Seorang anak remaja terbentur di dinding akibat dorongan beberapa orang anak remaja seusianya. Tampak wajah nya sudah babak belur, bahkan bibir nya mengeluarkan darah segar.
"Awwwh...". Ia meringis kesakitan sambil memegang dahi nya yang juga mulai mengeluarkan darah. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk tunduk pada mereka. Dia adalah Haikal, anak angkat seorang preman yang setiap hari mabuk - mabukan dan berjudi saja.
Keseharian nya hanya melakukan kerja, kerja, dan kerja. Bangun pagi menyiap kan sarapan untuk seluruh isi rumah, mencuci pakaian lalu menjemurnya. Setelah semua tugas nya selesai baru lah ia di benar kan untuk ke sekolah. Meskipun lambat dan akan menerima hukuman dari guru, tapi tekat nya kuat untuk menuntut ilmu.
Setiap di sekolah, dia pasti akan menjadi bahan buli teman sekolah nya yang lain.
"Sudah aku katakan, jauhi Masha! Kenapa lo degil sangat, hah!". Rudi kembali kembali melayangkan tinju nya ke wajah Haikal. Rudi adalah ketua geng yang sering membuli Haikal dengan alasan nya karena Haikal sering mengusik kekasih nya.
"Kalau kamu nggak suka lihat aku dekat dengan Masha, maka ikat dia di punggung mu supaya dia tidak bisa datang mengdekati ku". Imbuh Haikal dingin.
"Tampak nya dia mau bilang kalau Masha lah yang mendekati nya, Rud. Dia pikir dia siapa?". Salah satu rekan Rudi bernama Aldi membatu api. "Ha ha ha". Di sertai gelak menghina dari mereka semua.
Haikal sama sekali tidak menanggapi, ia hanya bisa memendam perasaan nya karena jika ia membalas maka akan berakibat fatal pada sekolah nya. Hanya satu semester lagi untuk ia lulus bersama teman - teman nya yang lain. Rudi merupakan kerabat dekat kepala sekolah nya, dan orang tua nya merupakan donatur yang paling banyak menyumbang untuk sekolah itu. Jadi tiada siapa pun yang berani melawan Rudi.
Haikal bukan nya takut seperti yang lain nya, tapi ia lebih menyayangi kesempatan ini untuk mendapatkan ijazah yang sebentar lagi akan ia dapat kan. Susah paya ia berkorban selama ini untuk bertahan agar bisa tetap lanjut sekolah tidak akan ia sia - sia kan hanya karena sakit hati dan dendam. Ia bisa membalas nya lain waktu dengan cara yang berbeda yang tentu nya lebih membuat lawan nya tersudut.
"Hey kalian! Kalian apa kan Haikal lagi, hah?". Seorang remaja wanita muncul mendekati sekumpulan remaja pria itu. Mendorong tubuh kekar Rudi agar ia bisa melihat kondisi Haikal secara dekat.
"Masha??". Seru mereka semua salah tingkah terutama Rudi.
Perasaan Masyah bagai di cabik - cabik melihat kondisi Haikal yang sangat menyayat hati. Wanita itu kemudian mendekati Rudi lagi dan....
Plakkk...
Satu tamparan kuat menyerang pipi Rudi. "Berapa kali aku katakan sama kamu Rudi? Aku nggak suka sama kamu, aku hanya menyukai Haikal. Semakin kamu bersikap seperti ini dan terus saja menyakiti Haikal, aku semakin ilfil tahu nggak. Aku akan meminta mama dan papa untuk membatalkan perjodohan kita. Aku nggak sudi berhubungan dengan pria kasar seperti kamu". Imbuh Masha dengan tegas.
"Apa yang ada pada di brengsek itu sehingga kamu mati - marian membela nya. Ingat, Sya! Setelah kelulusan kita nanti, orang tua kita akan mengadakan pesta pertunangan untuk kita. Dan itu nggak akan mungkin di batal kan kecuali keluaga kamu melunasi hutang pada keluarga ku. Kamu masih ingat kan berapa dominal hutang itu, seumur hidup kalian bekerja memeras tenaga pun nggak akan pernah sanggup membayar nya...". Rudi kemudian menghampiri Masha dan membelai pipi lembut wanita itu.
"Jangam sentuh gue!". Masha menghempas tangan Rudi.
"Masha ku sayang, lebih baik kamu nurut sama aku, kamu nggak mau kan keluarga kamu mati di tangan para suruhan keluarga ku?". Rudi berbisik dengan nada mengancam pada Masha agar tunduk pada nya.
Masha terdiam. Rudi memang sangat tahu kelemahan nya dan menjadikan semua itu sebagai alat untuk membuat nya tunduk.
"Sekarang ikut aku, kita pergi makan sebelum waktu istirahat habis...". Rudi memeluk pinggang Masha yang sudah tunduk pasrah. Hanya mata nya yang tak lepas menatap Haikal dengan sedih.
Haikal tidak akan menghalangi mereka membawa Masha pergi, karena hakikat nya itu yang terbaik untuk wanita itu. Haikal bangkit dan memperbaiki penampilan nya. Darah yang mengering di wajah nya ia siram dengan air minum yang ada tas nya. Setelah lebih baik, ia segera keluar dari gudang itu dengan rasa lapar yang menyerang perut nya.
Saat membuka pintu, terlihat bekalan yang ia bawa sudah berserakan di lantai. Dengan menghela nafas, ia mengutip perlengkapan nya lalu memasukkan nya ke dalam tas lusuh milik nya.
"Percuma setiap hari membawa bekal tapi ujung - ujung nya berakhir di makan lantai". Gumam Haikal sedih.
*
*
Sepulang sekolah, Haikal langsung ke tempat kerja nya. Ia bekerja sebagai buruh yang tak jauh dari sekolah nya, dengan perut yang keroncongan tetap ia abaikan demi mencari uang. Tubuh nya yang kurus karena jarang makan tidak sebanding dengan tenaga yang ia gunakan setiap hari nya.
"Haikal!!". Seseorang berteriak pada nya.
Haikal menghampiri teman nya itu dengan perasaan yang sedikit lebih baik. Nasip mereka tidak jauh berbeda, di besar kan oleh keluarga kejam dan penuh penderitaan memaksakan mereka harus mandiri semenjak kecil. Cuma berbeda nya, Haikal masih berjuang untuk sekolah sementara teman nya ini memilih menyerah karena mental nya tidak kuat seperti Haikal.
"Lo pasti lapar, nih gue bawakan roti lebih dari rumah untuk lo makan. Badan lo semakin hari semakin kurus, kesihan aku tengok". Imran menyerahkan dua bungkus roti pada Haikal.
"Terima kasih, Im. Lo memang yang terbaik. Terima kasih yah, suatu hari nanti gue pasti akan balas semua kebaikan lo. Tapi janga sering - sering bawa kan gue makanan, nasip kita itu sama, Im". Sahut Haikal sambil menepuk Pundak Imran perlahan.
"Udah, lo makan cepat, jam kerja lo hanya berapa jam saja. Jadi jangan buang - buang waktu untuk bercerita banyak. Lo tahu sendiri kan mandor kita itu seperti apa? Gue ke sana dulu yah mau lanjut kerja". Imran pamit untuk melanjutkan kerja nya. Ia di tugas kan untuk menyusun batu bata.
Haikal bergegas membuka pakaian sekolah nya dan mengganti kan nya dengan pakaian lusuh yang ia bawa dari rumah. Sambil menggigit sedikit demi sedikit roti dari Imran, Haikal menjalan kan kerja dengan semangat.
Tiba - tiba semua pekerja meninggalkan posisi mereka dan berbaris di luar.
"Hari ini hari apa? Kok mereka berbaris kayak ingin upacara bendera aja". Gumam Haikal bingung.
"Lo kenapa bengong aja? Ayok ke sana juga". Tegut Imran.
"Oh, iya". Sahut Haikal masih bingung.
Ia berdiri di samping Imran yang kebetulan berada di baris paling belakang. "Ini sebenarnya ada apa sih?". Bisik Haikal.
"Eh, gue sampai lupa kalau lo nggak pernah ikut menyambut atasan kita seperti ini. Biasa nya sih di lakukan pada pagi hari, tapi udah sebulan atasan tidak datang eh tiba - tiba dapat kabar ia datang sore ini...". Jelas Imran juga dengan suara berbisik.
"Oh, pantas aku kayak orang bodoh". Gumam Haikal.
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapan mereka semua. Turun seorang pria dengan tubuh yang masih terlihat gagah meski usia yang sudah tidak lagi muda. Semua orang tunduk memberi hormat kecuali Haikal. Ia tidak cukup fokus sehingga tidak memeprhatikan teman nya.
Karena tingkah nya itu, Haikal mendapat perhatian dari atasan nya. "Hei, kamu! Kenapa bengong aja? Cepat beri hormat!". Tegas mandor menegur Haikal..
Haikal tersentak dan langsung ikut tunduk memberi hormat. "Kayak raja aja mesti tunduk segala". Gumam Haikal keberatan..
Tiba - tiba atasan mereka itu menghampiri Haikal dengan tatapan yang sukar di tafsirkan. Semua yakin jika Haikal akan menerima hukuman dari atasan mereka itu, tapi...
Semua nya malah kaget karena atasan mereka malah tiba - tiba memeluk Haikal dengan erat sambil meneteskan air mata. "Tuan muda!! Akhirnya aku menemukan mu!!". Lirih pria itu.
Semua nya malah kaget karena atasan mereka malah tiba - tiba memeluk Haikal dengan erat sambil meneteskan air mata. "Tuan muda!! Akhirnya aku menemukan mu!!". Lirih pria itu.
Karena syok dengan interaksi yang tiba - tiba ini, Haikal sontak mendorong atasan nya itu sehingga hampir terjatuh. Beruntung Mandor dan beberapa pekerja lain sikap menangkap tubuh kekar nya. Tatapan mandor menjadi semakin tidak bersahabat pada Haikal, Haikal yang tahu sikap nya salah langsung menghampiri atasan nya itu untuk meminta maaf.
"Maaf pak, saya tidak sengaja". Lirih Haikal menyesal.
"Sudah nggak papa, saya baik - baik saja. Nama kamu siapa?". Tanya pria itu sambil mengulurkan tangan nya berkenalan dengan Haikal.
"Nama saya Haikal pak". Jawab Haikal singkat.
Pria itu masih menatap Haikal dengan tatapan haru. Tapi beberapa detik kemudian ia sadar dan langsung bersikap seperti biasa. "Sudah kalian bisa lanjut kerja!". Titah pria itu dingin pada semua buruh yang masih berbaris seperti tadi.
"Baik, pak". Seru mereka serentak. Semua nya bubar termasuk Haikal.
Sebelum melanjutkan pekerjaan nya, Haikal kembali menatap pria itu dengan binging dan benar saja, pria itu juga menatap nya tapi bukan tatapan tajam melain kan tatapan sendu. Haikal tunduk memberi hormat lalu melanjut kan pekerjaan nya.
Terlihat pria itu masuk ke dalam mobil bersama mandor. Mandor tampak nya sedikit takut tidak seperti biasa nya.
"Semoga tidak terjadi masalah pada mandor atas sikap kurang sopan ku tadi. Tapi kenapa pria kaya itu tiba - tiba memelukku dan mengatakan sesuatu yang aneh? Dengan penampilan ku yang seperti sekarang apa kah dia nggak jijik?". Haikal terus bergumam bingung dengan kejadian yang terjadi dalam waktu singkat tadi.
Beberapa saat kemudian Mandor tiba - tiba datang mengagetkan Haikal dengan menepuk pundak nya dengan perlahan.
"Letakkan dulu semen itu, ada yang ingin saya sampai kan pada kamu". Kata mandor dengan wajah yang ceria.
Haikal nurut dan meletakkan semen yang berada di punggung nya ke tanah. Ia penasaran dengan sikap mandor nya yang tiba - tiba berubah ceria tidak seperti saat masuk ke dalam mobil bersama pria tadi.
"Ya ada apa pak?". Tanya Haikal penasaran..
Tiba - tiba mandor memeluknya. "Kamu memang membawa keberuntungan untuk ku, Haikal. Semoga hidup mu di limpahkan kebahagiaan". Bisik mandor sambil mengusap punggung Haikal.
"Ada apa ini pak Mandor? Kenapa anda tiba - tiba bersikap aneh seperti ini?". Bingung Haikal.
Mandor melepas pelukannya karen teringat pesan atasan nya tadi saat di dalam mobil. Ia harus menjalan kan tugas nya dengan baik tanpa ada yang curiga. Semua ia demi kebaikan merela berdua dan demi kelangsungan proyek yang ia tangan saat ini.
"Tidak apa - apa, saya cuma sedang gembira saja. Kamu boleh lanjut kan pekerjaan kamu tapi ingat selalu utama kan keselamatan. Saya tidak mau terjadi apa - apa sama kamu, eh maksud saya pada semua pekerja saya. Saya pamit dulu". Mandor meninggalkan Haikal yang tercengang dengan sikap nya.
"Ada - ada saja pak Mandor ini. Walau pun sikap nya sedikit aneh tapi dia memang dari dulu baik pada ku, memberikan ku pekerjaan meskipun tidak bekerja sepenuh masa, kadang memberi bonus juga bahkan jika ada pekerjaan tambahan lain aku adalah orang pertama yang ia berikan". Gumam Haikal mengingat kembali kebaikan mandor pada nya.
"Eh, kenapa mandor tiba - tiba meluk lo tadi? Padahal dari jauh gue khawatir lo akan di beri pelajaran atas kejadian tadi tapi ternyata malah sebalik nya". Imran juga bingung dengan sikap mandor.
"Gue juga nggak tahu, Im. Ya udah lah, yang penting gue masih bisa kerja di sini. Sana lanjutkan kerja lo, gue juga mau angkat semen ini juga ke dalam. Masih banyak yang harus gue angkat di sana". Kata Haikal tidak ingin mengambil pusing dengan sikap mandor yang tiba - tiba.
Tidak terasa, waktu untuk pulang kerja sudah tiba. Haikal dan Imran sama - sama bersiap untuk pulang bersama seperti biasa. Tapi saat di jalan langkah mereka di cegat oleh Rudi dan teman - teman nya menggunakan motor.
"Anak miskin baru pulang kerja, sekarang mau kemana lagi cari uang? gue ingin menawarkan pekerjaan menarik untuk kalian si anak - anak miskin. Gue yakin kalian pasti berminat, nggak perlu mengeluarkan tenaga banyak tapi bayaran kalian mahal sangat berbanding jauh jika di banding bekerja sebagai buruh. Bagaimana kalian berminat nggak?". Rudi memberi tawaran pekerjaan pada mereka berdua.
Haikal tidak ingin menanggapi ucapan Rudi dan melanjutkan langkah nya tapi Imran malah terlihat berminat dengan pekerjaan yang di tawar kan Rudi.
"Tunggu dulu, Kal. Tawaran Rudi terdengar menarik". Imran menahan tangan Haikal agar tidak pergi. "Pekerjaan apa yang kamu maksud itu, Rudi?". Tanya Imran pada Rudi.
"Sudah lah, Im. Jangan ladenin mereka. Mereka hanya datang ingin mengusik tiada niat menolong pun". Kata Haikal ketus.
"Tapi kalau memang ada pekerjaan senang seperti itu kan bagus. Aku capek lah kerja jadi buruh terus tapi bayaran nya nggak seberapa menurut ku dengan tenaga yang kita pakai. Aku mau juga kerja tapi bayaran mahal". Sahut Imran..
"Betul yang kamu katakan Imran. Kalian itu sudah miskin, hidup susah jadi nggak usah sombong. Sudah bagus aku ingin menawarkan pekerjaan bagus untuk kalian...". Imbuh Rudi dengan senyum sinis nya. Teman - teman nya juga menatap mereka berdua seperti sampah..
"Jadi apa pekerjaan itu, Rudi? Aku seperti nya berminat". Sahut Imran senang.
"Ha ha ha". Rudi dan teman - teman nya malah serentak ketawa terbahak - bahak.
"Kok kalian malah tertawa?". Bingung Imran.
Rudi turun dari motor nya dan menghampiri Haikal dan Imran. "Dari penampilan kalian berdua kayak nya memang cocok jadi gigolo, ha ha ha". Rudi kembali tertawa di ikuti teman nya yang lain.
Imran tersentak, ternyata benar yang di katakan Haikal, Rudi dan teman - teman nya hanya datang untuk mengganggu mereka. Dengan perasaan kesal, Imran lebih dulu berjalan meninggalkan mereka. Haikal pun ikut dari belakang meninggalkan Rudi dan teman - teman nya yang masih asik menertawakan mereka berdua.
"Kalau kalian berubah pikiran, datang saja ke tempat ku, akan aku cari kan tante - tante girang yang akan membayar kalian mahal, ha ha ha". Tidak puas Rudi masih saja melontarkan kata - kata yang membuat Haikal dan Imran kesal.
Tapi mereka tahu jika mereka melawan akan semakin memperpanjang masalah, jadi mereka berdua memutuskan untuk mengabaikan kata - kata hinaan Rudi. "Kita mengalah bukan berarti kita pengecut kan. Kita nggak ada masa untuk meladeni mereka semua, di rumah masih ada yang menunggu kepulangan kita, masih banyak kerjaan penting yang harus kita kerjaan darinpada harus meladeni mereka semua". Ujar Imran menenangkan pikirannya.
"Aku sudah bilang kamu malah tertarik, yang ada kamu hanya menjadi bahan mereka untuk menghibur diri...". Sahut Haikal.
*
*
Keesokan hari nya seperti biasa sepulang sekolah Haikal langsung menuju lokasi tempat ia bekerja. Tapi ada yang aneh, dua orang pengawal yang menemani Pria kaya kemarin sekarang sudah bekerja menjadi buruh seperti nya. Seorang dari mereka di letakkan bersama Imran bagian susun bata sedangkan seorang lagi bersama nya mengangkat semen dan bahan - bahan lain.
"Hai nama saya Josep, bang Jo". Pengawal itu mengulurkan tangan nya memperkenalkan diri.
Mereka berdua saling berkenalan tapi tak cukup akrap karena Haikal bersikap cuek pada orang yang baru ia kenal. Perlakukan masyarkat pada nya membuat nya memiliki sikap cuek dan dingin kecuali pada sahabatnya Imran.
Haikal merasa heran dengan sikap dua orang pekerja baru itu, ia merasa seperti di perhatian setiap gerak - gerik nya seperti sedang di mata - matai. Tapi dengan cepat Haikal menyangkal semua itu. "Mungkin hanya perasaan ku saja". Gumam nya.
"Haikal!". Panggil Mandor saat melihat Haikal sudah bersiap ingin pulang bersama Imran..
"Lo pulang aja dulu, aku di panggil mandor". Imbuh Haikal pada Imran.
"Yaudah gue pulang duluan yah, soal nya takut mokap gue nungguin". Sahut Imran.
Mereka berdua berpisah, Imran lanjut pulang ke rumah nya manakala Haikal menghampiri mandor terlebih dahulu. "Ya pak". Balas Haikal saat sudah di hadapan mandor.
"Kamu tolong hantar kan dua orang kakak ganteng ini ke kontrakan bapak di dekat rumah kamu itu. Ini kunci nya kamar nomer lima yang masih kosong itu, kamu tolong bersihkan dulu yah untuk mereka, ini upah untuk kamu". Ujar mandor sambil menyerah kan kunci kontrakan beserta selembar uang biru pada Haikal.
Haikal terbeliak, ia mendapatkan selembaran uang biru hanya dengan membersihan kamar kontrakan yang menurut nya sangat kecil dan mudah di bersihkan. "Wah ini terlalu banyak pak, kamar itu nggak susah di bersihkan kok". Tolak Haikal segan.
"Nggak papa, ambil aja. Ini rezeki untuk kamu. Tapi dengan syarat kamu nggak boleh menyerahkan nya pada bapak kamu atau siapa pun itu. Simpan uang ini untuk diri kamu sendiri". Imbuh Mandor sambil menepuk pundak anak remaja itu.
"Wah terima kasih banyak pak. Kalau begitu saya pamit pulang dulu". Balas Haikal senang. Ia kemudiaan beralih pada dua orang pria yang di maksud sang mandor. "Mari bang, saya hantar ke kontrakan nya pak Mandor". Seru nya.
Josep dan Kali pun mengikuti Haikal. Sepanjang perjalanan mereka selalu mengajak Haikal ngobrol tapi hanya di balas seperlunya saja oleh remaja itu. Sesampai di kontrakan, Haikal langsung mengambil pengampu dan pel untuk membersihkan kamar kontrakan itu seperti biasa ia lakukan di rumah nya. Hampir setengah jam ia mengerjakan tugas nya baru lah ia mempersilahkan dua pria itu masuk.
"Silakan bang, kontarakan nya udah bersih. Saya harus segera pulang sebelum keluarga saya tahu saya di sini". Haikal tampak tergesa - gesa ingin pulang tapi Josep menahan nya.
"Tunggu dek. Ini uang dari kami, terima kasih sudah tolong kami..". Ujar Josep sambil menyodorkan selembar uang merah pada Haikal.
Haikal kaget karena ia kembali akan menerima uang tapi ia sudah mendapat upah dari mandor jadi ia berniat untuk menolak. "Nggak usah bang. Mandor tadi sudah memberi saya upah jadi nggak perlu lagi". Tolak Haikal segan.
"Terima lah dek. Abang ikhlas kok...". Bujuk Josep.
Haikal tetap tidak ingin menerima uang itu tapi....
"Sok menolak pula anak ini. Kalau di kasih ya terima aja bodoh jangan sok kaya kamu!". Seorang pria paruh baya merebut uang itu dari tangan Josep.
"Bapak!..". Seru Haikal kaget.
"Dia anak saya, jadi uang ini sekarang uang saya juga". Ketus Pria itu pada Josep yang menatap nya bingung.
Setelah mendapat kan uang merah itu, pria itu langsung menarik tangan Haikal pulang dengan kasar. Sebelum semakin jauh, Haikal sempatkan berterima kasih pada Josep. "Terima kasih bang". Sambil tertunduk segan..
Sesampai di depan rumah, tubuh kurus Haikal di hempaskan ke lantai oleh bapak nya. "Kamu memang anak yang bodoh yah. Uang sebanyak ini kamu tolak. Bodoh!". Kesal pria bernama Karim yang merupakan bapak angkat Haikal..
"Terserah bapak saja. Ambil lah uang itu, bayar hutang bapak". Sahut Haikal cuek.
"Enak saja kamu bilang, ini aku mau gunakan untuk berjudi dan beli tuak malam ini. Gaji kamu kan ada untuk bayar hutang aku. Ha ha ha". Karim pergi lagi dengan membawa uang pemberian Josep tadi. Tapi....
"Enak aja kamu pak. Ini untuk mamah beli ayam besok, asik makan tempe aja terus kamu pikir aku nggak bosan!". Sukma merebut uang itu dari tangan suami nya, Karim.
"Hei, itu uang ku! Kembali kan!". Karim berusaha merebut uang itu kembali dari tangan istrinya. "Kamu suruh saja anak angkat kamu itu cari kan kamu duit, apa guna nya selama ini kita besar kan dia kalau nggak pandai balas budi". Sambung Karim.
Haikal yang tahu apa yang akan terjadi pada kedua orang tua angkat nya memilih masuk ke dalam rumah dan membersihkan diri lalu menyiapkan makan malam untuk seisi keluaga. Baru saja ia ingin mengupas bawang tiba - tiba. ..
Pranngggg....
Panci kecil mendapat ke kepala Haikal. "Aduh, mama kok memukul ku?". Lirih Haikal sambil meringis kesakitan memegang kepala nya.
"Itu karena kamu jadi anak yang nggak becus! Kenapa uang itu malah kamu berikan pada bapak sialan kamu itu, hah? Kamu nggak pikir apa kalau aku ini kepengen makan ayam, hah! Dasar anak nggak guna". Sukma kembali ingin menyerang Haikal dengan panci di tangan nya.
Ia tidak peduli Haikal kelelahan habis bekerja bahkan wajah nya saja masih lebam - lebam akibat pukulan Rudi di sekolah.
"Ampun, mah, ampun. Lain kali Haikal akan usahakan untuk membeli kan mamah ayam. Tapi aku mohon jangan pukul lagi, aku harus segera masuk untuk mama dan adek". Sahut Haikal mengelak.
"Aku mau besok kamu beli ayam nya, aku nggak tahu alasan kamu kalau tidak tangan kamu itu yang aku potong lalu masak sebagai ganti nya". Ujar Sukma mengancam.
Haikal menghela nafas lalu mengangguk setuju atas permintaan mamah nya.
"Awas kamu kalau pulang nggak bawa ayam besok. Cepat masak aku udah lapar!". Sukma akhirnya pasrah dengan keinginan nya. Ia harus menunggu esok hari sampai Haikal membawa kan nya ayam baru bisa menikmati makanan lezat yang hanya bisa ia nikmati saat lebaran tiba.
"Ini semua gara - gara pria brengsek itu! Kenapa aku bisa menikah dengan nya yang sama sekali tidak pernah membuat ku bahagia sedetik pun. Tahu nya hanya mabuk - mabukan dan berjudi. Membuat hidup aku makin sengsara saja...". Omel Sukma kesal dengan suami nya.
"Bawa balik anak pun yang nggak guna, sama juga nggak guna nta dengan nya. Ihh, kesal aku!". Teriak Sukma nggak puas hati dengan dua pria dalam hidup nya itu.
"Mamah kok marah - marah gitu, sih? Awas loh mah, nanti cepat tua dan akhirnya cepat ma....". Anak kandung Sukma dan Karim menegur mamah nya.
"Diam, kamu! Kamu doa kan mamah cepat mati gitu? Dasar anak nggak tahu diri". Sukma ingin menjewer telinga putri nya itu tapi kaki nya malah tersandung kaki kursi. "Aduh, sakit". Rintih nya.
"Ha ha ha, maka nya jangan kejam pada anak sendiri, kan kena sakit sendiri. Aku ini anak kandung mamah bukan anak pungut seperti Haikal itu, jadi nggak boleh di kabarin. Ha ha ha". Ujar Karina menertawakan Sukma yang meringis kesakitan.
"Ini anak, aku tampar baru tahu". Kesal Sukma.
"Nggak usah kesal gitu deh mah, Haikal sudah masak belum? Aku udah laper banget nih". Tanya Karina sambil memiringkan kepalanya melihat ke dalam dapur..
"Kamu masuk gih tolong dia. Dia lambat pulang hari ini maka nya baru masak. Mana perut mamah udah laper banget lagi". Imbuh Sukma pad anak gadis nya.
"Aku? Masak? Ogah. Nanti kuku ku jadi rusak dan badan ku bau busuk!". Ogah Karina. "Mamah aja yang tolong dia. Mamah kan udah tua, udah keriput udah jelek dari situ nya. Jadi nggak risau kalau - kalau mamah tambah jelek lagi". Saran Karina membuat Sukma semakin kesal pada nya.
Haikal sudah terbiasa mengerjakan nya sendiri dan membuat dia orang wanita itu ratu dalam rumah ini. Dia nggak keberatan melakukan nya karena ia berhutang budi pada keluarga itu yang sudah menyelamatkan hidup nya. Maka nya meskipun mendapat perlakukan kejam dari mereka, Haikal tetap bertahan dan tidak memilih minggat dari rumah meskipun usia nya sudah beranjak dewasa.
*
*
Di tempat berbeda dengan suasana yang berbanding terbalik dengan kehidupan yang di jalani Haikal saat ini. Sepasang suami istri sedang menikmati makan malam nya di taman dengan suasana romantis.
"Kamu suka dengan kejutan ini?". Tanya sang suami.
"Suka banget sayang. Terima kasih ya di usia kita yang tidak lagi muda ini tapi kamu masih tetap sepeti dulu. Tetap romantis seperti awal kita nikah dulu". Sahut sang istri terpesona.
Tiba - tiba Pundas seorang pria datang mengagetkan mereka dan mengganggu kencan mereka. "Maaf mengganggu tuan, nyonya. Tapi aku ada berita baik untuk kalian berdua". Sahut nya dengan bersemangat.
"Kamu boleh tidak nggak ganggu kami berdua?". Kesal sang suami tapi mendapat tatapan tajam dari sang istri jadi ia memilih melanjutkan menikmati hidangan nya.
"Katakan apa kabar baik itu?". Tanya wanita itu.
"Saya sudah menemukan tuan muda, nyonya". Sahut sang bawahan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!