AKU PUTRI PEMBANTU DI RUMAHMU
"Di hari aku pergi untuk belajar ke luar negeri, perpisahan yang di katakan kakak padaku adalah 'Belajar? Kau tak perlu belajar, hidup saja seperti apa yang kamu inginkan, tak perlu menggunakan akal fikiranmu. Pewaris keluarga kaya tidak perlu belajar, tanpa memiliki impian hal itu akan terwujud. Dan jika bisa, jangan pernahbdatang kembali ke Indonesia.' Saat itu aku baru sadar, jika aku datang ke Paris bukan untuk belajar tapi untuk di buang." ucap seorang pria tampan berumur delapan belas tahun itu kepada temannya.
"Kamu tidak membenci mereka? Mamamu yang sudah melahirkanmu maupun papamu tidak pernah mendukungmu." tanya teman yang sedang duduk di depannya.
Mendengar pertanyaan yang baru saja temannya layangnkan, Arsen hanya tersenyum lalu meraih segelas beer dan meminumnya.
"Kenapa? Apa majikan ibu memberi semua ini pada kita untuk di makan? Bukan kah majikan ibu menyuruh ibu untuk membuang semua makanan ini, lalu ibu membawanya pulang dan menghidangkan semua makanan ini untuk kita makan?" ucap seorang gadis cantik bernama Keisya.
"Diam dan makanlah!" ketus sang ibu tak mau berdebat lagi dengan putrinya.
"Apa rumah kita ini tempat pembuangan sampah?" ucap Kaisya pada sang ibu dengan mata berkaca kaca.
"Sudah makanlah, ibu ingin kamu juga memakan makanan yang enak."
"Sudah ku bilang, aku tidak mau makan." ucap Kaisya lalu masuk ke dalam kamarnya.
Malam berlalu, gadis ini memdang fotonya bersama sang kakak yang melekat pada pigora dinding kamarnya. Entah mengapa hatinya merasa iri kepada kakaknya, yang bisa melanjutkan kuliah di Paris tanpa harus bersusah payah bekerja sepulang sekolah seperti dirinya.
"Ini gajimu, kamu selalu bekerja keras meskipun di hari liburan sekolah. Apa kamu tidak liburan bersama keluargamu?"
"Saya rasa pergi, pak." ucap Keisya yang masih mengenakan apron berwarna coklat.
"Kemana? Tidak seperti biasanya kamu mengambil jatah cutimu? Tidak apa apa, tapi sebelum kamu cuti beri tahu aku dulu agar bisa mencari barista baru untuk menggantikanmu selama kamu liburan."
Keisya hanya mengangguk.
'Sementara di Paris, tempat aku di buang. Hal pertama yang aku pikirkam hanyalah, haruskah aku memberontak sesekali saja? Tetapi seperti yang kakak katakan, cukup makan dan bermain saja. Di sini, sudah sering keluar masuk ke kantor polisi hanya sekedar mengebut di jalanan maupun terlalu banyak meminum beer. Sedangkan di sekolah, guru tak pernah absen menanyakan tugas yang tak pernah ku kerjakan, dan aku juga belajar bagaimana cara membuat mamaku menangis di Indonesia.'
Tulis Arsen pada sebuah buku harian miliknya.
Dret dreeett, dret dreeett...
Suara getar ponsel bergetar di atas kasur.
Ceklek!
"Ponselku tertinggal di kamarmu, tengkyu bebih." ucap pemuda semuran dengannya yang sudah menjadi temannya selama ia menghabiskan waktu di Paris itu meraih ponsel yang tergelak di atas kasur lalu berlalu keluar kamar, yaitu Jhon.
"Jhon, tunggu!"
"Kenapa?"
"Apa kau tidak ingin ikut denganku? Kemasi barangmu, kita akan camp di pantai untuk beberapa hari." ucap Arsen menutup bukunya.
"Okay, mari kita bersenang senang baby." ucap Jhon memeluk Arsen.
"Apa kau sudah tak waras? Aku masih menyukai lawan jenis, jangan membuatku jijik!" ucap Arsen melepas pelukan Jhon lalu berjalan menuju lamari besar untuk mengemasi beberapa pakaian dan barang barang yanh akan ia masukan ke dalam koper.
Setelah sampai di bandara Carles de Gaulle di Paris, Keisya mengambil selembar kertas dari dalam tasnya. Kertas yang berisi gambaran peta wilayah Paris dan terdapat tulisan petunjuk arah yang sudah ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia satu lembar penuh, serta terdapat beberapa pertanyaan pertanyaan dalam bahasa Prancis yang sudah ia persiapkan sebelum berangkat ke sini.
"Ya, ini aku. Tentu saja sekarang Arsen datang untuk menjemputku, apa mama pikir aku akan sendirian di Paris? Dia sedang memasukan koper ke dalam mobil, dia lebih tampan dari terakhir kalinya saat kami bertemu di Paris. Dia betambah tinggi dan masih sama berkulit bersih seperti dulu." ucap salah satu perempuan yang berdiri tepat di sampingnya, Keiysa menoleh menatap gadis itu berdiri sendirian namun terdapat seorang driver taksi berumur kurang lebih 60 tahun yang sedang memasukan dua buah koper miliknya ke dalam mobil.
Keisya tersenyum mendengarkan perempuan di sampingnya sedang berbohong kepada ibunya, lalu wanita itu menatap Keisya dengan tatapan sinis.
"Tentu saja Arsen berkata bahwa putrimu ini bertambah cantik, aku mau berangkat meuju hotel dulu mah." imbuhnya sembari terus menatap Keisya yang bersenyum sembari menunduk, kemudian mematikan sambungan teleponnya.
"Hei kamu!" ucap gadis itu saat Keisya akan beranjak pergi dari tempatnya berdiri, Kei menoleh dan menghentikan langkahnya.
"Aku lihat kamu menertawakan aku, apa yang kamu tertawakan?" tanyanya.
'Aduh, mampus.' batin Keisya.
"Em, sorry i can't speak Indonesian." kilah Kei berbaki badan ingin meninggalkan gadis itu.
"Hei, aku bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan kamu orang mana. Kenapa kamu menertawakan aku?"
"Aku tidak menertawakan kamu, aku hanya heran apa yang kamu katakan di telepon dan kenyataannya sangat jauh berbeda." ucap Kei jujur.
"Apa aku meminta pendapatmu?"
"Aku minta maaf, sekali lagi aku tegaskan tidak ada maksud untuk menertawakn kamu." ucap Kei lagi, lalu menganggukan kepala sebagai tanda hormat lalu berbalik arah melangkah pergi sembari menarik kopernya.
Keisya menaiki taksi dan turun di sebuah rumah pernah kakaknya kirim lokasi itu pada aplikasi berwarna hijau miliknya, lalu menekan tombol pintu rumah bernuansa putih itu.
Ting Tung.
"Siapa?" teriak seorang wnaita dari dalam rumah.
"Kakak, ini aku Keisya."
Ceklek! Suara pintu terbuka, namun yang ia lihat bukan kakaknya.
"Hallo." ucap wanita berambut pirang sembari membenarkan resleting celananya.
"Salsabila Kirani in here? I don't really understand English." ucap Keisya menanyakan keberadaan sang kakak.
Namun wanita pirang itu tidak paham dengan apa yang di ucapkan oleh Kei, kemudian memanggil kekasihnya yang berada di dalam rumah.
"Leon" teriaknya.
"Who's that?" ucap seorang laki laki yang baru saja keluar rumah hanya mengenakan handuk di bagian bawah tubuhnya, sedangkan Kei yangbmelihatpun langsung membuang pandangannya.
Setelah di beritahu oleh laki laki tersebut bahwa kakaknya tidak tinggal di rumah itu lagi dan mereka sama sekali tidak ada rencana untuk menikah, Kei dengan lemas berjalan sembari menarik kopernya menuju tempat kakaknya bekerja setelah mendapat informasi dari pria yang bernama Leon tersebut.
Di sisi lain, di sebuah caffe Arsen sedang memgerjakan beberapa tugas sekolahnya sembari memesan kopi .
"Apa yang kamu kerjakan?" tanya seorang wanita yang membawakan segelas kopi untuknya.
"Hanya sedikit tugas sekolah." jawab Arsen tanpa menoleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments