Terjebak Pesona Partner Sewaan

Terjebak Pesona Partner Sewaan

Bab 1 Pengkhianatan

"Saya terima nikah dan kawin Tania Syahputri dengan mas kawin tersebut tunai."

Kata sah yang diucapkan para saksi membuat pernikahan itu sah secara hukum dan agama.

Dan aku, hanya bisa menangis di depan pintu masuk rumah sederhana itu. Akad nikah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu nyatanya tetap bisa ku ketahui.

"Zia..."

Ku dengar gumaman seorang pria berjas rapi menyebut namaku. Pria yang awalnya duduk tenang didepan penghulu yang sedang membacakan doa, kini berdiri dengan ekspresi tegang.

Ya, itu namaku. Si gadis malang yang ditinggal nikah oleh pria yang kemarin malam berlutut di hadapanku, mengucapkan kalimat penuh cinta dengan menyematkan sebuah cincin di jari manisku. Namun, pria itu kini sudah sah menjadi suami dari wanita lain.

Ku lihat pengantin wanita yang kini tengah menatapku. Bibirku bergetar menyebut namanya. "Kak Nia ...."

Ternyata tadi aku tidak salah dengar saat Reza menyebut mana Tania Syahputri dalam akad.

Tania yang sama, dia kakakku.

Air mataku enggan berhenti menetes. Waktu terasa berhenti detik itu juga. Ruangan yang hanya ada beberapa orang itu mendadak sunyi. Semua orang menatapku dan kedua pengantin yang baru saja melakukan akad nikah itu secara bergantian.

Bisik-bisik mulai terdengar seperti suara lebah di telingaku. Aku bergeming. Ku tatap wajah-wajah pengkhianat yang ada di depanku.

Aku menahan geram melihat pria yang terus saja menatapku dengan raut wajah bersalah itu. Entah dia benar-benar merasa bersalah atau dia hanya sedang bersandiwara.

Pria yang sialnya ku cintai, ku percayai dan juga ku curahi kasih sayang. Dan yang lebih menjijikkan dia malah menikahi kakakku sendiri.

"Pengkhianat!" Ucapku penuh penekanan.

Ku tunjuk wajah kakakku yang selama ini begitu ku sayangi dan ku hormati. Tapi, dalam sekejap ia mengubah rasa sayangku dengan rasa muak yang teramat besar.

Aku beralih pada pengantin pria karena aku tidak ingin mema-ki kakakku di depan banyak orang.

"Pembohong!" Teriakku kesetanan.

"Kamu pembohong, Za!" Ku tunjuk wajahnya yang diselimuti rasa bersalah itu.

Ia sepertinya ingin bicara dan menjelaskan mengenai hal ini. Tapi, tidak akan ku beri kesempatan untuk itu. Melihat akad nikah ini saja sudah cukup menjadi bukti bahwa aku hanya figuran dalam perjalanan cintanya.

Ku lepaskan cincin di jari manisku dan ku melempar asal ke tubuh pria itu.

Ia tampak terkejut namun berusaha menangkap cincin itu.

"Zia, aku bisa jelasin semua ini, Zi!"

"Ini gak seperti yang terlihat. Aku terpaksa, Zi!"

Dia berjalan mendekatiku dan berusaha meraih tanganku.

Ku tepis tangannya yang kekar itu. Enak saja dia mau menyentuhku sementara ia sudah menyayat hatiku dengan belati.

"Jelasin?"

"Apa lagi yang mau kamu jelasin, Za?"

"Dan kamu bilang, kamu terpaksa?"

Aku tertawa, miris sekali. Airr mata sialan yang menetes ini menjadi bukti bahwa hatiku tengah hancur berkeping.

Aku ingin terlihat kuat. Aku tidak ingin jadi wanita cengeng yang mengemis cinta padanya. Tapi, percuma saja. Hati yang hancur ini tetap membuatku tampak seperti gadis bodoh paling mengenaskan.

"Jelasin apa, Za?" teriakku mendorong dadanya.

"Jelasin kalau kamu selama ini bermain api dengan kakakku?" Ku tatap matanya. Ku tantang dia yang tadinya ingin menjelaskan mengenai hal yang ku lihat ini.

Pengakuanku sepertinya membuat beberapa orang disana merasa terkejut. Aku tidak mengenal mereka, bahkan orang tua Reza juga tidak ada disini.

"Dia kakakku, Za!" Tangisku pecah. Aku menunjuk kak Nia yang sedang menatap kami berdua.

Dia sedang merasa senang atau sedih? Atau dia bersenang-senang diatas kesedihanku ini?

"Apa yang ada di fikiran kamu? Mengapa kamu melakukan semua ini padaku?"

"Untuk apa kamu melamarku kalau akhirnya kak Nia yang kamu nikahi?"

Reza hanya bisa menunduk lemah. Pria pengecut itu seperti singa kehilangan taringnya.

"Ada apa ini, Zia?"

Itu suara papa. Bagaimana bisa papa berada di tempat ini? Apa papa mengikutiku?

Aku menoleh kebelakang. Ternyata papa datang bersama mama. Sudah kepalang tanggung. Aku tidak akan menyembunyikan kebusukan kak Nia lagi.

"Papa tanya saja pada putri papa itu!" Ku tunjuk wajah kak Nia yang kini tengah membulatkan matanya.

Kenapa? Dia terkejut melihatku yang berani mengadukannya pada papa? Apa selama ini dia merasa diatas awan karena aku tidak pernah mengadukannya pada papa mengenai kenakalannya di luar rumah?

Dia terlalu beruntung. Dan dia menyia-nyiakan semua kebaikan keluargaku. Dia hanya anak angkat yang papa dan mama rawat karena orang tuanya tidak mampu membesarkannya sebab masalah ekonomi.

Ku lihat papa dan mama menatap kak Nia dan Reza bergantian. Aku berjalan mendekat ke arah mama yang menarikku dalam pelukannya.

Melihat pakaian yang kak Nia dan Reza pakai, mereka pasti tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Reza? Nia? Jelaskan pada papa, mengapa sampai seperti ini akhirnya?"

"Kalian benar-benar menikah?" Tanya mama dengan suara tercekat. Aku tahu, mama juga hancur melihat kak Nia menikah dengan pacarku yang sudah menemaniku selama dua tahun terakhir.

Ku lihat kak Nia mengangguk pelan. Air matanya menetes seolah ia merasa menyesal telah mengkhianati adiknya sendiri.

"Aku terpaksa, Ma. Aku ... aku mengandung anaknya Reza, Ma."

Duaaaar!

Bak petir menyambar, pengakuan Kak Nia membuat semua orang terkejut.

"Aku sedang mengandung 6 minggu, Ma. Dan ini adalah anaknya Reza, Ma." Dia mengelus perut ratanya.

"Papa kecewa padamu, Nia!" Papa membentaknya. Papa marah besar dan aku seharusnya membawa papa pergi dari sini sebelum tekanan darah papa naik.

"Dan saya lebih kecewa pada pria busuk sepertimu!" Telunjuknya mengarah ke wajah Reza.

Aku dan mama mengusap bahu papa. Aku tidak ingin hal ini membuat kesehatan papa memburuk. Aku sudah jatuh dan tidak ingin tertimpa tangga lagi.

"Maafkan Nia, Pa. Maafkan Nia, Ma." Dia menangis memohon pada mama dan papa.

"Mama mendidik kamu dan Zia dengan seadil-adilnya, Nia. Mama menyayangi kalian dan tidak membedakan antara kamu dan Zia."

"Supaya apa? Supaya kelak kalian menjadi saudara yang saling menyayangi."

"Tapi mama salah! Kamu menunjukkan kualitas dirimu yang sebenarnya!" Mama marah besar dan mengungkit masa lalu kak Nia.

"Ma... Nia minta maaf, Ma."

Kak Nia memohon di hadapan mama dan papa. Kenapa dia tidak bisa memikirkan resiko yang akan ia dapatkan?

Pertama, ia merebut kekasihku. Salah- bukan merebut. Aku tidak seratus persen menyalahkannya. Kalau Reza tidak sama dengannya, mana mungkin ada benih Reza di rahimnya.

Kedua, ia menikah dibelakang kami semua. Tanpa memberi tahu mama dan papa. Dia sungguh tidak menghargai semua kebaikan mama dan papa selama hampir 20 tahun merawatnya.

Terpopuler

Comments

Aan Azzam

Aan Azzam

liat notif..jdi kepo...🤭🤭 semangat berkarya thor 👍

2023-04-03

2

Andi Syafaat

Andi Syafaat

masih menyimak

2023-04-02

2

Andi Syafaat

Andi Syafaat

aku mampir thor

2023-04-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!