapa sang suami berhenti, ternyata ada wanita yang tadi sempat memeluknya di pelaminan. 

''Dia pacar kamu?'' tanya Nabila tanpa aling-aling. 

''Iya,'' jawab Rifki jujur. 

Linda berjalan menghampiri Rifki dan kembali memeluk pria itu dengan erat seperti saat di pelaminan. Tak peduli dengan Nabila yang berstatus istri, yang penting ia bisa menyalurkan kesedihannya karena ditinggal menikah sang pacar. 

''Maafkan aku, Lin. Aku gak bisa menolak perjodohan dari orang tuaku. Tapi aku janji akan mencari cara untuk bisa lepas dari semua ini. Kamu sabar saja.'' Rifki membalas pelukan hangat itu. Sesekali mengusap lembut punggung sang kekasih yang masih tenggelam dalam tangis. 

Sedangkan Nabila, gadis itu hanya menjadi penonton setia. Seperti tadi, ia mencerna percakapan antara suami dan wanita asing itu. Melihat kemesraan mereka sepertinya Rifki memang sangat mencintai Linda. 

''Sekarang kamu pulang ya, besok aku akan datang ke apartemen kamu." Rifki melepas pelukannya. 

''Gak mau, aku mau di sini dulu sama kamu, masih kangen,'' ucap Linda manja. 

Udah dewasa juga, masih kayak anak kecil saja. 

Rifki tidak bisa menolak permintaan Linda. Ia mengajak gadis itu ke kamarnya tanpa izin dari Nabila. Sedikitpun tak memikirkan perasaan gadis itu. Meskipun tak saling cinta, seharusnya tetap menjaga ikatan suci yang baru saja diucapkan. Kamar yang seharusnya menjadi tempat ternyaman bagi pengantin baru justru berubah miris. Ada orang ketiga di antara mereka.

''Aku ke kamar mandi dulu. Kamu di sini saja,'' suruh Rifki dan langsung mendapat jawaban anggukan.

Hampir saja Linda naik ke atas ranjang, Nabila menarik tangan wanita itu dari belakang. 

''Maaf ya Mbak. Dari tadi aku diam bukan berarti membiarkan kamu berbuat seenaknya saja. Aku dan Rifky memang dijodohkan dan tidak saling cinta, tapi pernikahan itu sah secara agama dan negara. Jadi aku harap Mbak sadar diri. Kalau kalian mau berzina tolong jangan di depanku. Oke.'' Nabila membuka lemari yang dipenuhi baju-baju miliknya dan juga milik Rifki. 

Linda menghentakkan kakinya. Berdecak kesal karena Nabila berani melarangnya. Tak disangka, gadis yang terlihat sangat lugu dan bodoh itu berani padanya.

Mengambil piyama dan membawanya ke depan kamar mandi. Menunggu Rifki yang sepertinya sedang mandi di dalam. 

Sementara Linda hanya mematung di sisi ranjang sambil menunggu sang kekasih keluar. 

Pintu kamar mandi dibuka dari dalam. Rifki keluar, pria itu hanya memakai handuk yang membelit di pinggangnya. Memamerkan dada bidangnya yang begitu putih dengan hiasan buliran air. Ketampanannya memang tak diragukan lagi. Bahkan dalam keadaan seperti ini pun masih memesona. 

''Bilangin sama pacar kamu. Kalau berada di lingkungan orang harus punya sopan santun. Dan kalau mau mesra dengan kamu, cari tempat lain, bukan di kandang istri dari pacarnya,'' omel Nabila tanpa rasa takut. 

Rifki terdiam. Melanjutkan langkahnya menghampiri Linda tanpa menghiraukan ucapan Nabila yang menurutnya sangat tak penting. 

Sementara Nabila langsung ke kamar mandi. Menutup pintu dengan keras menandakan bahwa ia masih marah dengan tingkah polah Linda. 

''Dasar manusia gak ada yang punya adab. Apa dari kecil mereka gak pernah diajari sopan santun?'' gerutu Nabila kesal. 

Bagaimana tidak, baru beberapa jam menjadi istri Rifki Ananda. Ia sudah dihadapkan dengan orang ketiga.

Aku harus sabar sampai waktu itu tiba. Semoga ada jalan terbaik untukku.

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

sebenarnya MLS baca novel yg isinya perselingkuhan apalagi berzina setelah menikah mnjijikan realnya gue mnding kaburrr daripada punya suami minim akhlaq😠

2023-05-18

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

jgn mau di injak injak sama plakor nabila ..walaupun linda pacar bya tp kau istrinya

2023-04-03

1

Puja Kesuma

Puja Kesuma

gak suka tp pernah pacaran 6 bulan...mana mungkin gk saling cinta... jadi pacaran waktu itu kog bs jadi apa sijodohkan jg...gak kan?😃😃

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!