Bu Ratih sudah berbicara dengan Bu Dewi bahwa akan tetap menikahkan Rey dengan Viona. Tentu Bu Dewi sangat senang. Bu Ratih tak keberatan dengan mahar yang di ajukan oleh Bu Dewi. Lagian keluarga mereka itu kaya.
Tin tin
Terdengar suara klakson mobil dari depan rumah. Bu Dewi bergegas keluar bersama dengan Viona. Bu Dewi berusaha bersikap baik di hadapan calon besannya.
"Selamat pagi, Bu Ratih. Ayo masuk dulu! Kita ngeteh bersama," ajak Bu Dewi.
"Lain kali saja, Bu. Sekarang saya mau langsung pergi ke butik." Lalu tatapan Bu Ratih tertuju ke Viona. "Vio, apa kamu sudah siap?"
"Sudah siap, Bu," jawab Viona.
"Kalau begitu ayo masuk!" ajaknya.
Viona membuka pintu mobil bagian depan lalu dia duduk di samping Bu Ratih. Setelah berpamitan kepada Bu Dewi, kini Bu Ratih langsung mengemudikan mobilnya menuju ke butik langganannya. Kebetulan Viona dan Rey akan memilih gaun pengantin yang akan di kenakan di pernikahan mereka. Walaupun pernikahan mereka tidak akan di laksanakan dengan mewah, tetapi Bu Ratih ingin jika anak dan calon menantunya memakai pakaian yang layak saat ijab qabul nanti.
Bu Dewi yang baru masuk ke rumah, di hampiri oleh Alisa yang merupakan anak kesayangannya.
"Mah, kenapa Viona pergi menaiki mobil mewah? Siapa wanita tadi? Apa itu ibu kandung Viona?" tanya Alisa.
"Bukan, Nak. Tapi yang tadi itu calon mertua Viona."
"Apa? Jadi Viona mau menikah dengan orang kaya? Mamah gimana sih, masa upik abu seperti Viona di biarkan menikah sama orang kaya? Harusnya aku yang menikah sama orang kaya, Mah," protes Alisa.
"Sudahlah, lagian mau kamu atau Alisa yang menikah itu sama saja. Mamah bisa porotin harta mertuanya," ucap Bu Dewi.
"Tapi kan Alisa juga ingin hidup mewah, Mah." Alisa menghentakan kakinya karena kesal.
"Kamu tenang saja, nanti mamah akan carikan calon suami yang tak kalah kaya seperti calon suaminya Viona." Bu Dewi mengusap pelan punggung anaknya.
Alisa masih diam, dia bertanya-tanya dalam hatinya, seperti apa wajah calon suami Viona. Bisa-bisanya dia kalah langkah sama anak pungut yang sejak kecil dia benci.
...
...
Viona dan Bu Ratih baru sampai di butik. Bu Ratih melihat mobil milik Rey sudah terparkir di depan butik. Sepertinya Rey sudah sampai duluan. Benar saja, Rey keluar dari mobilnya lalu menghampiri ibunya yang hendak masuk ke butik.
"Mah," panggil Rey.
Bu Ratih tersenyum menatap anaknya. "Kamu sudah sampai, Nak. Ayo kita masuk!"
Rey mengikuti Bu Ratih yang sudah melangkah duluan bersama Viona. Sebenarnya malas sekali untuk Rey datang kesana. Namun, Bu Ratih yang memaksanya sehingga Rey datang ke butik itu.
"Selamat datang, Jeng Ratih.” seorang wanita seusia Bu Ratih menghampirinya.
"Jeng Sinta, tolong carikan gaun pernikahan yang cocok untuk calon menantu saya," ucap Bu Ratih sambil menunjuk Viona.
"Kok sebelumnya Jeng Ratih tidak bilang-bilang kalau anaknya mau menikah? Ini terkesan mendadak loh, atau memang saya yang tidak di beritahu?" tanya Bu Sinta.
"Memang terkesan mendadak, Jeng. Nanti Jeng Sinta datang ya, kebetulan saya hanya mengadakan syukuran sederhana saja," ucap Bu Ratih.
"Baik, Jeng," jawab Bu Sinta, lalu mengajak Viona memilih gaun yang di sukainya.
Bu Sinta tak bertanya lagi kepada Bu Ratih. Namun, Bu Sinta mengira jika Rey dan Viona telah berbuat lebih sehingga di nikahkan tergesa-gesa. Karena pergaulan anak jaman sekarang memang sungguh keterlaluan.
Bu Sinta menunjuk beberapa gaun mewah dan mahal di butiknya. Tetapi Viona sama sekali tak tertarik. Viona memilih kebaya berwarna putih dengan bawahan rok kain batik.
"Ini saja, Bu. Saya lebih menyukai kebaya ini," Viona menunjuk kebaya pilihannya.
"Ini sederhana sekali, Nak. Memangnya tak masalah?"
"Saya lebih suka yang sederhana, Bu. Lagian ini bagus kok.''
Bu Sinta tak menyangka jika calon menantu sahabatnya itu bukan wanita matre. Bahkan di saat di sajikan bermacam-macam gaun mewah, Viona lebih memilih kebaya berwarna putih yang terlihat sederhana.
''Baiklah, ini juga bagus kok untuk kamu, Nak. Biar saya yang bawa kebaya ini.’' Bu Sinta mengambil kebaya yang masih di gantung, lalu menghampiri Bu Ratih yang sedang menemani Rey memilih jas.
Mereka langsung pulang setelah membayar. Namun, Bu Ratih meminta Viona untuk pulang bersama Rey. Awalnya Rey menolak, tetapi dia tak bisa menolak karena ibunya terus memaksa.
Sepanjang jalan Viona dan Rey hanya diam. Viona menatap kendaraan yang berlalu lalang dari balik kaca mobil. Viona sama sekali tak berani berbicara kepada Rey yang terus menatapnya sinis.
''Dimana rumahmu?'' Rey bertanya sambil fokus mengemudi.
''Em nanti di depan belok kiri, Kak,'' kata Viona.
Rey menurut arahan dari Viona. Kini mobil itu berhenti di depan rumah yang terlihat begitu sederhana. Viona turun dari mobil, sedangkan Rey langsung saja pergi tanpa berpamitan.
Langkah Viona terhenti saat hendak memasuki rumah. Karena Alisa yang tiba-tiba menghadangnya di depan pintu. Alisa menatap Viona dengan tatapan tak suka. Apalagi kini Viona lebih beruntung dari pada dirinya.
''Hei anak pungut, sekarang hidupmu enak sekali ya. Keluar masuk mobil mewah. Jangan-jangan kamu jual diri ya, jadi bisa menikah sama orang kaya.'' Alisa tampak menghina Viona.
Sejujurnya Viona kesal kepada Alisa yang selalu berbicara seenaknya sendiri. Namun, selama ini dia tak berani marah kepada Alisa. Biar bagaimana pun Alisa adalah kakaknya.
''Vio tidak seperti itu, Kak. Jika sekarang Vio akan menikah dengan orang kaya, mungkin memang sudah di takdirkan seperti itu. Vio tidak pernah menentang takdir,'' ujar Viona tetap tenang. Dia tak terpancing dengan kata-kata Alisa.
''Terserah kamu deh. Dasar anak pungut tidak tahu diri.'' Alisa menatap tajam Viona, lalu berlalu pergi menuju ke kamar.
Viona menghela napasnya. Mungkin ke depannya dia harus lebih sabar lagi menghadapi Alisa. Karena di mata Alisa, dia selalu salah.
...
...
Pernikahan yang tak di inginkan akhirnya terjadi juga. Pernikahan sederhana itu di laksanakan di kediaman orang tua angkat Viona. Bu Dewi juga mengundang semua tetangganya. Niatnya ingin pamer jika Viona bisa menikah dengan orang kaya bahkan memberikan mahar cukup besar.
''Selamat Rey, Vio, akhirnya kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri.'' Bu Ratih memeluk anak dan menantunya secara bergantian.
''Terima kasih, Bu.'' Viona tersenyum membalas Bu Ratih yang juga tersenyum kepadanya.
Terlihat Bu Dewi dan suaminya yang juga mendekati Viona. Bu Dewi berakting sebagai ibu yang baik di hadapan Bu Ratih. Padahal sebenarnya Bu Dewi sangat membenci Viona.
Alisa sama sekali tak mau mendekati Viona. Sejak tadi dia terus mengumpat dalam hatinya. Bagaimana tidak kesal jika ternyata suami Viona sangatlah tampan.
Setelah memberikan selamat kepada Viona dan Rey, kini Bu Dewi menghampiri para tetangganya yang sedang bergosip.
''Ekhem ... kalian sedang ngapain nih?'' tanya Bu Dewi.
''Kami hanya sedang membicarakan Bu Dewi yang sangat beruntung mempunyai menantu kaya raya. Apalagi maharnya juga seratus juta,'' ucap salah satu dari mereka.
''Iya dong, saya sangat beruntung punya menantu dan besan yang sangat kaya. Tidak seperti kalian yang hidupnya susah saja. perkataan Bu Dewi membuat tetangganya tersindir. Namun, mereka memilih diam, karena tidak mau berdebat.
Tak lama, semua tetangga yang hadir pun sudah pulang. Tinggal keluarga Viona dan keluarga Rey saja. Bu Ratih langsung mengutarakan niatnya untuk mengajak Viona pindahan hari ini juga. Kebetulan sebelumnya Rey sudah bilang kepadanya jika tidak mau menginap di rumah Viona yang terlihat kecil, bahkan tidak ada AC. Bu Dewi dan suaminya mengizinkan Viona untuk pergi saat ini juga. Bahkan mereka sudah membantu membereskan barang-barang milik Viona.
''Mah, Pah, mungkin Viona akan sangat rindu dengan kalian. Vio pamit pergi dulu ya. Biar bagaimana pun Vio harus ikut dengan suami Vio,'' ucap Viona dengan mata yang berkaca-kaca.
''Iya, Nak. Jangan lupa kamu harus sering-sering datang kesini ya.'' Bu Dewi mengusap air mata Viona yang membasahi pipi.
Viona menganggukkan kepalanya. Dia berjabat tangan dengan ayah dan ibunya secara bergantian. Bu Ratih, Rey, dan Pak Hendra juga berpamitan dengan mereka. Lalu bergegas pergi dari rumah itu.
Viona berada di mobil yang sama dengan Rey. Sedangkan orang tuanya menaiki mobil yang berbeda. Viona terlihat diam, dia masih tak percaya karena kini sudah menjadi seorang istri dari lelaki yang tidak dia cintai. Bahkan dengan pernikahan ini, dia harus melepas kekasihnya yang bernama Aldo.
Mobil yang di kendarai Rey kini berhenti di depan bangunan yang begitu mewah. Viona menatap tak berkedip bangunan yang biasanya hanya dia lihat di televisi. Beberapa kali Viona menepuk pipinya, ternyata sakit, itu berarti ini bukan mimpi.
''Kenapa masih diam? Cepat turun!'' pinta Rey.
''Baik, Kak. Tapi ... apa itu rumah Kak Rey?'' Viona menunjuk rumah megah di depan sana.
''Benar, kenapa kamu terkejut seperti itu? Bukankah ini yang kamu mau, masuk ke dalam keluargaku dan menikmati harta keluargaku.''
Viona menggelengkan kepalanya. ''Aku tidak ...,'' ucap Viona terpotong karena Rey memotong perkataannya.
'' Aku tidak butuh penjelasanmu. Cepat turun!'' Rey bergegas turun duluan, barulah Viona mengikutinya.
Kedatangan mereka di sambut baik oleh semua asisten rumah tangga di rumah itu yang kini berjejer di depan pintu masuk. Bahkan mereka menundukkan pandangannya saat melihat tuan rumah memasuki rumah.
''Semuanya, ini Viona menantu saya. Saya harap kalian bisa bersikap baik kepadanya,'' ucap Bu Ratih.
''Baik, Nyonya,'' jawab mereka serempak.
Bu Ratih meminta Viona mengikuti Rey pergi ke kamar. Sedangkan Bu Ratih sendiri akan beristirahat bersama suaminya.
Rey berdiri di depan tempat tidur sambil melipat ke dua tangan di dadanya. Menatap tajam Viona yang baru memasuki kamar. Terlihat sekali pancaran kebencian di ke dua matanya.
''Mulai sekarang kamu tidur di sofa. Awas saja kalau sampai berani menyentuh ranjangku,'' ucap Rey.
''Baik, Kak.'' Viona menunduk tak berani menatap Rey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
Rey kasar sekali sama Viona
2023-06-24
0