Derai Yang Terbendung
Di pagi ya cerah, sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berbaris di lapangan sebuah universitas. Sebut saja "Universitas Raja," salah satu universitas terbaik di pulau Sumatera. Tiba-tiba ada seorang gadis cantik, ia baru saja turun dari kendaraan umum. Ia langsung saja berlari dan masuk ke salah satu barisan.
'' Kamu yang di belakang yang baru masuk barisan, sini ke depan!'' seru seorang pemuda yang sedang berdiri di atas podium.
Luhana awalnya melihat ke kanan dan kiri, kemudian ia mendapat tatapan lagi dari pemuda itu.
'' Ngapain lihat kanan dan kiri, maju kamu.'' ucap pemuda itu.
'' Saya kak.'' ucapnya dengan menunjukkan dirinya sendiri.
'' Ya iyalah, siapa lagi.'' ucapnya dengan tegas.
Luhana pun segera maju ke depan, ia menghadap ke pemuda yang memanggilnya tadi. Yang merupakan ''Ketua MPLS'' tersebut.
'' Siapa nama kamu?'' tanya pemuda itu.
'' Hana kak.'' ucapnya dengan lembut.
'' Siapa, ada yang dengar?'' tanya pemuda itu pada seluruh mahasiswa yang berbaris.
'' Tidak kak.'' jawab mereka serentak.
'' Kamu dengar kan, apa yang dibilang sama teman mu?'' ucapnya kembali, dan membuat yang mendengar ketakutan.
Sedangkan di belakang, Rio dan Tina sedang mengobrol.
'' Kasihan banget anak itu.'' ucapnya.
'' Iya bener Ri, kita aja gemetaran kalau denger suara Wildan. Apalagi anak baru itu, pasti dia ketakutan.'' jawabnya.
'' Nggak usa di tanya, uda pasti la. Aku jadi kasihan sama anak itu.'' ucapnya lagi.
'' Udalah Ri, kayak nggak kenal aja Lo sama Wildan. Selalu aja tau kalau ada yang nggak beres, kalau jadi dosen. Aku yakin dia jadi dosen Killer, sama kayak pak Aryo.'' jelas Tina.
Tiba-tiba saja, Wildan memanggil Rio dan Tina untuk ke depan. Dan memberikan hukuman kepada Luhana.
'' Kak Rio, kak Tina, kalian kesini.'' ucap Wildan, keduanya pun langsung maju ke depan.
'' Ada apa kak Wildan.'' ucap Rio, mereka semua yang tidak mengetahui nama Wildan pun terkaget-kaget. Karena orang yang dikabarkan kejam itu ternyata kini berada di hadapan mereka.
'' Ini tolong di urus ya, siapa tadi nama mu?'' ucap Wildan.
'' Hana kak.'' ucapnya.
'' Fakultas apa kamu?'' tanya Tina, karena hari ini adalah MPLS tingkat universitas. Jadi banyak yang nggak kenal.
'' FKIP kak.'' jawab Luhana.
'' FKIP ya, bentar ku lihat daftar nama dulu.'' ucap Tina sambil membolak-balikkan kertas daftar nama mahasiswa yang ikut MPLS.
'' Bagaimana Tin uda dapat?'' tanya Wildan.
'' Iya bentar, Hanani Putri ya?'' tanya Tina.
'' Bukan kak.'' jawab Hana.
'' Luhana Clarissa kak.'' jawabnya.
'' Apa, siapa tadi nama kamu?'' tanya Wildan, dan membuat semuanya heran.
'' Luhana Clarissa kak.'' jawabnya kembali.
Wildan pun terdiam, Ia pun kemudian pergi meninggalkan lapangan. Semua yang melihat interaksi itu merasa heran, tidak pernah ia melihat tingkah Wildan seperti itu. Semua menjadi penasaran terutama para panitia, mereka yang telah bersama Wildan selama bertahun-tahun. Hari ini adalah sejarah, karena Wildan menunjukkan ekspresi yang sangat-sangat tidak terbayangkan.
'' Lah mana Wildan pergi?'' tanya Rio.
'' Ya mana aku tahu, mending kejar sana. biar aku yang kurus anak baru ini.'' ucap Tina.
Rio pun segera mengejar Wildan sedangkan Tina membawa mahasiswa itu ke sebuah lapangan, Ia menghukum wanita itu untuk berjalan jongkok.
'' Jalan jongkok kamu dari sini sampai tiang yang ada di sana. perintah ,Tina.
Tanpa basa-basi Luhana langsung melaksanakan perintah dari Tina, ia tidak menunggu waktu lama. Karena ia juga mengetahui konsekuensi kalau ia terlambat, dan ini adalah konsekuensi yang ia dapatkan. Walaupun dia sangat sebal, karena dia mendapat hukuman. Tetapi dia tidak bisa berkata apa-apa, karena itu adalah aturan yang berlaku di universitas ini.
Tak terasa Hana telah memutari lapangan dengan berjalan jongkok selama 2 putaran, Tina pun menghentikan hukumannya. Kemudian ia memerintahkan Hana untuk kembali ke lapangan, Hana Sebenarnya masih lelah. Tetapi ia tidak bisa berkata apa-apa, karena itu adalah perintah dari seniornya.
'' Hana kamu tidak apa-apa kan?'' tanya Citra yang merupakan teman SMA nya.
'' Aku tidak apa-apa Cit.'' ucapnya yang masih tersenyum lebar.
Kebiasaan Hana yang tidak pernah menunjukkan tampang sedih itu, jujur saja sebenarnya mengganggu pikiran Citra. Tetapi Citra sebagai sahabat, Iya tidak ingin menyakiti hati sahabatnya. Sebenarnya ia tidak pernah percaya dengan perkataannya ketika tersenyum, namun ia selalu berpura-pura mempercayai agar persahabatannya tetap utuh. Ia sudah lama mengenal Hana, dan ia tahu kalau Hana sangat benci dikasihani.
Kehidupan keluarga Hana, sudah bukan rahasia lagi bagi Citra. Karena itu ia mengetahui, kalau Hana sangat membenci dikasihani. Banyak derai yang selalu ditutupin oleh Hana, bahkan Citra sendiri yang merupakan sahabatnya juga tidak mengetahuinya.
Semua tersimpan sangat rapi, dan tanpa celah. Senyuman palsunya selalu menjadi topeng, untuk menutupi kesedihannya. Tidak banyak yang mengetahui topeng milik Hana, tetapi topeng itu adalah sumber kehidupannya. Bila suatu saat topeng itu terbuka, mungkin kebahagiaan yang ia anggap akan hilang.
Di sisi lain, Wildan masih hanyut dalam lamunannya. Nama Luhana, adalah nama yang sama seperti nama adiknya. Tetapi kini ia tidak mengetahui keberadaan adiknya itu, sejak perpisahan kedua orang tuanya. Ia tidak pernah bertemu dengan ibu dan adiknya, dan jujur ia sangat merindukan adik kecilnya itu.
Rio masih saja terdiam di samping Wildan, ia sudah sedikit mengetahui tentang kehidupan Wildan. Dan ia meyakini, kalau kini temannya itu sedang memikirkan adiknya. Bukan karena tanpa sebab, tetapi nama gadis yang ada di lapangan tadi sungguh mirip dengan nama adiknya. Siapa yang tidak kaget, orang yang selalu ia cari-cari. Kini tiba-tiba saja namanya muncul di hadapannya, walaupun masih belum pasti itu adalah dia atau bukan.
Rio yang sudah lelah menunggu temannya itu, akhirnya ia menyenggol tangan Wildan untuk menyadarkan Winda. Apalagi kini, masih banyak mahasiswa dan mahasiswi yang sedang menunggu Wildan di lapangan.
'' Wil, sudah dong. Ada banyak mahasiswa dan mahasiswi yang sedang menunggu mu di lapangan. Kamu sebagai ketua MPLS tingkat fakultas harus profesional dong, nanti bisa berdampak buruk loh. Dan ini bukan hanya berdampak ke kamu saja, tapi juga ke kita semua.'' jelas Rio menginginkan.
Wildan pun tersadar dengan omongan Rio, ia pun segera mengajak Rio untuk kembali ke lapangan. Karena mereka berdua sudah terlalu lama pergi dari lapangan, dan bilang hal itu diketahui oleh rektor. Itu akan membahayakan mereka semua, terutama ketua.Mereka pun sampai di lapangan, Wildan pun kembali ke podium.
'' Maaf sebelumnya, tadi sedikit kendala. Sebelumnya perkenalkan saya Wildan Prasetya, saya ketua MPLS yang akan bertanggungjawab atas kalian selama beberapa hari kedelapan.'' jelas Wildan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments