Talak! Setelah Akad

Talak! Setelah Akad

Terbunuhnya Kebahagiaan

Sebuah Ikrar janji suci bergaung begitu mengharukan, Delisa Aprilia terus melafazkan doa-doa didalam benaknya berharap agar ijab kabul yang sedang ter-ikrarkan terucap dengan lancar.

Sah!

Semua mengucap syukur terlebih lagi gadis bernama Delisa Aprilia itu, ia tersenyum dan meraup wajahnya ketika mengucapkan kata syukur kepada sang pencipta.

Namun, saat ia menoleh kearah kanan, senyumnya kian berubah. Ia menyadari sesuatu yang aneh. Ya, Wahyu Nugroho sang mempelai pria, yang sudah menjadi suaminya memasang wajah begitu datar, tidak ada senyum yang tersirat, bahkan Delisa tidak mendengar kata syukur seperti yang lainnya dari Wahyu, sang suami.

Umumnya kedua pasangan yang baru saja menyelesaikan sebuah ijab qobul tentunya akan merasa lega, juga terharu bahagia tapi itu hanya dirasakan Delisa saja.

''Mas?'' Delisa meraih tangan Wahyu untuk segera ia salimi. Tapi baru saja hidung Delisa akan menyentuh punggung tangan Wahyu Sebuah kalimat membuat Delisa mematung.

"Delisa Aprilia, aku Wahyu Nugroho, men-Talak! mu sekarang juga!"

Bak seperti ribuan belati menusuk hati, seketika air mata Delisa menetes begitu saja. Pandangannya kabur karena linangan air matanya. Dengan begitu perlahan, ia mengangkat pandangannya menatap lekat wajah pria yang sudah 1 tahun dekat dengannya lalu memutuskan untuk menikah mengakhiri begitu saja hubungan yang sudah suci itu.

Semua orang terkejut, begitu juga kedua orang tua dari Delisa. Ibu Delisa sudah menangis di pelukan suaminya, ia tidak menyangka anak perempuannya mengalami nasib buruk tepat dihari bahagianya.

''Brengsek! kurang ajar! apa maksudmu, hah!'' Fauzan kakak laki-laki dari Delisa mencengkram kuat kera kemeja putih Wahyu, tidak terima atas perlakuan Wahyu terhadap adik perempuannya.

Wahyu tidak menyahutinya, ia hanya diam dengan menatap Delisa yang sudah menangis ditengah-tengah kerumunan orang yang turut mengambil Vidio di kamera ponselnya masing-masing.

''Maafkan aku Delisa,'' ucap Wahyu begitu entengnya.

''Apa, apa! maaf kau bilang? Sialan!!'' Emosi Fauza sudah tidak terbendung lagi. Satu pukulan kuat mendarat di wajah Wahyu sehingga meninggalkan memar dan ada sedikit robekan diujung bibirnya dan mengeluarkan darah.

''Ibu, bapak. Saya benar-benar minta maaf tapi ini semua demi ibu saya,'' ucapnya lagi sembari meringis menahan rasa sakit di wajah yang memar.

''Apa maksud mu! ada apa dengan ibumu!'' tanya Fauzan masih dengan amarah yang meledak-ledak.

''Ibu saya tidak merestui pernikahan ini. Dan sekarang dia sedang sakit, ini permintaannya.''

''Bodoh! jika dia tidak merestui kenapa kau bawa hubungan kalian sampai sejauh ini!!''

Bugh Bugh Bugh 👊👊👊💥

Fauzan kembali memukuli Wahyu dengan membabi buta. Sampai aparat setempat pun ikut melerai begitu pun orang tuanya yang ikut melerainya.

''Bang! sudah Bang!'' jerit Delisa yang menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

''Iya Bang, sudah bang, sudah. Mungkin ini sudah takdir dari yang kuasa,'' timpal Pak Herman, Bapak mereka berdua.

Fauza menoleh kearah Delisa yang masih duduk dikursi pelaminan. Ia mendorong tubuh Wahyu begitu saja lalu melangkah kearah Delisa. Fauzan memeluk erat tubuh adik perempuannya yang sedang menangis itu. Air mata Fauzan pun ikut jatuh kala mendengar tangisan sang adik yang begitu menyayat.

''Bapak!!'' pekik Ratna sang ibu membuat Fauzan dan Delisa menoleh.

Mata mereka terbelalak ketika melihat tubuh sang Ayah sudah terjatuh di lantai. Beberapa kerabat dan warga ikut membantu membawa Pak Herman ke rumah sakit.

Tangisan Delisa semakin jadi ketika melihat tubuh sang Ayah dibawa oleh mobil salasatu kerabatnya.

Seperti pribahasa sudah jatuh tertimpa tangga pula, ya itulah yang sangat pas terpatri dalam tragedi pernikahan Delisa.

Suara roda berangkar rumah sakit seperti alunan musik yang membuat jantung Delisa lemah. Ia ikut berlarian dengan gaun pengantin mengikuti ranjang yang diatasnya terdapat ayahandanya.

Dan dibelakang sana, Wahyu ikut mengantarkan Pak Herman, rasa bersalah tentu menghantui Wahyu karena apa yan. terjadi pada ayah Delisa karenanya.

''Pak, jangan buat Delisa takut,'' lirih Delisa disela-sela tangisnya. Tangannya masih digenggam oleh Fauzan yang berlarian juga kearah IGD rumah sakit.

''Pihak keluarga tunggu diluar!'' ucap sala seorang perawat.

Delisa terduduk dilantai dengan Fauzan yang terus menenangkan kedua wanita kesayangannya yaitu ibu dan adiknya.

''Berdoa lah, Bapak pasti baik-baik saja,'' ucap Fauzan yang meminta ketenangan dari kedua wanita itu namun dia juga tidak bisa menyembunyikan raut kekhawatirannya.

''Iya, Bapak pasti baik-baik saja,'' timpal Wahyu yang berdiri tak jauh dari mereka.

Fauzan menoleh kearah suara yang sudah sangat ia benci. Menatap nyalang wajah yang seperti tanpa dosa itu.

Ia akan beranjak namun Ratna menahan tangannya lalu memberikan gelengan kepala, seraya meminta untuk Fauza agar bisa menahan diri.

''Sudahlah Bang, kasian adik mu,'' ucap Ratna begitu lirih.

''Kenapa kau masih berada disini! kau mau pergi atau aku yang akan menendang mu!'' ucap Fauzan dengan gigi yang menggeletuk.

''Nak Wahyu, sebaiknya kamu pergi dari sini. Sudah cukup kamu memberikan luka untuk anak kami, Delisa. Jangan menambahkan lukanya lagi,'' tutur Darman, adik dari Ibu Ratna, paman Fauzan dan Delisa.

Dengan beribu-ribu rasa bersalah, akhirnya Wahyu pun berpamitan pada semua orang walaupun tidak ada satupun yang menyahutinya.

Beberapa saat kemudian, pintu ruang IGD pun terbuka dan keluarlah seorang dokter dan dua perawatnya.

Fauzan, dan Delisa, juga disusul dengan yang lainnya menghampiri Dokter tersebut.

''Bagaimana Dok, Bapak saya?!''

''Maaf Mas, Pasien sudah meninggal dunia.''

Delisa menatap dengan pandangan kosong. Ujian demi ujian terus bergulir dihari yang seharusnya hari ini adalah hari paling berkesan dan bahagianya. Namun, semua itu hanyalah impian, karena nyatanya adalah, ia telah di Talak sesaat setelah Akad, dan bahkan harus menerima kenyataan kalau Ayahnya harus berpulang ke pangkuan sang khalik.

''Pak Herman mengalami serangan jantung, dan tidak bisa lagi tertolong karena sudah meninggal sebelum mendapatkan penanganan.''

Tangan Fauzan mengepal kuat, matanya memerah dengan tetesan air mata yang keluar dari ujung matanya. Ia benar-benar menyalahkan semua ini pada Wahyu yang sudah mengakibatkan meninggalnya sang Ayah.

Brukk!!

''Delisa!!'' Pekik Ratna karena anak perempuannya itu tiba-tiba jatuh pingsan.

Dengan begitu tabah, Fauzan membawa tubuh adiknya kedalam gendongannya. Ia bertekad akan menjaga Delisa dan Ibunya sebagai pengganti Ayahnya.

Para pelayat berdatangan ke kediaman Pak Herman. Delisa terduduk di samping jasad sang ayahanda. Ia terus menangisi kepergian Ayahnya.

Suara-suara sumbang terdengar begitu menganggu, rupanya para pelayat bukan hanya menyampaikan rasa belasungkawa dan mendoakan mayit, melainkan ingin melihat langsung seorang wanita yang berstatus janda setelah di Talak usai Akad.

''Pak, kenapa bapak pergi. Apa bapak merindukan Ibu, Delisa butuh Bapak,'' lirih Delisa yang terdengar oleh Fauzan yang segera membawa Delisa kedalam pelukannya.

''Dek jangan bicara begitu, Ibu Ratna juga ibu kita.'' Delisa mengangguk dan menatap sendu ibu sambung nya yang memberikan senyuman kecilnya.

''Maafkan Delisa, Bu,'' lirih Delisa.

Terpopuler

Comments

Fi Fin

Fi Fin

nyesek parah 😭😭

2024-08-15

0

Bundanarti

Bundanarti

terharu

2024-08-10

0

Rosmaliza Malik

Rosmaliza Malik

sedihnya ...

2023-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!