Bi Marni sudah mencoba berbicara kepada Viona dan menyarankannya untuk pergi dari rumah itu. Namun, Viona sama sekali tak ingin pergi. Viona tak mau meninggalkan Rey karena sekarang hanya dia keluarga satu-satunya yang Rey miliki. Viona sudah memikirkan konsekuensinya jika tetap tinggal disana. Tentu Rey akan selalu memperlakukannya dengan tidak baik. Tetapi Viona akan mencoba sabar. Setidaknya hingga dia melihat Rey bisa berubah menjadi lelaki yang baik dan taat beribadah seperti keinginan almarhum orang tuanya. Mungkin saat itu, Viona akan tenang jika memang dia harus pergi meninggalkan Rey.
Rey masih terpuruk karena kepergian orang tuanya. Bahkan sudah beberapa hari ini hanya mengurung diri di kamar. Tentu dengan keadaan Rey yang seperti ini membuat asistennya yang harus sibuk mengurus perusahaan.
Viona menghampiri Bi Marni yang baru keluar dari kamar Rey. ''Bi, bagaimana keadaan Mas Rey?'' tanya Viona.
''Tuan Rey masih terlihat sedih. Bibi juga sudah mencoba memberikannya makanan, tetapi Tuan Rey meminta Bibi membawa kembali makanan ini,'' ucap Bi Marni sambil menatap nampan yang di bawanya.
''Biar Vio yang coba membujuk Mas Rey, Bi,'' Viona mengambil nampan yang sedang di pegang oleh Bi Marni.
''Saya tidak yakin kalau Non Vio bisa membujuk Tuan Rey,'' ujar Bi Marni.
''Selama belum mencoba, Vio tak akan menyerah, Bi. Doakan Vio agar Mas Rey mau menurut ya,'' ucap Viona.
''Bibi selalu mendoakan yang terbaik untuk Non Viona.'' Bi Marni tersenyum sambil memperhatikan Viona yang kini sudah mulai membuka pintu kamar Rey.
Rey mendengar ada yang membuka pintu kamarnya. Namun, dia mengira jika yang datang itu Bi Marni. Rey tetap fokus menatap ke depan tanpa melihat siapa yang datang.
''Saya sudah katakan kalau saya tidak mau makan, Bi,'' tolak Rey.
''Mas, ini aku Viona. Kamu harus makan loh, biar tetap sehat,'' ucap Viona.
Seketika Rey menatap ke samping. Dia terlihat tak suka melihat kedatangan Viona yang begitu lancang. Padahal sebelumnya Rey sudah memberikan peringatan agar Viona tak masuk ke kamarnya.
''Ngapain kamu masuk kamarku ha,'' bentar Rey dengan sorot mata yang menajam. Rey mendekati Viona yang sedang berdiri di dekat tempat tidur
''Maaf, Mas. Aku ...,'' ucap Viona terhenti karena Rey memotong perkataannya sekaligus mendorong Viona sehingga nampan yang dia pegang jatuh ke lantai.
Pyar
Suara pecahan piring dan gelas yang begitu nyaring tentu terdengar hingga ke luar. Bi Marni bergegas masuk untuk melihat keadaan Viona, tetapi Rey melarangnya masuk. Bahkan Rey sudah mengunci pintu kamarnya.
Rey menarik paksa tangan Viona lalu mendorongnya sehingga Viona kini terjatuh ke atas kasur. Rey menatap Viona dengan tatapan yang sulit di artikan. Rey tersenyum, tetapi entah apa maksud dari senyumannya itu.
''Apa kamu ingin sekali jika aku menyentuh tubuhmu lalu menidurimu?'' Rey duduk di pinggir ranjang, lalu mencoba mencengkeram dagu Viona.
Sejak tadi Viona sudah tak sanggup lagi menahan air matanya. Begitu sakit di perlakukan kasar oleh suaminya sendiri. Jangankan tatapan cinta, hanya ada tatapan kebencian yang Viona lihat di pancaran mata suaminya.
''Ampun, Mas. Lepaskan!'' Viona menahan perih, karena kuku suaminya menancap di dagunya.
Rey hendak berbuat lebih untuk menyiksa Viona. Namun, terhenti saat mendengar suara Bi Marni dari luar kamar. Jika tidak salah dengar, Bi Marni berkata jika di luar ada Laura yang sedang menunggu.
''Cepat bereskan semua kekacauan itu! Lalu kamu pergi dari kamar ini,'' ucap Rey sambil menunjuk pecahan piring, nasi, serta lauk yang berserakan di atas lantai.
Rey keluar dari kamar menghampiri Bi Marni. Kebetulan Bi Marni masih berada di depan kamarnya. Sedangkan di sebelahnya, sosok wanita cantik yang sangat dia cintai.
''Laura, ngapain kamu kesini?'' tanya Rey.
''Rey, aku mau minta maaf. Aku turut berduka cita atas kematian orang tuamu.'' Laura menghambur ke dalam pelukan Rey.
Rey jauh lebih tenang berada di pelukan Laura. Hanya Laura wanita yang bisa membuat suasana hatinya membaik. Dengan perlahan, Rey melepaskan pelukan itu. Dia meraba wajah Laura yang teramat cantik.
''Apa kamu tidak akan meninggalkanku lagi?'' Rey menatap penuh harap.
''Aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu lagi,'' ucap Laura.
''Aku senang mendengarnya, Ra. Teruslah berada di sampingku, karena aku sudah tidak memiliki siapa pun lagi,'' Rey memegang ke dua tangan Laura lalu menciuminya.
Viona yang hendak keluar, dia melihat kedekatan Rey dan Laura. Tentu Viona bertanya-tanya dalam hatinya, siapa sebenarnya wanita yang terlihat sangat akrab dengan suaminya. Viona menatap Bi Marni, lalu Bi Marni memberikan kode untuk pergi dari sana.
''Bi, siapa wanita cantik itu?'' tanya Viona yang kini sudah sampai di dapur.
''Itu mantan kekasihnya Tuan Rey, namanya Laura.''
''Sepertinya Mas Rey masih mencintai wanita itu, Bi,'' ucap Viona menebak.
''Benar, Bibi harap di saat ada Non Laura disini, Non Viona jangan memanggil Tuan Rey dengan sebutan Mas, pasti Non Laura akan curiga dan Tuan Rey juga akan marah.''
''Baik, Bi. Nanti aku akan memanggil Mas Rey dengan sebutan Tuan.''
Viona melihat Rey dan Laura yang sedang menuruni tangga dengan bergandengan tangan. Ada rasa sakit di hati Viona, tetapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkin dia mengaku sebagai istri di hadapan Laura, karena Rey pasti akan marah.
''Vio, cepat sini!'' teriak Rey yang baru mendudukkan diri di sofa.
Viona berlari kecil menghampiri Rey. ''Ada apa, Tuan?''
''Cepat buatkan es jeruk untuk kami. Sekalian siapkan cemilan untuk kami,'' pinta Rey.
''Baik, Tuan.'' Viona bergegas pergi ke dapur.
Bi Marni menawarkan diri untuk membantu Viona, tetapi Viona menolaknya karena takut Rey akan marah. Bi Marni membiarkan Viona mengerjakan tugasnya sendiri.
Tak lama, Viona membawa nampan berisi pesanan Rey. Namun, sesampainya di ruang keluarga, Viona melihat Rey sedang berpegangan tangan dengan Laura. Istri mana yang tak sedih melihat suaminya sendiri bermesraan di depan mata. Viona mencoba mengesampingkan perasaannya. Dia harus bersikap profesional di hadapan Rey dan Laura.
''Sayang, nanti malam kita jalan yuk.'' Laura bergelayut manja di lengan Rey.
''Aku lagi nggak mood,'' jawab Rey singkat.
''Ayolah! Biar kamu tidak sedih lagi.'' Laura terus merayu Rey agar mau pergi dengannya.
Viona yang sedang menaruh es jeruk, dia hanya diam saja mendengarkan obrolan Rey dan Laura. Saat hendak pergi, Laura menghentikan langkahnya.
''Tunggu!''
Viona menoleh ke belakang menatap Laura. ''Nona memanggil saya?''
''Iya, memangnya siapa lagi? Cepat kamu siapkan buah melon yang sudah di potong-potong!'' pinta Laura. Nada bicaranya terdengar sinis.
''Baik, Nona.'' Viona berlalu pergi ke dapur.
Beberapa menit kemudian, Viona sudah kembali dengan membawakan pesanan Laura. Namun, hal tak terduga harus Viona lihat. Suaminya dan Laura sedang berciuman.
Prang
Piring yang Viona pegang jatuh ke lantai. Pecahan piring berserakan, dan juga buah melon yang baru dia siapkan sudah tidak layak makan karena kotor. Rey dan Laura menatap Viona tajam.
''Kamu bisa kerja tidak? Masa bawa piring satu saja sampai jatuh,'' ucap Laura murka.
''Maaf, saya akan mengambil buah melon yang baru.'' Viona menunduk, tak berani menatap mereka.
''Tidak perlu! Saya sudah tidak berselera.'' Lalu Laura beralih menatap Rey. ''Sayang, lebih baik kamu pecat saja pembantu kamu yang tak berguna itu.'' Laura berucap sambil menunjuk Viona.
Rey tampak berpikir, mungkin sekarang belum waktunya dia mengusir Viona dari rumahnya. Rey takut jika Viona mengadu kepada Laura kalau dia adalah istrinya. Rey tidak mau itu terjadi. Sejujurnya Laura tahu kalau Rey sempat viral karena berada di gubuk yang sama dengan seorang wanita. Namun, Laura tidak tahu kalau wanita itu adalah Viona. Karena di dalam rekaman yang viral itu Viona belum berhijab, sedangkan sekarang dia selalu berhijab.
''Sayang, biarkan saja dia bekerja disini. Lagian dia tulang punggung keluarganya. Kasihan kalau dia kehilangan pekerjaan,'' ucap Rey berbohong.
''Biarkan saja! Lagian salah siapa kerja tidak becus.''
''Nanti biar aku yang tegur dia,'' kata Rey sambil mengusap pucuk kepala Laura.
“Terserah kamu saja. Tapi jangan sampai dia mengacau lagi.”
“Kamu tenang saja, sayang. Nanti Mas akan meminta Bi Marni untuk mengurusnya,” kata Rey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
kurang ajar punya suami.. lepaskan saja Viona kau kan masih ada Laura
2023-06-24
0