Haikal terdiam berpikir ingin menolak lagi tapi mamah nya di rumah pasti sedang menunggu kepulangan nya membawa seekor ayam potong. Jika ia pulang dengan tangan kosong maka dia akan mendapat pukulan lagi dari wanita paruh baya itu.
"Baik lah, bang kalau abang ikhlas memberi nya". Sahut Haikal setuju.
Josep dan Kali membawa Haikal masuk ke dalam toko dan memilihkan nya beberapa aneka jenis lauk untuk ia bawa pulang. Haikal yang tahu di rumah nya nggak ada kulkas pun menolak pemberian mereka yang sangat banyak itu.
"Eh, nggak perlu banyak - banyak bang. Satu ekor ayam potong ini aja sudah cukup untuk kami sekeluarga, jika saya bawa pulang semua ini pasti hanya terbuang saja, di rumah nggak ada kulkas bang untuk simpan bahan mentah kayak gini". Tolak Haikal dengan halus..
Josep dan Kali tercengang, begitu miris kehidupan yang di jalani Haikal selama ini. "Begini saja deh, semua bahan - bahan ini simpan di kontrakan kami saja, setiap kita pulang kerja kamu mampir ke kontrakan untuk mengambilnya untuk makan malam, gimana?". Tawar Kali.
"Hah, itu benar". Sahut Josep membenarkan.
Haikal menghela nafas dengan sikap dua orang pria itu. Mereka baru saja kenal beberapa hari tapi mereka sudah sangat baik pada Haikal. "Kalian tidak sedang merencanakan sesuatu kan? Kenapa kalian sangat baik padaku?". Tanya Haikal dengan penuh selidik.
Mendapat tuduhan seperti itu, membuat kedua pria itu tertawa. "Kamu ini kenapa sih, Haikal? Orang baik sama kamu kok malah curiga. Kalau orang lain malah kesenengan tahu nggak. Bahkan mengambil kesempatan untuk mengambil keuntungan lebih, kamu malah sebalik nya, ha ha ha.". Seru Josep geli dengan sikap Haikal.
"Terserah kalian mau pikir apa. Jika ingin memberi saya cukup ayam ini saja. Saya permisi pulang dulu, terima kasih ayam nya". Sahut Haikal sambil berlalu pergi meninggalkan Josep dan Kali.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Sukma menunggu Haikal di teras dengan perut yang sudah sangat kelaparan.
"Kamu kemana aja, hah? Jam segini baru pulang, nggak pikir apa kalau aku udah mau mati kelaparan?". Omel Sukma pada Haikal.
Haikal tidak menjawab, ia hanya memberikan kantong kresek berisi ayam potong pemberian Josep dan Kali tadi. Sukma menerima nya dengan bingung tapi setelah melihat isi nya ia langsung gembira. "Ayam???". Seru nya girang.
"Kamu langsung masak aja, mandi nya nanti aja aku udah laper banget". Titah Sukma tanpa memperdulikan keadaan Haikal yang sangat kelelahan.
"Tapi mah, aku...". Baru saja Haikal ingin mengatakan kondisi nya tapi Sukma tidak menerima alasan apa pun..
"Nggak ada alasan, kamu sudah pulang lambat nggak mau masak lagi, aku ini udah laper nungguin kamu...". Omel Sukma kesal.
Haikal menghela nafas berat tapi ia tidak bisa membantah ucapan wanita itu. Walau pun tubuh nya sangat kelelahan, ia tetap melaksanakan perintah mamah nya. "Baik lah, mah. Mamah duduk aja dulu aku segera masak". Kata Haikal pasrah.
Selesai masak, Haikal sudah tidak larat untuk membersihkan diri. Ia langsung masuk ke dalam kamar nya setelah mempersilahkan mamah dan audio angkatnya untuk makan.
Sukma dan Karina tidak berniat mengajak Haikap ikut makan bersama mereka. Mencium aroma lezat menggugah selera membuat Karim bergegas masuk ke dapur untuk ikut makan bersama istri dan putri nya. "Bau lezat apa ini? Sedap banget kayak nya". Seru Karim yang baru saja pulang.
"Hei, kamu kenapa ikut makan? Sana pergi minum aja kamu, dasar suami nggak guna!". Cerca Sukma tidak suka melihat suami nya ikut makan bersama mereka.
"Kamu kenapa, sih. Datang bulan yah?". Ucap Karim tidak memperdulikan ucapan istrinya.
"Kemarin aja kamu punya uang malah kamu gunakan untuk mabuk - mabukan nggak jelas padahal aku udah bilang ingin makan ayam tapi kamu nggak peduli, giliran sudah ada ayam di rumah ini kamu ingin ikut makan juga. Nggak! Kamu pergi sana!". Usir Sukma mendorong tubuh kurus kering milik suami nya.
Karim nggak terima dengan sikap kurang ajar istrinya, ia tidak tahan untuk memberi tamparan pada pipi wanita itu.
Plaaakkk..
Tamparan keras mendarat cantik ke pipi Sukma, ia memegang pipi nya yang terasa panas. "Kamu memang lelaki brengsek, yah! Kamu pikir selama ini apa yang sudah kamu beri kan pada ku. Kesengsaraan dan hinaan masyarkat saja yang aku terima. Kamu sebagai suami memang nggak becus, nggak guna jadi orang. Pulang saat kamu lapar saja, padahal sedikit pun kamu nggak pernah beri aku uang belanja. Gaji anak sialan itu pun kamu gunawan untuk bayar hutang, dasar suami brengsek". Kesal Sukma sambil membalas tamparan suami nya dengan tendangan kuat di bahagian vital nya.
"Auchhh...senjata kuuuu". Seru Karim meringis kesakitan sambil memegang senjata kelelakian nya yang terasa nyeri.
"Kamu pikir aku takut sama kamu. Kamu tak lebih dari lelaki sampah!". Kata Sukma puas hati.
Karina yang melihat pertengkaran kedua orang tua nya hanya cuek sambil menikmati makanan yang sudah terhidang di meja makan. Ia sudah terbiasa dengan pertengkaran kedua orang tua nya, semenjak ia kecil tidak pernah sekali pun ia melihat mereka akur. Karina bersikap masa bodoh saja dan tidak memihak pada siapa pun antara mereka.
Karim tetap ingin ikut makan bersama istri dan putrinya karena ayam yang di masak Haikal sangat mengunggah selera. Sukma pun tidak peduli lagi, ia juga malas melarang suami nya jika pria itu tetap saja tidak memperdulikan ucapan nya.
"Makan saja tapi sedikit saja, kalau kamu nggak mau senjata kamu itu aku potong...". Ancam Sukma kemudian melanjutkan makan nya.
Selesai makan, ayam hanya tersisa sedikit, Karina berniat membawakan makanan untuk Haikal di kamar nya karena tadi ia sempat melihat wajah Haikal sedikit pucat. Tapi ia memilih cuek saja tapi menunggu kakak nya itu datang makan kayak nya nggak mungkin. "Dia pasti sangat capek". Gumam Karina dalam hati.
Sebenarnya ia sedikit perhatian pada Haikal cuma ia malas saja melakukan pekerjaan rumah maka nya ia terlihat kejam pada kakak lelaki nya itu. Tapi jika terjadi masalah pada Haikal ia orang pertama yang tahu. Sebenarnya Karina menyimpan rasa untuk kakak nya itu tapi melihat masa depan ia memilih membuang rasa itu jauh - jauh.
Tok, tok, tok....
Karina mengetuk pintu kamar Haikal. Tapi sehingga beberapa ketukan tetap tidak mendapat respon dari dalam. "Tumben nih orang nggak nyahut. Biasa nya cepat,...". Batin Karina khawatir.
"Bapak!! Oh, bapak!!". Panggil Karina pada Karim, bapak nya.
"Ada apa, sih teriak - teriak. Rumah ini kecil jadi pakai suara kecil saja udah bisa bapak dengar". Omel Karim sambil berjalan bercangkang karena alat vital nya masih terasa nyeri.
"Ini, dari tadi aku panggil tapi Haikal nggak nyahut - nyahut, takut terjadi apa - apa di dalam". Ucap Karina khawatir.
"Dia itu lelaki, untuk apa kamu khawatir kayak begitu. Pandai - pandai lah dia urus diri nya sendiri...". Kata Karim nggak perduli.
"Bapak tuh gimana, sih. Kalau dia sakit, siapa yang kerja lalu membayar hutang bapak. Pikir pak, dia udah banyak berjasa dalam keluarga kita. Kalau nggak ada dia bisa apa keluarga kita kita?". Cerca Karina kesal.
Karim heran dengan sikap putrinya yang tiba - tiba perhatian pada Haikal. "Ya udah, kita dobrak saja pintu nya".
Saat pintu berhasil di buka, mereka berdua syok.
"Haikal!!". Seru Karina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments