Layaknya di kamarnya sendiri, Nabila melakukan aktivitasnya setelah mandi, seperti mengeringkan rambut dan juga memakai make up sebelum tidur. Di kamar itu memang sudah disiapkan alat-alat kecantikan lengkap dan juga baju-baju mahal. Tentu, itu adalah hadiah dari ibu mertuanya, orang yang paling antusias dengan pernikahan itu.
Sesekali melirik ke arah Rifki dan Linda yang asyik mengobrol di sofa. Menatap mereka dengan tatapan sinis. Seperti tak mengenal dosa saja harus berpacaran di depan istrinya.
Beranjak dari duduknya mendekati sang suami yang dari tadi tak menghiraukannya sedikitpun.
''Aku tidur di mana?'' tanya Nabila. Bukan mencari perhatian, tapi takut salah tempat dan akan menjadi perdebatan.
''Tidur saja di bawah.'' Menyungutkan kepalanya ke arah lantai yang dipenuhi dengan kelopak mawar dan lilin.
Terpaksa, Nabila harus membersihkannya dulu sebelum menempatinya. Ia mengambil semua lilin dan membuangnya ke tong sampah. Mengumpulkan semua hiasan-hiasan yang disusun se-rapi mungkin dan memungutnya. Setelah semuanya bersih, ia segera mengambil karpet dan melebarkannya. Juga mengambil satu bantal dan guling. Segera membaringkan tubuhnya untuk mengurangi rasa lelah akibat kelamaan pesta. Tak lupa membungkam telinganya dengan kapas agar tak bisa mendengar pembicaraan antara suami dan juga jalangnya.
''Kamu gak kasihan sama istrimu, menyedihkan sekali nasibnya." Linda menatap Nabila yang mulai tertidur.
''Untuk apa kasihan, dengan begini dia gak akan betah menjadi istriku dan meminta cerai, setelah itu baru kita menikah,'' ucap Rifki yakin.
Di tengah malam, Nabila membuka mata. Mengedarkan pandangannya menyusuri ruangan yang lumayan gelap. Rupanya Rifki sudah menggantinya dengan lampu temaram. Mengusap perutnya yang terasa lapar.
''Tumben gini amat, biasanya juga jam segini belum lapar.'' Mengingat-ingat terakhir makan. Benar saja, ternyata ia makan terakhir sarapan pagi. Setelah itu sudah tak sempat karena sibuk dengan acara pernikahan.
Terpaksa terbangun. Menguncir rambutnya dengan asal. Menatap Rifki yang tampak terlelap.
''Ternyata masih sedikit waras. Aku kira dia tidur dengan pacarnya yang sok kecantikan itu.'' Melangkah dengan pelan dan membuka pintu. Menoleh ke kiri kanan. Sepi, tidak ada siapapun orang yang melintasi lorong. Wajar, baru jam satu pagi, pasti semua orang istirahat. Terlebih kamar yang ia tempati adalah swet room dan hanya ada beberapa tempat saja.
''Minta bantuin Rifki sajalah, daripada takut sendiri.''
Menutup pintunya lagi. Mendekati Rifki dan menggoyang-goyangkan lengan pria tersebut. Sesekali memanggil namanya dengan suara pelan.
''Aku lapar, Ki. Ayolah, sekali saja bantuin,'' ucap Nabila memohon.
Rifki berdecak kesal. Bukannya bangun, pria itu justru meringkuk memunggungi Nabila. Melanjutkan mimpinya yang sempat terpotong.
Jika sudah seperti ini, Nabila tak berani membangunkannya, takut Rifki marah-marah. Akhirnya ia menghubungi resepsionis melalui telepon khusus. Memesan makanan juga nimunan plus cemilan untuk menemaninya berjaga.
Tak lama berselang pintu diketuk dari arah luar. Nabila segera membukanya dan mengambil makanan pesananannya lalu meletakkan di meja. Sebelum makan, ia menyalakan lampu utama.
''Apaan sih ini?" gerutu Rifki sembari menutup wajahnya dengan bantal ketika merasakan silau di matanya.
''Siapa yang nyalain lampu?'' imbuhnya semakin kesal.
''Aku,'' jawab Nabila sengit.
Mendengar suara yang menurutnya asing membuat Rifki terkejut dan sontak membuka mata lebar-lebar. Mengingat-ingat apa saja yang terjadi hingga mantannya itu bisa berada di kamarnya. Ah, ternyata dia lupa kalau sekarang sudah menjadi suaminya Nabila.
''Ngapain kamu menyalakan lampu segala? Aku gak bisa tidur,'' bentak Rifki dengan nada tinggi.
''Aku mau makan sebentar, kalau sudah selesai manti aku matikan lagi,'' jawab Nabila jujur.
Rifki tak menjawab, ia hanya menatap seporsi makanan di atas meja lalu beralih menatap pinggang Nabila yang jauh dari kata ramping. Sangat berbeda dengan Linda, wanita itu terlihat sangat cantik dan mendekati sempurna. Selalu memperhatikan penampilannya. Menjaga postur tubuh supaya tetap terlihat seksi.
Pantas saja dia gendut, rupanya suka makan malam-malam begini. Bisa bisanya aku pernah pacaran sama dia dan menikahinya setelah menjadi mantan.
Hanya mengucap dalam hati.
Rifki jadi ingat dengan pertemuan mereka pertama kali. Waktu itu ia melihat Nabila masih terlihat sangat polos dan bodoh. Penampilannya tentu khas gadis kampung. Memakai kemeja dilipat dan juga rok pendek hitam. Rambut dikuncir kuda, memamerkan leher jenjangnya yang lumayan putih. Sosoknya yang pendiam dan ramah membuat Rifki penasaran, akhirnya dengan konyol ia menembak gadis itu.
Tanpa banyak kata, Nabila langsung menerimanya, selain tampan rupawan, juga mengira Rifki adalah pria baik-baik yang berkomitmen. Hubungan mereka terjalin, hampir setiap hari bertemu dan jalan.
Disaat itu hati Rifki goyah ketika melihat wanita yang lebih cantik hadir di tengah hubungannya dengan Nabila. Ia tergoda hingga menganggap Nabila tak cantik lagi.
Apalagi penampilannya yang sangat sederhana membuatnya sering kali malu saat bertemu sahabatnya. Seketika itu ia memutuskan Nabila dengan alasan tidak cocok. Sejak saat itu, Rifki selalu membanding-bandingkan dengan kecantikan setiap wanita yang dekat dengannya.
Hingga terakhir hatinya berlabuh pada seorang model cantik yang bernama Linda Hastuti. Namun sayang, kisah cintanya terhalang oleh pernikahannya dengan pacar pertamanya.
''Besok kita akan tinggal satu rumah. Tapi tenang saja, kamu bebas melakukan apapun, begitu juga denganku. Anggap saja pernikahan ini tidak pernah terjadi, nanti kalau aku sudah punya cara yang tepat, kita akan bercerai.''
Nabila meletakkan sendok dengan kasar lalu berdiri dari duduknya. Menghampiri Rifki yang menurutnya bicara asal. Bukan ia tidak ingin cerai hanya saja… Itu adalah perbuatan yang sangat keliru.
''Kamu pikir pernikahan itu permainan? Gila. Setiap ucapan itu akan diminta pertanggung jawabannya kelak, jadi jangan pernah main-main, ketika kamu sudah berjanji di hadapan Allah maka jangan mengingkarinya,'' ucap Nabila tak terima.
''Kamu pikir aku mau mempunyai istri sepertimu terus-terusan, itu lebih gila, Nabila. Menikah denganmu seperti kutukan bagiku,'' sergah Rifki.
''Tapi bukan seperti itu caranya. Pasrahkan saja ama Allah. Menurutku caramu itu tidak benar. mempermainkan pernikahan sama saja artinya dengan mempermainkan hukum Allah dan hal itu termasuk dosa besar,'' terang Nabila panjang lebar.
''Bilang saja kalau kamu memang ingin menjadi Nyonya Rifki, sok-sokan ngomongin dosa besar,'' cibir Rifki sinis.
Nabila memejamkan matanya. Kini, ia baru tahu watak Rifki yang sesungguhnya. Ia tidak menyesal dengan pernikahan itu. Sebab, apapun yang terjadi atas kuasa Allah. Tidak ada manusia yang bisa melawan takdir. Selepas jodoh ataupun tidak, itu pun atas kehendak-Nya.
''Terserah apa katamu, aku sudah mengingatkan. Setidaknya aku melakukan salah satu kewajibanku, yaitu mengingatkan disaat suami salah.''
Keluar dari kamar itu. Menghindari perdebatan dengan Rifki yang entah sampai kapan berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Puja Kesuma
kau tunjukan sama rifki klo kau jg lbh cantil dr linda atau siapapun...kau manfaatin aja duit rifki buat perawatan....pasti rifki klepek klepek dtg dgn sendirinya
2023-04-03
0