Pewaris Yang Hilang
Seorang anak remaja terbentur di dinding akibat dorongan beberapa orang anak remaja seusianya. Tampak wajah nya sudah babak belur, bahkan bibir nya mengeluarkan darah segar.
"Awwwh...". Ia meringis kesakitan sambil memegang dahi nya yang juga mulai mengeluarkan darah. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk tunduk pada mereka. Dia adalah Haikal, anak angkat seorang preman yang setiap hari mabuk - mabukan dan berjudi saja.
Keseharian nya hanya melakukan kerja, kerja, dan kerja. Bangun pagi menyiap kan sarapan untuk seluruh isi rumah, mencuci pakaian lalu menjemurnya. Setelah semua tugas nya selesai baru lah ia di benar kan untuk ke sekolah. Meskipun lambat dan akan menerima hukuman dari guru, tapi tekat nya kuat untuk menuntut ilmu.
Setiap di sekolah, dia pasti akan menjadi bahan buli teman sekolah nya yang lain.
"Sudah aku katakan, jauhi Masha! Kenapa lo degil sangat, hah!". Rudi kembali kembali melayangkan tinju nya ke wajah Haikal. Rudi adalah ketua geng yang sering membuli Haikal dengan alasan nya karena Haikal sering mengusik kekasih nya.
"Kalau kamu nggak suka lihat aku dekat dengan Masha, maka ikat dia di punggung mu supaya dia tidak bisa datang mengdekati ku". Imbuh Haikal dingin.
"Tampak nya dia mau bilang kalau Masha lah yang mendekati nya, Rud. Dia pikir dia siapa?". Salah satu rekan Rudi bernama Aldi membatu api. "Ha ha ha". Di sertai gelak menghina dari mereka semua.
Haikal sama sekali tidak menanggapi, ia hanya bisa memendam perasaan nya karena jika ia membalas maka akan berakibat fatal pada sekolah nya. Hanya satu semester lagi untuk ia lulus bersama teman - teman nya yang lain. Rudi merupakan kerabat dekat kepala sekolah nya, dan orang tua nya merupakan donatur yang paling banyak menyumbang untuk sekolah itu. Jadi tiada siapa pun yang berani melawan Rudi.
Haikal bukan nya takut seperti yang lain nya, tapi ia lebih menyayangi kesempatan ini untuk mendapatkan ijazah yang sebentar lagi akan ia dapat kan. Susah paya ia berkorban selama ini untuk bertahan agar bisa tetap lanjut sekolah tidak akan ia sia - sia kan hanya karena sakit hati dan dendam. Ia bisa membalas nya lain waktu dengan cara yang berbeda yang tentu nya lebih membuat lawan nya tersudut.
"Hey kalian! Kalian apa kan Haikal lagi, hah?". Seorang remaja wanita muncul mendekati sekumpulan remaja pria itu. Mendorong tubuh kekar Rudi agar ia bisa melihat kondisi Haikal secara dekat.
"Masha??". Seru mereka semua salah tingkah terutama Rudi.
Perasaan Masyah bagai di cabik - cabik melihat kondisi Haikal yang sangat menyayat hati. Wanita itu kemudian mendekati Rudi lagi dan....
Plakkk...
Satu tamparan kuat menyerang pipi Rudi. "Berapa kali aku katakan sama kamu Rudi? Aku nggak suka sama kamu, aku hanya menyukai Haikal. Semakin kamu bersikap seperti ini dan terus saja menyakiti Haikal, aku semakin ilfil tahu nggak. Aku akan meminta mama dan papa untuk membatalkan perjodohan kita. Aku nggak sudi berhubungan dengan pria kasar seperti kamu". Imbuh Masha dengan tegas.
"Apa yang ada pada di brengsek itu sehingga kamu mati - marian membela nya. Ingat, Sya! Setelah kelulusan kita nanti, orang tua kita akan mengadakan pesta pertunangan untuk kita. Dan itu nggak akan mungkin di batal kan kecuali keluaga kamu melunasi hutang pada keluarga ku. Kamu masih ingat kan berapa dominal hutang itu, seumur hidup kalian bekerja memeras tenaga pun nggak akan pernah sanggup membayar nya...". Rudi kemudian menghampiri Masha dan membelai pipi lembut wanita itu.
"Jangam sentuh gue!". Masha menghempas tangan Rudi.
"Masha ku sayang, lebih baik kamu nurut sama aku, kamu nggak mau kan keluarga kamu mati di tangan para suruhan keluarga ku?". Rudi berbisik dengan nada mengancam pada Masha agar tunduk pada nya.
Masha terdiam. Rudi memang sangat tahu kelemahan nya dan menjadikan semua itu sebagai alat untuk membuat nya tunduk.
"Sekarang ikut aku, kita pergi makan sebelum waktu istirahat habis...". Rudi memeluk pinggang Masha yang sudah tunduk pasrah. Hanya mata nya yang tak lepas menatap Haikal dengan sedih.
Haikal tidak akan menghalangi mereka membawa Masha pergi, karena hakikat nya itu yang terbaik untuk wanita itu. Haikal bangkit dan memperbaiki penampilan nya. Darah yang mengering di wajah nya ia siram dengan air minum yang ada tas nya. Setelah lebih baik, ia segera keluar dari gudang itu dengan rasa lapar yang menyerang perut nya.
Saat membuka pintu, terlihat bekalan yang ia bawa sudah berserakan di lantai. Dengan menghela nafas, ia mengutip perlengkapan nya lalu memasukkan nya ke dalam tas lusuh milik nya.
"Percuma setiap hari membawa bekal tapi ujung - ujung nya berakhir di makan lantai". Gumam Haikal sedih.
*
*
Sepulang sekolah, Haikal langsung ke tempat kerja nya. Ia bekerja sebagai buruh yang tak jauh dari sekolah nya, dengan perut yang keroncongan tetap ia abaikan demi mencari uang. Tubuh nya yang kurus karena jarang makan tidak sebanding dengan tenaga yang ia gunakan setiap hari nya.
"Haikal!!". Seseorang berteriak pada nya.
Haikal menghampiri teman nya itu dengan perasaan yang sedikit lebih baik. Nasip mereka tidak jauh berbeda, di besar kan oleh keluarga kejam dan penuh penderitaan memaksakan mereka harus mandiri semenjak kecil. Cuma berbeda nya, Haikal masih berjuang untuk sekolah sementara teman nya ini memilih menyerah karena mental nya tidak kuat seperti Haikal.
"Lo pasti lapar, nih gue bawakan roti lebih dari rumah untuk lo makan. Badan lo semakin hari semakin kurus, kesihan aku tengok". Imran menyerahkan dua bungkus roti pada Haikal.
"Terima kasih, Im. Lo memang yang terbaik. Terima kasih yah, suatu hari nanti gue pasti akan balas semua kebaikan lo. Tapi janga sering - sering bawa kan gue makanan, nasip kita itu sama, Im". Sahut Haikal sambil menepuk Pundak Imran perlahan.
"Udah, lo makan cepat, jam kerja lo hanya berapa jam saja. Jadi jangan buang - buang waktu untuk bercerita banyak. Lo tahu sendiri kan mandor kita itu seperti apa? Gue ke sana dulu yah mau lanjut kerja". Imran pamit untuk melanjutkan kerja nya. Ia di tugas kan untuk menyusun batu bata.
Haikal bergegas membuka pakaian sekolah nya dan mengganti kan nya dengan pakaian lusuh yang ia bawa dari rumah. Sambil menggigit sedikit demi sedikit roti dari Imran, Haikal menjalan kan kerja dengan semangat.
Tiba - tiba semua pekerja meninggalkan posisi mereka dan berbaris di luar.
"Hari ini hari apa? Kok mereka berbaris kayak ingin upacara bendera aja". Gumam Haikal bingung.
"Lo kenapa bengong aja? Ayok ke sana juga". Tegut Imran.
"Oh, iya". Sahut Haikal masih bingung.
Ia berdiri di samping Imran yang kebetulan berada di baris paling belakang. "Ini sebenarnya ada apa sih?". Bisik Haikal.
"Eh, gue sampai lupa kalau lo nggak pernah ikut menyambut atasan kita seperti ini. Biasa nya sih di lakukan pada pagi hari, tapi udah sebulan atasan tidak datang eh tiba - tiba dapat kabar ia datang sore ini...". Jelas Imran juga dengan suara berbisik.
"Oh, pantas aku kayak orang bodoh". Gumam Haikal.
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapan mereka semua. Turun seorang pria dengan tubuh yang masih terlihat gagah meski usia yang sudah tidak lagi muda. Semua orang tunduk memberi hormat kecuali Haikal. Ia tidak cukup fokus sehingga tidak memeprhatikan teman nya.
Karena tingkah nya itu, Haikal mendapat perhatian dari atasan nya. "Hei, kamu! Kenapa bengong aja? Cepat beri hormat!". Tegas mandor menegur Haikal..
Haikal tersentak dan langsung ikut tunduk memberi hormat. "Kayak raja aja mesti tunduk segala". Gumam Haikal keberatan..
Tiba - tiba atasan mereka itu menghampiri Haikal dengan tatapan yang sukar di tafsirkan. Semua yakin jika Haikal akan menerima hukuman dari atasan mereka itu, tapi...
Semua nya malah kaget karena atasan mereka malah tiba - tiba memeluk Haikal dengan erat sambil meneteskan air mata. "Tuan muda!! Akhirnya aku menemukan mu!!". Lirih pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments