CEO Muda

"Oh astaga, tragedi yang dramatis. Kamera ketinggalan di mobil pria asing karena salah masuk mobil?!" seru Oki antusias. "Peristiwamu cocok dijadikan serial televisi."

Nora mengerling tak mengerti. "Omong kosong, berikan aku solusi yang bermanfaat!" saran Nora. Dia tidak ingin lima menit yang sudah digunakan untuk bercerita di depan Oki terbuang sia-sia.

"Katakan padaku bagaimana ciri-ciri laki-laki itu?"

"Sudah kubilang, dia pakai pakaian formal. Dia pakai kemeja biru langit, dasi merah dan ... eh, celana hitam. Ya, celana hitam," sahut Nora seraya mempertajam ingatannya tentang peristiwa kemarin.

"Bukan bajunya," desak Oki. "Kita bisa melihat banyak sekali pria berkemeja biru, berdasi merah, dan bercelana hitam di dunia ini. Jelaskan lebih spesifik, wajahnya."

Nora menghela napas. Ingatannya sudah mentok sampai ke pakaian laki-laki itu. Dia tidak ingat apa-apa lagi kecuali satu hal, "Dia sangat sombong."

Oki menyipitkan mata curiga. "Dari mana kau tau?"

"Ya, dia menanyai namaku, tapi tak mau menerima uluran tanganku."

"Hm ... oke," sahut Oki sambil mengetuk dagunya dan mengangguk ragu. "Jelaskan lagi."

"Aku tidak ingat."

Oki berdesis gemas. "Tidakkah kau perhatikan matanya, rambutnya, dagunya, jakunnya, pipinya ...."

"Hey, aku bukan mata keranjang sepertimu," sanggah Nora dengan ekspresi kesal.

"Maaf, aku bukan mata keranjang. Aku cuma memanfaatkan mata indahku ini untuk melihat hal-hal indah juga. Banyak orang buta di luar sana yang ingin sekali bisa melihat, kenapa kita bersyukur dengan memanfaatkan kedua mata indah ini?"

Nora menatap tak percaya begitu mendengar jawaban Oki. "Itu bukan memanfaatkan, itu namanya menyimpangkan kegunaan."

"Terserah, katakan yang lain tentang laki-laki tadi."

Pengunjung kantin yang sudah bolak-balik masuk kantin puluhan kali, sangat heran melihat Nora dan Oki masih berada di tempat ini sejak pagi. Padahal ini jam kerja. Lalu mereka paham, jika kedua orang itu disatukan, tidak akan ada yang bisa menghentikan obrolan mereka, bahkan ledakan bom atom sekalipun.

Nora menggali lebih dalam ke dalam ingatannya lagi. "Aku tidak ingat apa-apa. Matanya besar mirip burung hantu, alisnya seperti ulat bulu, sangat tebal. Selain itu aku tidak tahu."

Oki menggeleng pasrah mendengar deskripsi yang Nora jelaskan padanya. "Maaf, tapi sepertinya aku tidak mau membantumu mencari laki-laki mirip burung hantu dan ulat bulu."

"Tidak," sela Nora frustrasi. "Aku tidak ingat ciri-cirinya, sudah kubilang tadi. Jangan paksa aku untuk jelaskan lebih banyak atau penjelasanku akan jauh berbeda dengan wujud aslinya."

"Oke," sahut Oki tenang. "Aku yakin laki-laki yang kau maksud ini adalah salah satu karyawan di Zenaya Company, dia pria yang pendek, hitam manis dan berwajah lokal. Akan sangat mudah menemukan laki-laki seperti itu di Zenaya Company. Jangankan di sana, di sini banyak wajah pria yang melokal."

Nora menghela napas tak peduli. Lalu ia ingat satu hal yang membuat perhatiannya teralihkan. "Kurasa aku ingat nomor plat mobilnya."

"Baik, aku bersedia dengan lapang dada untung melacaknya. Katakan padaku berapa plat mobil itu." Oki membuka aplikasi pelacak di ponselnya. Memasang telinga tajam-tajam agar bisa mendengarkan seluruh kalimat Nora.

"Kalau tidak salah ... B satu kosong delapan enam XX. Eh, tidak ...," selanya membuat Oki menoleh. "Satu kosong delapan sembilan ...." Nora menutup kedua mata untuk bisa mengingat lebih jelas. "Ya, satu kosong delapan enam."

Oki menggeram gemas. "Mana yang benar? Enam atau sembilan?"

"Kau tau tidak enam dan sembilan sangat sulit dibedakan," sahut Nora masih menutup mata.

"Sejak kapan kau tidak bisa membedakan angka enam dan sembilang? Aku curiga kau cuma lulusan SD."

"Shut up!" pekik Nora lalu membuka mata dengan ekspresi berbinar. "Ya, aku sudah ingat. Nomornya B satu kosong delapan enam XX. Coba kau cari!"

Oki menghela napas. Mengklik salah satu tombol di aplikasi, lalu menunggu beberapa detik sambil meracau koneksi wifi yang lemot.

Nora menunggu sambil menyeruput kopi dinginnya.

"ASTAGA YA TUHAN PENCIPTA SELURUH ALAM!" seru Oki sambil menggebrak meja membuat Nora terlonjak kaget sampai nyaris menumpahkan kopi dinginnya. Orang-orang yang duduk di sekitar menoleh kebingungan.

"Oki, tidak perlu berteriak!" perintah Nora. Menatap kesal ke arah Oki.

"Aku tidak percaya. Aku benar-benar tidak percaya. Coba kau lihat ini!" Oki menyerahkan hasil pelacakannya kepada Nora.

Nora pikir dia akan melihat nama presiden sebagai pemilik mobil itu karena itulah Oki sampai teriak-teriak, tetapi dia hanya melihat barisan huruf yang bisa dibaca dengan sebutan, 'Daren Mahendra'. Apa yang membuat Oki berteriak seperti tadi? Nora mengerling kebingungan ke arah Oki.

"Daren Mahendra? Jadi, laki-laki itu namanya Daren Mahendra."

"Kau berkelahi dengannya selama hampir setengah jam dan kau tidak sadar bahwa sosok yang kau sebut mirip burung hantu adalah Daren?! Nora, buka matamu lebar-lebar!"

Nora menatap tak mengerti. "Aku tidak kenal dia. Bagaimana aku bisa langsung mengenalnya?"

"Kau tidak kenal dia?!" seru Oki dengan nada yang naik beberapa oktaf. "Daren Mahendra? Kau tidak tau?"

Nora menggeleng polos.

"Oke, kalau begitu kau pasti pernah baca berita tentang CEO muda yang mengharumkan nama bangsa karena berhasil bekerja sama dengan perusahaan teknologi terkenal luar negeri."

"Ya, kau yang meliput berita itu."

"Ya, dan berita itu trending selama lebih dari dua minggu. Aku menulisnya dengan penuh perhatian dan memasang control B pada nama Daren Mahendra dan ternyata itu masih belum berdampak padamu? Ada yang salah denganmu."

Nora menatap tak mengerti. Dia mengaku punya ingatan yang buruk. Karena itulah dia sempat berpikir pernah melihat Daren sebelumnya, tapi lupa di mana dia pernah melihatnya. "Oke, sekarang jelaskan padaku bagaimana aku bisa dapatkan kameraku dari CEO muda pemilik perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan terkenal luar negeri itu," sarkas Nora.

"Pertama kau harus tau kalau dia tampan dan menggoda. Kalau aku jadi kau, aku akan langsung minta foto dengannya, menyebarkan ke media sosial dan mengumumkan bahwa aku mendapat kesempatan berfoto dengan CEO tampan yang tidak pernah tersentuh oleh seorang gadis."

"Oke," sahut Nora kesal. Dia tidak suka melihat keantusiasan sahabatnya terhadap laki-laki arogan seperti Daren.

"Kenapa kau tidak melakukan itu? Kenapa kau tidak minta foto dengannya?"

"Untuk apa aku melakukan itu kalau ada masalah yang lebih penting. Aku harus dapatkan kameraku sekarang atau gajiku akan dipotong lima bulan ke depan. Beri aku saran yang bermanfaat, bukan pujian dramatis yang justru membuatku muak itu!"

"Kau akan dapatkan uang lima kali lipat dari gaji kita tiap bulan kalau bisa menaklukan pria dingin itu."

"Terserah, aku sudah muak bicara denganmu," sahut Nora kesal.

"Nora, aku akan memberimu saran. Tunggu sebentar!" cegah Oki. Tapi saat itu Kenan datang dari pintu kantin dengan ekspresi tak menyangka.

"Siapa Leo?" tanya Kenan. Ekspresi cemburu menguasai wajahnya.

Oki berubah tegang. "Hah?"

"Ada pria sedang menunggumu di depan. Namanya Leo."

Nora bisa menebak, Leo adalah sosok yang Oki temukan di demo kemarin. Ini adalah kesempatannya untuk kabur dari Oki. Dia berjalan keluar kantin. Melewatkan perkelahian pasangan itu tanpa rasa menyesal sedikitpun.

Terpopuler

Comments

titiek

titiek

hayoooo luu oki ketauan kan selingkuh 🤣🤣

2023-04-23

0

titiek

titiek

🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2023-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!