CEO AROGAN JATUH CINTA

CEO AROGAN JATUH CINTA

Menghadapi Tekanan

"KAU HARUS BERANGKAT DENGAN OKI SEKARANG JUGA!" tegas Indah, wanita berusia 34 tahun. Ketua perusahaan entertainment Fiewna itu sedang menunjuk-nunjuk vlogger terbaik di perusahaan ini dengan ekspresi marah.

Alih-alih takut karena diperingatkan sang atasan, vlogger 23 tiga tahun bernama Nora itu justru berkacak pinggang. "Bos, kau sudah janji akan berikan aku waktu cuti selama seminggu."

"Kenapa aku harus memberimu waktu cuti?" sahut Indah dengan nada sarkas. "Hasil kerjamu minggu lalu mendapatkan penilaian sangat buruk dari netizen. Perusahaan kita rugi puluhan juta cuma gara-gara kau."

Nora menghela napas. Mengalihkan pandangan dengan kesal ke arah lantai.

"Sekarang, aku tidak ingin mendengar bantahanmu lagi. Bersiaplah, bawa kamera baru di ruangan sebelah dan berangkat ke Zenaya Company!"

Nora memanyunkan bibir. Butuh waktu dua puluh detik untuk menunggu bosnya berubah pikiran.

"Apa yang kau tunggu?" seru Indah. "Cepat berangkat, atau kau akan cuti selama-lamanya!"

Nora lekas bergerak dari duduknya. Dia bangkit. Mengambil ponsel di atas meja dengan gerakan kesal. Lalu keluar dari ruangan ini. Langkahnya menggebu-gebu.

"Oki!" teriak Nora sambil menggedor salah satu pintu ruangan kerja yang berjejeran di lorong. "Oki, ayo berangkat!"

Sosok gadis bermata lebar dan berkacamata muncul dari balik pintu. Eskpresinya terlihat cerah. "Tunggu sebentar," sahutnya sambil memperbaiki kancing di depan dada yang agak longgar.

"Aku akan segera keluar. Kau tunggu di bawah saja, oke?" perintah Oki, lalu menutup pintu dengan senyuman misterius.

Nora menghela napas. Bukan hanya bosnya saja yang terlihat aneh, temannya juga sama-sama aneh siang ini.

Nora berjalan ke arah ruangan lain untuk mengambil kamera. Sejak bekerja di perusahaan ini, dia tidak begitu sering memegang kamera recorder karena Nora sendiri adalah vlogger, bukan kameramen.

Dia cuma sedang mengalami hukuman akibat kesalahannya menilai sebuah restoran mewah dan terkenal dengan dua bintang, itu membuat para penggemar restoran sekaligus pemiliknya marah besar dan berdampak pada perusahaan entertainment tempatnya bekerja.

Setelah menenteng kamera seberat tiga kilo itu, Nora berdiri di depan pintu ruangan Oki untuk menunggu gadis itu keluar.

Pintu terbuka dari dalam. Bukannya di gadis berkacamata yang keluar, justru seorang laki-laki bernama Kenan yang keluar dari sana. Nora tau Kenan adalah salah satu karyawan di bagian informasi sekaligus pacarnya Oki.

Nora menatap Kenan dengan ekspresi tak menyangka. Laki-laki itu menampilkan senyum singkat, lalu berjalan menjauh.

Beberapa saat kemudian, saat Nora masih membuka mulut dengan ekspresi tak menyangka ke arah Kenan, Oki muncul dari balik pintu sambil memperbaiki rambutnya yang berantakan.

"Bisakah kalian memesan hotel atau setidaknya tunggu sampai jam istirahat berlangsung?" usul Nora. Dia bisa menebak apa yang baru saja kedua orang itu lakukan di dalam sana.

Wajah Oki memerah. "Aku tidak punya waktu. Lupakan!" sahutnya. Dengan mudah mengubah topik pembicaraan. "Aku sudah siap. Ayo kita taklukan peristiwa demo di Zenaya Company!" serunya penuh semangat.

Nora mengedikkan bahu tak peduli. Dia bercerita tentang kekesalannya terhadap bos selama mereka berjalan ke lantai satu untuk masuk ke mobil.

"Padahal bos sudah berjanji padaku untuk memberiku waktu cuti seminggu setelah aku menghabiskan waktu lima belas hari di restoran sia_lan itu," jelas Nora saat mobil melaju.

"Kalau aku jadi kau, aku akan menuntut bos untuk menepati janjinya," sahut Oki dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat.

Dalam waktu kurang dari setengah jam, mereka sampai di sebuah bangunan berlantai tiga dengan parkiran yang luas. Nora tidak bisa memprediksi seluas apa parkiran itu karena perhatiannya lebih dulu tertuju pada sekumpulan orang yang sedang berteriak di depan pintu masuk gedung.

"Oh, tidak. Aku tidak pernah suka keadaan seribut ini." Nora menghela napas membayangkan dirinya berdesakan di tengah aksi demo sambil membawa kamera yang luar biasa berat.

Oki melepas sabuk pengamannya. "Ayo, sayang. Kita taklukan!" Dia membuka pintu mobil. Mendarat sempurna di atas tanah. Belum ada lima detik dia tersenyum sambil memuji betapa indah suasana ribut penuh laki-laki tampan itu, seseorang berlarian di depannya dan tak sengaja menginjak kakinya yang terbungkus sepatu.

"Eh!" pekik Oki membuat Nora tertawa dari dalam.

Sekelompok pendemo yang baru saja menginjak kaki Oki itu cuma menoleh sekilas dan langsung bergabung dengan pendemo lain, lima meter di depan sana.

"Kurasa kakiku akan diamputasi," rengek Oki sambil meloncat-loncat kesakitan.

Nora menyusul keluar dari pintu. "Aku yang akan memotongnya. Bagaimana?" sahutnya dramatis.

Oki menggeleng kesakitan. Nora mengambil kesempatan itu untuk mengambil kamera dari mobil. Dia ingin pekerjaan ini segera selesai. Dia ingin segera rebahan di kamarnya sambil menunggu gaji bulan ini tiba.

"Ayo, Oki. Jangan lebay!" desak Nora ke arah Oki yang kini berjalan tertatih-tatih. "Salah sendiri, kau terlalu bersemangat di tengah suasana menyebalkan seperti ini."

Nora harus berhati-hati untuk tidak bertabrakan dengan para pendemo. Dia menyelinap di beberapa area dan akhirnya menemukan sebuah tempat sepi.

Nora menoleh ke belakang. Dia pikir Oki ikut di belakangnya. Rupanya, gadis itu sedang ikut berteriak bersama para pendemo yang lain.

Nora menepuk kening. "OKI!" teriaknya marah. Dia tau itu cuma sia-sia karena teriakan pendemo lebih keras daripada suaranya.

Nora berjalan mendekat ke arah Oki dengan langkah tegas. Dia menarik lengan Oki sekali hentakan.

"Kita datang ke sini bukan untuk ikut demo!"

"Tapi ini tempat Via bekerja. Kita harus mendukungnya mendapatkan keadilan dari perusahaan ini," jelas Oki menggebu-gebu. Via adalah teman kecil mereka yang sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan setelah dipecat dari perusahaan ini.

Nora menepuk kening. Ini lah yang tidak dia inginkan saat bekerja dengan Oki. Dia tua benar Oki cuma sedang cari kesempatan untuk mencuri perhatian cowok-cowok tampan di sekitar sana. "Kita kerjakan dulu tugas ini, lalu kau boleh ikut demo sepuasmu. Setuju?"

Oki mengangguk setuju. "Setuju, tapi sebelum itu aku akan menemui laki-laki di ujung sana, kami baru saja berkenalan." Oki meninggalkan Nora begitu saja.

"Astaga, Oki." Nora menghela napas pasrah. Dia menunggu sampai Oki selesai bicara dengan laki-laki berkaos hitam di ujung sana. Namun hingga sepuluh menit, Nora tidak melihat tanda-tanda Oki akan kembali.

Nora mendekat ke arah Oki. Menyelinap di antara kerumunan. "Kerjakan tugasmu sendiri, aku mau pulang," kata Nora, menyerahkan kameranya kepada Oki. Dia sudah kehilangan kesabaran.

"Hey," pekik Oki tak terima. "Mana bisa kau pulang, kita bahkan belum bekerja."

"Kalau begitu, ayo lakukan sekarang!" desak Nora membuat beberapa pendemo yang sedang tidak berteriak menoleh ke arah mereka.

Oki memanyunkan bibir. Berpamitan kepada laki-laki yang baru dia ajak bicara. Lalu mengikuti Nora hingga sampai di area yang sepi.

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

mampir y thor...thor boleh minta alamat oki.....kok yaaa aku gregetan yah sama tingkah oki😡

2023-04-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!