Hari Pertama

Seorang pria dan seorang wanita tengah duduk berdua disalasatu meja restoran. Keduanya masih saling membungkam, tidak ada obrolan selama beberapa menit ini. Sampai ketika si wanita lah yang mengambil inisiatif untuk bicara lebih dulu.

''Wahyu, kamu masih inget aku 'kan?'' tanyanya memulai pembicaraan.

''Iya,'' sahut Wahyu dengan singkat.

''Emm, enggak sangka ya ternyata kita udah dijodohin dari kecil.'' Wahyu hanya diam. Sungguh dia benar-benar merasa tidak nyaman berada disana, tapi sang Ibu, Heni. Terus memaksa untuk tetap disana.

''Rika, sebelumnya maaf. Kalau bisa kamu pikirkan tentang perjodohan ini, karena aku mau fokus dengan karir ku dulu,'' ujar Wahyu kemudian.

''Sebenarnya aku juga mau fokus dengan kuliah ku dulu. Tapi ibu ku terus memaksa. Kita coba aja dulu ya,'' tuturnya dan Wahyu tidak bisa lagi menyahutinya.

Dimeja lain, Heni dan Yuni, kedua ibu mereka. Sedang berbincang sembari mengawasi anak-anak mereka.

''Mbak Yun, pokoknya mereka harus berjodoh,'' ucap Heni, ini dari Wahyu.

''Ith semua kira serahkan sama mereka. kalau mereka cocok dilanjut, tapi kalau sala satu dari mereka merasa tidak cocok, kita tidak bisa memaksa Hen.''

''Kalau anak ku pasti bersedia, karena dia anak yang penurut, buktinya aku minta dia membatalkan pernikahannya saja dia menurut,'' ucap Heni membanggakan dirinya.

Dan ternyata penuturannya membuat Yuni, ibu dari Rika terkejut. Pasalnya memang dia sendiri tidak tahu kabar kalau Wahyu, pemuda yang akan dijodohkan nya dengan sang anak rupanya sudah hampir menikah, bahkan sudah menikah lalu menjatuhkan talaknya tepat setelah selesainya akad.

''Membatalkan pernikahannya? maksudnya bagaimana Hen?!''

''Iya, si Wahyu sebenarnya sudah memiliki calon istri, tapi mengingat aku memiliki janji padamu, untuk menjodohkan anak kita berdua aku memintanya membatalkannya dan dia menurut,'' ucap Heni sedikit berbohong karena nyatanya bukan hanya calon istri, bahkan Wahyu sendiri sudah sah menjadi suami dari Delisa yang seketika berucap Talak karena permintaannya.

Yuni, wanita paru baya itu sedikit tersentak. Dia seorang ibu dari anak gadis, hati ya merasa tidak nyaman mendengar pengakuan Heni sahabat karibnya itu. Membayangkan pernikahan anak gadisnya batal saja ia merasa merinding bagaimana kalau dia tahu kalau sebenarnya pernikahan anak Heni bukanlah batal tetapi sudah terlaksana namun harus gugur karena keegoisannya.

Ya Heni adalah tipe ibu yang harus dituruti permintaannya, ia menganggap seorang anak harus membalas pengorbanannya selama dia merawat sang anak sedari kecil. Untuk membatalkan pernikahan ia anggap sebuah salasatu pengorbanan kecil dibanding dengan pengorbanannya selama ini.

Heni menganggap kalau anak laki-laki nya harus terus berbakti kepadanya, walau memang semestinya begitu. Namun dia lupa kalau ada anak keluarga lain yang hancur mentalnya karena bukti bakti anaknya sendiri padanya.

Dijaman sekarang apakah masih ada orang tua seperti ibu Heni ini? aku rasa masih ada. Orang tua seperti ini pasti terus berpikir kalau sang anak berhutang budi sampai kapanpun padanya, sampai dia lupa kalau anak juga memiliki kebahagiaan nya sendiri.

*

Hari dimana jadwal Delisa pertama berkuliah pun tiba. Dengan berbekal beberapa berkas, Delisa menghampiri ruang dekan untuk mengatakan kalau dia adalah adik dari Fauzan yang ternyata dekan itu sendiri sangat mengenal Fauzan.

"Kalau begitu, biar saya antar kekelas mu ya?" ucap Dekan fakultas itu pada Delisa.

"Terima kasih Pak!"

"Jangan sungkan, kamu adalah adik Fauzan. kakak mu orang baik dan pintar, saya sendiri memiliki hutang budi padanya."

Delisa hanya mengangguk karena dia sendiri tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Dekan tersebut.

"Ini kelas kamu, saya hanya bisa antar kamu sampai disini. Belajarlah yang baik, buktikan kalau kamu adik yang pintar seperti kakak mu!"

"Baik pak, terima kasih.''

Delisa pun masuk kedalam kelas yang masih sepi, hanya ada tiga mahasiswa yang duduk berjarak.

Delisa duduk disudut kelas, datang kekampus sepagi ini membuat dia sampai melupakan sarapannya. Iapun memutuskan untuk pergi mencari kantin.

Diperjalanan menuju kantin sesuai instruksi papan penunjuk arah, Delisa pun terus mengikuti petunjuk tapi ia tidak tahu ternyata papan itu salah menghadap arah. Ia malah masuk kedalam ruangan musik, yang dimana disana terdapat beberapa mahasiswa yang sedang berlatih.

''Oh maaf!'' ucap Delisa ketika membuka pintu ruangan yang kebetulan semua mahasiswa disana memandangnya.

Delisa akan pergi, tapi salasatu pemuda memanggilnya.

''Hei!!''

Delisa pun berbalik. ''Ya?''

''Ada apa kamu kesini?''

''Maaf kak, aku salah jalan, aku mencari kantin,'' sahut Delisa dengan gugup.

laki-laki itu melirik papan arah yang ternyata memang menunjuk keruangan itu. ''Oh pantas, kapan pihak kampus akan menggantinya,'' gumam lelaki itu.

''Kantin kearah sana. Emmm kamu mahasiswa baru?'' tanyanya dan Delisa mengangguk.

''Perkenalkan aku Hary, kamu?'' lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai Hary mengulurkan tangannya pada Delisa yang menyambutnya ragu.

''Aku Delisa, kak.''

''Nama yang cantik seperti orangnya,'' goda Hary yang didengar oleh teman-temannya lalu mendapatkan sorakan ejekan.

''Buaya beraksi!!!!'' sorak salasatu mahasiswa yang duduk dibalik alat musik Drum.

Delisa menatap satu persatu, mahasiswa yang ikut menyorak, dan ada satu lelaki yang hanya duduk diam memandangnya dingin, seketika membuat Delisa menunduk takut, dan melepaskan tangannya dari genggaman Hary.

''Maaf kak, kalau begitu saya pamit. Permisi!''

''Aahh iya.''

Delisa berlalu pergi tapi Hary masih setia di depan depan pintu memperhatikan langkah Delisa yang sedikit cepat.

''Kalau ada yang menggoda mu, sebut saja namaku!!'' teriak Hary yang tidak sama sekali Delisa sahuti.

''Har! mau sampai berapa gadis kamu kencani, kurang puas kah?'' ledek temannya yang bernama Gery dan disusul gelak tawa oleh semuanya terkecuali satu lelaki yang masih duduk membetulkan tali senar gitarnya.

''Dia cantik sekali, sampai lupa aku punya si Rika,'' ucap Hary yang kembali melangkah untuk bergabung.

''Rika gadis perundung itu? apa yang kau lihat darinya. Cih! aku bahkan jijik dengan tingkahnya,'' timpal lainnya.

''Ya sebenarnya aku juga malas, tapi karena Rika adalah anak dari Dekan, aku harus mencari keuntungan dari itu,'' sahut Hary.

''Kalian lanjutkan, aku mau ke toilet!'' ucap Alvin, mahasiswa yang sejak tadi hanya diam.

Di kantin, Delisa sudah memesan makanan pilihannya yaitu satu mangkok bubur ayam, dia pun menunggu dimeja nya tapi karena kantin sedang ramai ia pun harus menunggu beberapa saat untuk bubur pesanannya.

''Hai! boleh gabung?'' ucap seorang gadis sebayanya.

''Silahkan!''

''Pesan Bubur juga?'' tanyanya dan di angguki Delisa.

''Anak baru ya?'' Delisa tersenyum untuk menjawabnya.

''Bubur Pak Jono ini enak lho. Oh ya, aku Diva.''

''Delisa.''

''Silahkan buburnya neng-neng,'' ucap penjual bubur.

Merekapun memakan sarapannya sembari sesekali berbincang tanpa disadari ada seseorang yang terus memperhatikan Delisa dari meja no 3.

Terpopuler

Comments

Bundanarti

Bundanarti

semoga Delisa kelak menjadi orang yang sukses

2024-08-10

0

Rosmaliza Malik

Rosmaliza Malik

Rika ni bukan dijadikan dgn wahyu?

2023-09-21

0

Rosmaliza Malik

Rosmaliza Malik

jangan bagi kahwin anak kau itu...simpan dalam ketiak kamu

2023-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!