Jeritan Hati Seorang Istri
Viona baru pulang bekerja dari restoran. Kebetulan hari ini jadwal shift siang, jadi malam-malam begini baru pulang. Seperti biasa Viona menaiki sepedanya melewati jalan raya. Tak sengaja dia melihat sosok lelaki yang tergeletak di pinggir jalan dalam kondisi pingsan. Sejujurnya Viona takut untuk mendekati lelaki itu. Takutnya itu penjahat yang berpura-pura pingsan. Namun, sebagai orang yang baik, tentu Viona tak tega melihat orang yang sedang terkena musibah.
''Mas, bangun!'' Viona menepuk pelan lengan lelaki itu. Tetapi lelaki itu masih belum sadar.
Viona menatap wajah lelaki itu yang cukup tampan. Hanya saja di sudut bibirnya berdarah. Sepertinya lelaki itu habis di keroyok orang. Viona menatap ke sekitar yang cukup sepi. Tidak ada kendaraan satu pun yang lewat.
''Bismillahirrahmanirrahim.'' dengan mengucap basmalah, kini Viona mulai membantu mengangkat tubuh lelaki itu. Viona memapahnya pergi mencari tempat berteduh. Karena suara petir sudah terdengar dan sepertinya akan hujan.
Benar saja, hujan deras langsung mengguyur. Pakaian yang di kenakan oleh Viona sudah basah kuyup. Dengan langkah tertatih dan penuh perjuangan, Viona membawa lelaki yang dia tolong menuju ke gubuk kecil di pinggir jalan.
Viona membiarkan lelaki yang dia tolong terbaring di atas kardus. Sedangkan dia berdiri di dekat pintu menunggu hujan reda. Hampir tiga jam Viona berdiri, tetapi tidak ada tanda-tanda hujan akan reda. Sebenarnya bisa saja Viona pulang hujan-hujanan. Namun, dia mengkhawatirkan lelaki yang bersamanya.
Duar
''Astaghfirulah'aladzim.'' Viona memegangi dadanya karena kaget mendengar suara petir.
Viona memutuskan menutup pintu lalu duduk di lantai beralas kardus. Malam semakin dingin dan Viona hanya bisa memeluk lutut mencari kehangatan. Lama-kelamaan Viona tertidur dengan posisi itu.
Pagi harinya, Viona terusik dengan suara berisik yang di dengarnya. Viona yang masih mengantuk, terpaksa dia membuka ke dua matanya. Betapa terkejutnya saat melihat banyak orang yang sedang berdiri sambil mengarahkan kamera ponsel kepadanya.
''Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?'' tanya Viona sambil mendongkakkan kepalanya menatap mereka.
''Harusnya kami yang tanya, kenapa kalian berduaan di gubuk ini? Apa semalam kalian habis berbuat Zina?'' seorang ibu-ibu melontarkan pertanyaan.
''Tidak, kami ...,'' ucap Viona terhenti karena seseorang memotong perkataannya.
''Tidak usah mengelak lagi!'' ucap seorang lelaki yang berdiri paling depan.
Pemuda tampan yang sedang tidur, kini mulai membuka ke dua matanya. Dia memegangi kepalanya yang sedikit pusing, lalu menatap ke sekitar. Keningnya mengerut saat melihat banyak orang di hadapannya.
''Ada apa ini? Kenapa saya ada disini?'' Rey menatap ke sekitar. Ruangan itu terlihat kumuh dan sempit.
''Nah bangun juga dia. Ayo kita bawa mereka ke kantor polisi!'' ucap ibu-ibu yang tadi.
Semua yang ada disana sudah berpikiran negatif dengan Viona dan Rey. Sekarang ke duanya tak bisa melawan para warga yang sudah merekam bahkan mengira jika ke duanya habis berbuat Zina. Mereka berdua langsung dibawa ke kantor polisi terdekat.
Keluarga Viona dan Rey datang ke kantor polisi setelah di hubungi. Mereka tak menyangka jika anak-anak mereka melakukan hal yang tak baik dan sampai terpergok warga. Kini mereka sedang bicara baik-baik dengan polisi.
''Pak, tolong bebaskan anak saya! Rey itu anak saya satu-satunya dan tidak mungkin melakukan hal yang di tuduhkan. Kami selalu membimbingnya menjadi lelaki yang baik,'' ucap Bu Ratih yang merupakan ibunya Rey.
Sedangkan orang tua angkat Viona hanya diam saja. Mereka malah senang jika Viona di penjara. Lagian dengan adanya Viona di rumah hanya membuat beban saja.
''Begini, Pak, Bu. Anak bapak dan ibu di temukan warga berada di sebuah gubuk di pinggir jalan. Daerah sana cukup sepi dan memang sudah terkenal tempat me sum para muda-mudi. Sebaiknya anak-anak ibu langsung saja di nikahkan agar tidak terjadi gosip yang menyimpang di luar sana. Apalagi ada beberapa warga yang merekamnya dan mengunggahnya di sosial media. Tentu itu akan berakibat buruk untuk reputasi anak Bapak dan Ibu,'' jelas Pak polisi.
"Pak, tapi saya sudah punya calon suami." Viona yang sejak tadi diam, kini bersuara.
"Kalau sudah punya calon suami, tidak mungkin bermalam dengan lelaki lain," ucap Pak Polisi.
"Begini saja, saya akan bayar berapa pun asal bapak melepaskan anak saya. Dia anak saya satu-satunya yang nantinya akan menjadi penerus perusahaan," sahut Pak Hendra yang merupakan ayahnya Rey.
"Saya akan membebaskan mereka asal mereka mau di nikahkan. Setidaknya untuk mengurangi populasi pasangan se x bebas. Dengan menikah, mereka bisa meneruskan kehidupan mereka dengan baik," ujar Pak polisi.
Bu Ratih tampak berpikir, mungkin memang ada baiknya jika Rey di nikahkan saja. Dari pada di luar sana jadi pembicaraan orang. Apalagi Rey itu dari keluarga terpandang.
Bu Ratih mendekatkan wajahnya ke telinga suaminya lalu berbisik. "Sebaiknya kita nikahkan mereka saja, Pah. Jika rekan bisnis Papah tahu kalau anak kita terjerat kasus hukum, apa yang akan kita lakukan?"
"Mamah benar juga. Mungkin sebaiknya kita nikahkan saja mereka. Walaupun kita belum tahu asal usul wanita itu," ucap Pak Hendra.
"Iya, Pah. Lagian wanita itu sepertinya wanita yang baik."
Setelah berdiskusi dengan suaminya, kini Bu Ratih langsung berbicara kepada Pak polisi. "Begini, Pak. Tadi saya sudah berdiskusi dengan suami saya. Kami memutuskan untuk menikahkan mereka berdua," ucap Bu Ratih.
"Mah, tapi Rey tidak mau!" Rey menolak keputusan orang tuanya.
"Rey, hanya itu satu-satunya cara agar kamu bisa terbebas dari jerat hukum. Jika kamu di tahan, maka reputasi ayahmu juga pasti buruk. Mamah tidak mau jika keluarga kita jadi bahan omongan orang," ujar Bu Ratih.
Rey tampak berpikir, apa yang di katakan oleh ibunya ada benarnya juga. Untuk sekarang lebih baik dia mengiyakan apa kata ibunya. Lagian tidak mungkin dia di suruh untuk menikah sungguhan dengan Viona. Paling juga orang tuanya hanya beralasan agar polisi percaya dan dirinya bisa langsung terbebas.
"Baiklah, Rey mau menikah dengan dia," Rey berucap sambil menatap Viona.
Ke dua orang tua Viona saling berbisik. Mereka membicarakan mahar yang akan di minta kepada keluarga Rey. Mereka memang matre, pastinya akan meminta mahar dalam jumlah banyak.
"Bagaimana, Pak, Bu? Apa kalian setuju jika putri kalian menikah dengan anak saya?" Bu Ratih bertanya kepada orang tua Viona.
"Sangat setuju, Bu. Tentu itu yang terbaik untuk mereka," jawab Bu Dewi penuh antusias.
Setelah urusannya di kantor polisi selesai, kini mereka bergegas pergi. Bu Ratih juga sudah meminta nomor ponsel Bu Dewi karena nanti ingin membahas masalah anak-anak mereka.
Viona hanya menatap ke luar, melihat kendaraan yang berlalu lalang. Tidak menyangka jika niatnya untuk menolong orang malah membuat dirinya hampir saja di penjara. Bagaimana jadinya jika tadi dia tetap di tahan, tentu itu bisa menghambatnya untuk mencari keberadaan orang tua kandungnya. Karena beberapa bulan ini Viona sudah berusaha mencari keberadaan mereka yang entah dimana.
"Vio, nanti kalau laki-laki bernama Rey itu mau menikahimu, lebih baik kamu terima saja. Sepertinya mereka itu orang kaya. Lumayan tuh nanti bisa minta mahar yang banyak," ucap Bu Dewi.
"Mah, Vio bukan cewek matre. Lagian Vio sudah punya calon sendiri. Mamah juga tahu sendiri loh."
"Untuk apa kamu pertahankan lelaki kere seperti Doni? Mending sama Rey yang anak orang kaya. Pokoknya kamu tetap harus menikah dengan Rey. Apa kamu lupa kalau kami yang sudah membesarkan kamu dan membiayai sekolah kamu? Apa kamu tidak akan membalas semua kebaikan kami?" tanya Bu Dewi.
Mendengar kata balas budi, memang sudah sepantasnya untuk Viona membalas semua kebaikan orang tua angkatnya. Walau terkadang mereka memperlakukannya kurang baik, tetapi Viona tetap sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
paty
baru bab awal sj sdh aneh, tinggal periksa ke dokter apakah viona msh perawan klu iya kan mrk tdk berzina
2023-09-17
0
Ama
bab ini lagi revisi, kemarin salah up bab, malah up bab yg belum di revisi
2023-04-02
2